"Mengapa? Mengapa tidak ada yang mempercayai ku?" Batin Riana kini memberontak , pikiran nya kini bergelut dalam rasa takut , sedih dan marah. "Pa , Riana takut benar-benar takut" rindu kini menghujam Riana dada nya terasa begitu sesak, atas apa yang sedang terjadi pada dirinya.
"Ri , kamu kuat papa percaya itu, kamu pasti bisa melewati semua nya" papa yang dirindukan Riri kini duduk tepat di samping nya , sungguh rindu itu dapat terobati.
"Pa , ini beneran papa kan? Ini nyata bukan? Riana sungguh merindukan papa tangis Riana kini pecah.
Kringggggggggggg , suara telephone genggam milik Riana kini berbunyi, membangunkan nya dari sebuah mimpi panjang "ternyata tadi aku hanya bermimpi , mengapa begitu terasa nyata?" Lagi-lagi sebuah pertanyaan yang juga tak kunjung ada jawab nya.
"Hallo Ri , kamu kemana aja sih? Jangan bilang Alvino belum menyampaikan pesan ku kepada mu ? Oh astaga.." pekik Stella
Ya Stella adalah salah satu sahabat Riana , sikap ceria dan ciwis nya selalu dapat menghibur Riana di kala sepi menghujam dada nya."Sorry Stell aku ketiduran , Mas ku sudah menyampaikan pesan mu , sebentar aku buka laptop ku dulu.." kini Riana mengambil sebuah laptop yang berada di meja hias nya dan segera membuka panggilan video call dari Stella.
"Oke , cepetan yang lain udah stay..." ucap Stella yang segera mematikan telephone nya.
-----
Kini Riana menangis tergugu saat melakukan video call bersama ke empat sahabat nya itu.
"Aku merindukan kalian" seuntai kata yang kini mewakili perasaan Riana dengan diiringi derai air mata.
"Beb aku pun merindukan mu , bahkan kita semua merindukan mu." Ucap Anggi yang kini membalas sebuah ucapan kerinduan Riana.
"Ri , gimana kabar mu? Tanya Ines yang memulai percakapan di antara mereka
"I'm fine , kabar kalian gimana? Apakah ujian sudah di mulai?
"Iya kita semua baik kok , dan kita udah mulai ujian , kita sedih Ri kali ini nggak bisa ujian bareng kamu." Air mata kini lolos dari pelupuk mata Stella.
"Iya seharusnya kamu terima tawaran kita aja , untuk tetap kuliah soal biaya biar kita berempat yang nanggung , bukankah sahabat itu akan ada saat suka dan duka?" Sambung Anggi
"Hey guys , jangan sedih aku baik-baik saja secepat nya aku akan kembali bersama kalian." Riana yang berusaha tegar kini memandang wajah Erlin di balik layar laptop nya.
"Janji ya , bahwa kita akan bersama lagi." Ines kembali menjawab perkataan Riana.
"Lin , kamu kenapa? Apa ada masalah? Mengapa dari tadi kamu hanya diam saja?" Tanpa menghiraukan ucapan Ines kini Riana lebih fokus pada Erlin yang sembari tadi hanya memilih untuk diam.
"Ri, itu siapa? Tanya Erlin yang membuat Riana , Stella , Anggi dan Ines tertegun akan pertanyaan nya.
"Siapa? Apa yang kamu maksud? Tidak ada siapa pun disini , aku hanya sendiri." Ucap Riana yang memandang sekitar di kamar nya.
"Erlin jangan buat gue parno ya, please gue gak liat apa-apa." Anggi yang kini mulai menunjukkan rasa takut nya.
"Bener kata Anggi aku juga nggak liat siapa-siapa , kamu mungkin salah liat lin.. Please jangan horor ya, gue takut beneran" exspresi konyol kini di tampilkan Ines.
"Tapi beneran deh, tadi aku juga sempet liat cewek pakek baju kayak suster gitu rambut panjang yang kusut berdiri di belakang kamu." Timpal Stella yang mencoba meyakinkan penglihatan nya.
"Guyss udah ya , Please jangan bahas itu lagi oke? Jangan buat suasana nya tegang gini , entar gue jantungan lalu metong , kan siapa yang repot , nyokap gue la, bukan kalian." Gurau Ines yang memecah suasana penuh ketegangan kini ke empat sahabat nya itu tertawa kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE CAME (GHOST)
TerrorRiana seorang gadis indigo yang berusaha menyelamatkan keluarga dan keempat sahabat nya dari dendam masalalu. Cerita ini berdasarkan karangan belaka namun di pertengahan part akan ada cerita yang nyata dari pengalaman kita berlima.