Hembusan angin pagi kini menemani Riana, semua pertanyaan dari setiap keanehan tak ada jawab nya "rasa nya aku pernah berada di rumah ini, tapi kapan?" Lagi-lagi tarik kan nafas panjang kini terdengar tak beraturan pikirannya berkecamuk akan setiap pertanyaan, hati nya tak pernah tenang berada di rumah ini, bagaimana ia bisa menggunakan kelebihannya untuk menyelamatkan keluarganya, hawa mencengkeram begitu sangat dapat ia rasakan. Namun kini pikirannya terhenti saat rasa rindu berkecamuk pada hatinya, ia rindu ke empat sahabat dekat nya ia rindu akan suasana kampus yang penuh akan canda tawa dari ke empat sahabat nya itu "andai mereka disini , mungkin mereka yang akan membantu dan percaya pada ku" kata-kata itulah yang terlintas di pikiran Riana saat ini ia begitu merindukan ke empat sahabat dekatnya itu.
Lagi-lagi kini perhatian Riana terambil saat mata nya kini melihat keanehan pada kolam ikan yang ada di halaman belakang.
"Apa yang barusan itu?" Ucap Riana Saat ia melihat ada sesuatu di kolam itu, kini tubuh nya terlonta-lonta berlari menuruni anak tangga yang cukup panjang.
"Ri kamu kemana?" Tegur Elena saat melihat Riri hendak keluar dari rumah
"Ke halaman belakang ma."
"Jangan lama-lama ya," ucap Elena yang langsung berjalan menuju dapur
Kini Riana sudah berada di halaman belakang mata nya kini melihat dua buah ayunan yang bersampingan berada di dekat kolam.
"Rasa nya tak asing bagiku, apa mama pernah membawa ku kesini? Tapi mengapa aku tak ingat sama sekali." Aishhhh perasaan kesal kini memenuhi rongga dada Riana mengapa ia tak dapat mengingat sama sekali kejadian di masa lampau.
"Ikan? Bagaimana ia bisa hidup? Bukankah rumah ini sudah lama tak di tunggu? Apakah ada orang lain yang tinggal dirumah ini selain kami?" Seonggok pertanyaan yang sudah tersedia saat ia dapati seekor ikan yang berada di dalam kolam yang sangat kotor.
"Kakak pasti bertanya siapa yang mengurus ikan itu." Ucap seorang anak kecil yang berdiri di belakang Riana dengan membawa sebuah boneka Barbie di genggaman nya.
"Kamu siapa?" Tanya Riana yang kaget akan kehadiran anak kecil itu.
"Aku Emily , aku yang sudah mengurus ikan itu hingga ia dapat bertahan hidup hingga sekarang"
"Apa kamu tinggal di sini?
"Iya aku tinggal di sekitar sini tepat nya di sana." Tunjuk Emily ke arah timur tepat nya di sebuah hutan yang tak jauh dari halaman rumah Riana.
"Apa kamu sering main ke rumah ini?" Bisik Riana pada Emily
"Iya aku sering kesini, bahkan setiap hari , ada kenangan yang membuat ku tak dapat melupakan rumah ini." Jawab Emily hambar dengan tatapan kosong exspresi nya memancarkan kesedihan mendalam.
"Apa! mempunyai kenangan disini? Kenangan apa? Apa kau juga keluarga ku?
"Kak sebentar lagi ada seseorang yang akan menemui kakak, aku tak suka bertemu dengan nya , aku akan segera pergi." Bisik Emily pelan, kini Emily mulai melangkah pergi menjauh dari Riani seketika langkah nya berhenti dan membalikkan posisi tubuh nya tepat berhadapan pada posisi Riani "kak hati-hati, dia begitu menunggu kedatangan kakak dan keluarga kakak sejak lama, karna dendam masa lalu" teriak Emily yang langsung berlari menuju hutan.
Dengan rasa berkecamuk kebingungan serta takut membuat tubuh Riana tertegun membeku "apa ini benar-benar nyata?" Ucap Riana yang menahan tubuh bergetarnya.
"Ri, kamu disini rupanya mas cariin kamu dari tadi , kamu ngapain disini? Terus tadi kayaknya kamu lagi bicara , sama siapa?" Tanya vino yang telah berada disamping Riri
"Enggak mas, Riri cuma liat-liat aja, oh iya mas ngapain cari Riri ? Apa mama nyariin?"
"Enggak kok , mama nggak nyariin tapi mas yang nyariin kamu."
Kini wajah Riri menatap bingung pada vino, kenapa tatapan vino terlihat kosong
"Riri..." teriak Alvino dari arah barat kini wajah Riri sungguh pucat tubuh nya membeku ketakutan , jelas sekali yang berada di dekatnya dan barusan mengobrol dengan nya itu Alvino , lalu kenapa sekarang Alvino berada jauh dari nya , bukan kah tadi Alvino jelas berdiri di samping nya.
"Ri , kamu ngapain disini?
Mata Riri kini menatap tajam kepada Alvino , "apa mas ingin mempermainkan penglihatan ku?" Sebuah pertanyaan yang membuat Alvino bingung, sebenarnya apa yang di maksud oleh Riri..
"Hey kamu kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran mu?"
"Mas , tadi dengan jelas aku liat mas berada di samping ku , mengajak ku bicara dan barusan saja aku melihat mas berada jauh dari ku, lalu siapa yang tadi mengajak ku bicara?" Tanya Riri dengan exspresi wajah yang tegang apa yang sebenarnya terjadi , apakah ini hanya sebatas kesalahan penglihatan nya atau ini benar nyata.
"Hey itu hanya ilusi kamu , mas barusan saja datang kesini menghampiri mu untuk memberi tahu tadi Stella menelpon ke handphone mu, mereka disana merindukan mu, dan nanti malam mereka ingin videocall sama kamu"
Mendengar perkataan yang baru saja Alvino ucapkan kini air mata tak dapat lagi di tahan Riri , ia sangat kesepian ia begitu merindukan sahabat-sahabat nya itu, rindu akan keceriaan yang membawa warna dalam hidup Riri.
"Jangan bersedih, kita akan segera pindah dari sini setelah keadaan nya membaik." Alvino kini mencoba menghapus jejak air mata yang membasahi wajah adik nya. "Yasuda hari sudah mulai gelap sebentar lagi magrib , kita masuk yuk, nggak baik jika magrib kita berada di luar rumah, mama sudah menunggu kamu"
Kedua saudara itu kini hendak pergi meninggalkan halaman dan segera masuk Kerumah namun langkah mereka terhenti saat seorang kakek tua telah berada di depan Alvino dan Riri.
"Kalian hati-hati, cepat pergi! dia akan kembali, dendam nya penuh amarah , rumah ini begitu gelap , dan ingat jika lewat tengah malam kalian mendengar ke gaduhan , tangisan , teriakkan bahkan orang yang menyerupai keluarga mu maka kalian harus ingat jangan masuk ke gudang itu, apa pun yang terjadi." Ucap kakek itu dengan nada hambar membuat Alvino dan Riri saling bertatap ,
"Apa yang kakek maksud?, dia siapa? Apa kakek mengetahui sesuatu? Riri kini hendak melangkah mendekati sang kakek namun Alvino menahan nya dan menarik tubuh Riri untuk segera masuk ke dalam rumah.
"Terimakasih kek atas info nya dan maaf saya dan keluarga saya tidak percaya atas semua cerita tahayul dari kakek" dengan kasar Alvino membanting pintu membuat Riri marah.
"Mas tidak sopan , tidak seharusnya mas bersikap begitu! seharusnya kita berterima kasih kepada kakek yang telah memberi tau kita, Riri nggak pernah nyangka bahwa mas sejahat itu." Bentak Riri yang menghempaskan tubuh nya ke sopa yang ada di ruang tamu.
"Kita itu baru tinggal dua hari disini, Kita nggak tau jika sebenarnya kakek itu orang jahat bisa aja dia buat cerita tahayul begitu agar kita bisa pergi dari rumah ini dan dia akan menguasai rumah ini, jaman sekarang manusia pada licik contoh nya Om Yuda." Sebuah senyuman kecewa tergambar dari wajah Alvino.
"Enggak semua orang kayak Om Yuda , dan Riri juga merasakan apa yang kakek itu bilang, itu nyata mas." Sebuah teriakkan dengan nada tinggi yang keluar dari bibir mungil Riri
"Apa nya yang nyata? Setan? Udahla Ri semua itu hanya tahayul , kamu itu kebanyakan nonton film horor maka nya jadi parno gitu."
"Mas Riri beneran bisa lihat, bener-bener bisa lihat keberadaan nya tolong percaya sama Riri , karena Riri nggak mau hal buruk akan terjadi pada kita." Kini Riri pun menangis meminta agar Alvino percaya padanya dan akan segera mengajak nya serta Elena keluar dari rumah ini , namun sungguh di sayangkan Alvino benar-benar bersih keras tak mempercayai apapun yang barusan adik nya katakan.
--------
21 Januari 2018
Regards 5 tangkai uhuyyCoba deh baca nya sambil denger suara video yang di atas pasti lebih seru..
Next atau nggak?😂Jangan lupa tinggalkan jejak keberadaan kalian dengan cara vote dan komen , mau di lanjut atau nggak 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
HE CAME (GHOST)
HorrorRiana seorang gadis indigo yang berusaha menyelamatkan keluarga dan keempat sahabat nya dari dendam masalalu. Cerita ini berdasarkan karangan belaka namun di pertengahan part akan ada cerita yang nyata dari pengalaman kita berlima.