Chapter 8

543 62 28
                                    

Warning⚠ : Chapter ini mengandung sedikit unsur Gore. Hanya mengingatkan, enjoy the story~ 😊

[Author PoV]

Cahaya rembulan memancar, menghasilkan cahaya perak yang indah. Udara malam nan dingin menyelimuti seluruh kota. Membelai lembut apapun yang dilewatinya.

Suasana kota yang sangat sepi menandakan bahwa malam sudah semakin larut. Orang-orang telah kembali ke rumahnya untuk beristirahat. Menyisakan orang-orang yang memiliki kepentingan untuk berkeliaran di malam yang sunyi itu.

Salah satunya adalah Mafumafu, Sakata, dan Senra. Dengan lincah dan penuh kehati-hatian, mereka melangkahkan kakinya menyusuri lorong-lorong sempit di sekitar kota. Sesekali mengintip untuk memastikan tidak ada orang yang melihat mereka. Nafas Mafumafu memburu, menandakan sang empu sudah berlari cukup lama. Dengan tangan kanan yang tengah sibuk membawa sekaligus menjaga sebuah koper hitam. Setelah mendapat tanda aman dari Senra, Mafumafu segera mengikutinya dibelakang. Kemudian diikuti oleh Sakata.

Senra merentangkan tangan kanannya. Mafumafu dan Sakata sontak berhenti berlari. Dengan perlahan Senra memajukan kepalanya, berusaha melihat pemandangan di hadapannya lebih jelas. Dua orang berpakaian hitam tengah kebingungan mencari sesuatu. Mereka berada tepat diujung lorong yang sedang ditempati Senra, Mafumafu, dan Sakata.

" Aku yakin..mereka..pasti akan melewati jalan ini, aku melihat mereka..masuk ke gang disana!" Perkataan orang tersebut saling berlomba dengan nafasnya yang memburu.

" Sial, apa mereka sudah melewati jalan ini!? Bagaimana ini!?" Sahut pemuda lainnya, wajahnya nampak gusar.

Orang tersebut memandang persimpangan dihadapannya," aku akan mencari kesana, kau cari mereka ke sebelah sana!" Ucapnya seraya menunjukkan arah yang saling berlawanan.

Tanpa basa-basi, kedua orang tersebut kembali melanjutkan pencarian mereka. Tanpa menyadari sosok yang tengah berusaha menyembunyikan hawa keberadaannya di dalam lorong. Melihat kedua orang itu pergi, Senra sedikit menghela nafasnya lega.

" Sepertinya mereka akan mencari kita kearah sana, kita harus melewati jalan sebaliknya." Ucap Senra seraya memalingkan wajahnya dan berjalan kearah sebaliknya.

Mendengar perkataan Senra, Sakata segera membalikkan badannya untuk mencari jalan. Karena dialah yang berada di barisan paling depan sekarang. Tiba-tiba langkahnya terhuyung setelah menabrak suatu benda yang keras dan terasa lebih tinggi darinya. Setelah mempertahankan keseimbangan tubuhnya, manik maroonnya menatap keatas. Penasaran dengan benda yang menghalanginya. Padahal seingatnya tidak ada benda apapun di lorong itu. Matanya melebar setelah mengetahui benda apa yang telah menghalangi jalannya.

" Sudah puas bermain kejar-kejarannya bocah?" Suara sedingin es menggema, diiringi dengan tatapan yang tak kalah dinginnya. Tiba-tiba muncul 4 orang lain dari belakang Senra. Menutup semua akses keluar bagi mereka.

Tenggorokan Sakata seketika tercekat, bahkan ia sampai lupa untuk menghembuskan nafasnya. Pasalnya orang dihadapannya ini bukanlah orang biasa. Ia bisa merasakan hawa yang sangat berbahaya dari orang tersebut.

Manik peraknya menatap tajam kearah Sakata, dengan kilatan putih di lensanya. Surainya yang senada berkilau dibawah paparan sinar bulan. Wajahnya tidak terlihat jelas karena keadaan lorong yang gelap. Namun, Sakata dapat merasakan wajah dingin orang dihadapannya itu. Tangan Sakata mengepal, menahan rasa takut yang tiba-tiba bergejolak. Kakinya spontan membentuk kuda-kuda.

" Sekarang serahkan koper itu kepadaku," lagi, suara dingin itu kembali menusuk pendengaran mereka.

Suasana seketika sangat sunyi, ditambah lagi hawa yang dingin. Menambah kesan mencekam." Tidak!"

" Kami tidak akan menyerahkan apa yang telah menjadi hak kami kepada kalian!" Lanjut Sakata mantap.

" Aku tidak akan mengulangi perintahku lagi. Sekarang serahkan koper itu kalau kalian masih ingin menghembuskan nafas hingga matahari terbit." Perintahnya terdengar mutlak.

Rahang Sakata menegang," kalian yang seharusnya menyingkir dari jalan kami. Atau kupastikan kepala kalian akan berada di tempat yang tidak seharusnya." Mafumafu mengelak dengan nada yang tak kalah dingin.

" Sepertinya bocah seperti kalian tidak bisa diajak bernegosiasi." Orang tersebut mengambil jeda ditengah perkataannya." Baiklah, kau yang memaksaku untuk melakukannya dengan cara kasar. Jangan salahkan kami kalau hidup kalian berakhir malam ini." Seringai muncul di dalam kegelapan.

" Bunuh mereka." Dua kata itulah yang menjadi tanda dimulainya pertarungan berarah di dalam lorong tersebut.

Orang-orang berpakaian hitam yang berdiri di belakang pria dingin tersebut langsung menghambur kearah Sakata, Mafumafu, dan Senra. Begitupula yang berada di belakang Senra. Merasakan alarm bahaya, Senra segera mengambil dual gun dari balik saku celananya. Diarahkannya pistol tersebut kearah orang-orang yang hendak menghampirinya. Melihat senjata api di tangan Senra, orang tersebut langsung mengambil senjata api yang mereka bawa. Namun, sayang kecepatan mereka kalah dengan Senra. Senra mulai menembaki orang-orang tersebut dengan brutal. Tidak peduli kalau pelurunya menembus ke badan mereka berkali-kali. Ia tidak akan membuka celah sedikitpun.

Cairan merah yang kental muncrat ke berbagai arah seiring teriakan pilu dari arah yang sama. Karena sibuk melindungi dirinya, mau tak mau badan Senra terkena cairan tersebut di berbagai area. Namun, ia tidak memperdulikannya. Ia bisa mengurusnya nanti.

Dari arah sebaliknya, terjadi pertempuran yang tak kalah sengit. Mafumafu melemparkan pisau-pisaunya kearah musuh, hingga pisau itu menancap di bagian tubuh musuhnya. Terutama di bagian kepala dan jantung. Seorang musuh berhasil mendekati Mafumafu ketika ia tengah sibuk dengan sisi sebaliknya. Tangannya diangkat keatas, tepat ketika jarinya hendak menarik pelatuk. Tangannya sudah hilang dari badannya dan terjatuh. Diikuti dengan leher yang terpotong separuh. Membuat darah keluar dengan deras. Hampir saja Mafumafu kehilangan nyawanya.

Tangan pucatnya menyeka darah yang mengotori wajahnya dan menghalangi pandangannya. Tiba-tiba telinganya menangkap suara kesakitan yang familiar. Mafumafu memalingkan wajahnya kearah Sakata secepat kilat. Jantungnya berdegup kencang kala melihat keadaan Sakata. Matanya membulat sempurna. Tangannya seketika melemas dan menjatuhkan koper dan pisau yang sejak tadi ia bawa.

Sakata tumbang dengan kepala yang sudah tidak tersambung dengan lehernya. Darah merembes dari arah dalam lehernya, mengotori jalan di lorong tersebut. Sementara kepalanya menggelinding pelan dan berhenti ketika menabrak ujung kaki Mafumafu. Mata Mafumafu memandang kepala Sakata dengan tatapan kosong. Tubuhnya membeku seketika. Pemuda dingin dengan surai perak melangkah mendekati mayat Sakata dengan angkuh. Sebilah pisau panjang berada di tangan kanannya yang bernoda.

" Sudah kubilang bukan? Sahabatmu tidak akan mati mengenaskan kalau kalian mendengarkan perkataanku." Ujarnya dingin yang dibalas dengan kesunyian. Mafumafu tidak dapat merespon karena terlalu syok dengan pemandangan di hadapannya.

" SIALAN KAU!! BRENGSEK!" Senra berlari dengan cepat seraya menodong pisaunya, karena pelurunya sudah habis.

Pemuda tersebut tetap bergeming di tempatnya. Menatap remeh ke orang yang berlari kearahnya dengan amarah yang sangat membara di matanya. Senra menyerang pemuda di hadapannya dengan gerakan brutal dan acak. Ia memang tidak terlalu pandai bermain pisau. Namun, ia tidak peduli. Yang ia pikirkan saat ini adalah melenyapkan bajingan yang telah merenggut nyawa sahabat terbaiknya.

Pemuda itu menghindari semua serangan Senra dengan santai, seakan meladeni bocah yang tengah merebut permen darinya." Lemah." Ucapnya dingin.

Sedetik kemudian satu darah lagi tumpah. Cairan berwarna merah itu keluar dari lubang yang dibuat oleh mata pisau. Menetes hingga membentuk kubangan darah. Lagi, Mafumafu kembali dikejutkan dengan pemandangan yang membuat luka dalam bagi hatinya.  Tanpa ia sadari cairan bening keluar dari pelupuk matanya. Waktu terasa seakan berhenti bergerak. Tubuhnya bagaikan dicabik-cabik, meninggalkan rasa sakit yang amat mendalam.

" SENRA!!" hanya satu kata yang dapat ia keluarkan dari dalam hatinya yang kembali terluka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang