He came Ghost

99 10 7
                                    

Langkah kaki Riri terhenti menahan keempat sahabatnya untuk maju, memasuki hutan lebih jauh.
"Kita pulang" ucapnya. Ia menghela napas panjang lalu kembali menatap ke empat sahabatnya.

Stella yang mendengar perkataan Riri mencoba menahan langkah mundur yang Riri lakukan. "Kita sudah setengah jalan, mati dengan perjuangan atau mati percuma dengan gelar pecundang?" Kata stella, mata elangnya bertatap langsung dengan mata sayu milik Riri. Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Riri, ia hanya menatap ke empat sahabatnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sahabat ialah mereka yang tidak hanya tau kebahagiaan mu melainkan mereka yang memahami akan kesedihan mu" ucap Erlin lalu memeluk Riri dengan erat.

"Sahabat bukan mereka yang hanya ingin memikul tawa dan bahagia saja bersama mu tetapi mereka yang akan ikut serta memikul duka dan lara itu bersama mu" kata Anggi yang ikut memeluk Riri.

"Sahabat bukan dia yang hanya mendengar segala curhatan mu, tetapi dia yang selalu ada untuk membantu menyelesaikan segala isi curhatan mu" ucap Stella dan ikut memeluk Riri bersama Erlin dan Anggi.

"Karena sahabat adalah mereka yang tidak akan meninggalkan mu, tidak akan pernah walau semenit, dua menit, lima menit maupun jutaan waktu di kala kamu sedang pilu.kami adalah sahabat mu, sahabat yang tidak akan pernah meninggalkan mu dalam keadaan apapun karena kita adalah best friend forever" ucap ines lalu berhamburan memeluk Riri,Erlin,Anggi dan Stella. Riri terharu, ia tak dapat membendung air mata yang hendak jatuh, perjalanan ini bukan hanya tentang bagaimana cara bertahan namun perjalanan ini memberi arti bahwa sahabat adalah mereka yang tidak akan pernah meninggalkan kita dalam keadaan duka sekalipun.

Kreakkkk!!!
Suara burung bewarna hitam kini melintas tepat di hadapan mereka,Riri menatap lekat pada burung itu.
"Mereka sudah mengetahui kedatangan kita" ucap Riri. Ia menghela nafas panjang. "Ayo masuk, sebelum lewat tengah malam" ucapnya lagi.

Akhirnya perjalanan yang sempat terhenti karena keraguan kini kembali di lakukan. Sudah hampir setengah jam mereka menelusuri jalan namun tak kunjung mereka temukan tempat dimana lentera itu berada. Riri terhuyung tubuhnya ambruk lalu jatuh pingsan, semua orang panik dan berusaha membuat Riri sadar namun Riri tak kunjung siuman. Waktu berlalu begitu saja, keadaan semakin mencengkam, jarum jam menunjukkan sudah pukul sepuluh malam, tidak ada sinyal, tidak ada rembulan yang masuk memberi penerangan hanya sebuah senter yang kini mereka pegang satu persatu, angin berhembus kencang, sunyi namun mengerikan. Kedua bola mata Riri akhirnya terbuka ia segera bangun dari tidurnya lalu menatap ke empat sahabatnya.

"Dua ratus meter dari sini ada danau, kita harus menyebrang dengan cara berenang" ucap Riri. Keempat sahabatnya menatap Riri dengan penuh percaya diri, mereka siap melewati apa saja dengan keselamatan Riri.
****

"Ini danaunya Ri?" Tanya ines yang mulai menyenter ke sekitar. Riri mengangguk pasti.

"Kita gak tau apa yang ada di dalam, dan kita gak akan tau apa yang akan terjadi kedepannya. Tetap harus berhati-hati." Ucap Stella yang di balas anggukan oleh teman-temannya. Mereka bergegas bersiap untuk berenang, memasuki danau yang sama sekali tak mereka ketahui apa yang ada di dalamnya.

Setengah jam, satu jam bahkan lebih dari dua jam mereka mulai menyebrangi danau yang tak terlalu lebar namun begitu dalam, akhirnya mereka sampai ke seberang. Terlihat Anggi dan Stella yang yang mulai kelelahan begitu pula Erlin dan Riri. Mereka hampir kehabisan nafas namun semangat tak pantang kendur mereka rasakan.

"Ines kemana?" Tanya Anggi yang baru menyadari ketidak hadiran Ines diantara mereka. Riri yang menyadari Ines yang belum juga naik ke daratan segera menyeburkan diri untuk mencari Ines lalu disusul Stella sedangkan Erlin dan Anggi berjaga di daratan.

HE CAME (GHOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang