1 perjodohan

7.7K 286 4
                                    

' menikah? ini tidak pernah terlintas dipikiranku sedikitpun. bahkan memikirkannya saja tidak, dan hal ini malah menimpa diriku begitu cepat

Dengan lelaki yang tak kukenal, dan dengan keadaannya yang sama sekali tak ku inginkan '

---

Hari ini sangat-sangat melelahkan bagi seorang Park ziya. Tentu dengan profesi dirinya sebagai psikolog, yang menghadapi satu persatu dari berbagai kalangan orang yang punya masalah dengan mentalnya.

"Huh.." ia mendengus kasar dan membanting pelan tubuhnya ke ranjang king sizenya.

"Ini memang melelahkan, tapi ini menyenangkan." Katanya mencoba meredakan lelah.

Saat memandangi langit-langit kamarnya, terlintas seorang pria dipikirannya, seorang pasien yang datang hari ini kerumah psikolognya.

Ia merasa jengkel terhadap pria itu, bagaimana tidak? Tingkahnya berbeda. Selama bertahun-tahun menjadi psikolog? Ia hanya mendapat pasien yang depresi, stress, ataupun berkepribadian ganda.

Tapi, hari ini ia mendapat seorang pasien yang mentalnya, ah ia pusing memikirkan nya.

"Huh! Mengapa!." Teriaknya membuat sedikit gema di seluruh kamarnya.

Cleck

Ia menoleh karena  pintu kamarnya yang tiba-tiba terbuka.

"Kenapa kamu begitu kesal? Cerita pada ibumu." Kata nyonya Park, ibunya ziya yang sekarang telah duduk di sebelahnya.

Ziya mengubah posisinya dan tersenyum kikuk.

"Ah tidak, hanya saja aku sangat lelah hari ini, Hm." Jawabnya diakhiri dehaman kecil.

Nyonya Park mengelus puncak kepala anaknya dengan lembut sambil tersenyum, sungguh ini lah yang membuat lelah ziya memudar.

"Tidak biasanya kamu begitu lelah? Bukankah pekerjaan ini selalu membuatmu semangat dari pagi sampai kamu pulang kerumah?." Tanya ibunya heran.

"Iya, ada yang membuatku jengkel." Jawabnya sambil menunjukkan aegyo yang begitu cute dan mungkin bagi pria manapun yang melihatnya mereka akan sangat gemas dan ingin sekali mencubit pipinya.

"Siapa?."

"Pasienku hari ini, dia ... sangat berbeda, hmm ... dia memiliki trauma sampai membuat mental nya down dan berubah menjadi kekanak-kanakan."

Ibunya mengangguk mencoba memahami anaknya.

"Sabar ya nak, sudah tugasmu hadir di tengah-tengah mereka. Yang sabar ya, semangat dong! Jangan kayak gini."

"Iya bu, hmm ibu ada keperluan apa sama aku?." Tanya ziya, ia tahu pasti ada yang ingin ibunya bicarakan.

"Tidak, ibu menggulungkan niat. Tadinya ibu mau menyuruhmu siap-siap untuk pergi."

"Kemana?." Tanya ziya sambil mengangkat alisnya.

"Bertemu teman lama ayahmu dan ibu, tapi sepertinya kamu sangat lelah. Hmm apa bisa kamu ikut kami?." Pintanya.

MY IDIOT HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang