3 im ready!

3.5K 173 1
                                    

Ziya berhenti di depan mini market dekat rumahnya, ia meneduh sekalian menikmati makanan cepat saji disana.

Ziya memainkan handphone nya, ia mencari kontak sahabatnya dan menghubungi nya.

"Halo"

"....."

"Chelsea, kita omongin sekarang ya! Gue bener-bener butuh pencerahan banget! Gue takut pulang-pulang ditanyain keputusan gue gimana"

"Oh gitu, yaudah. Hmm gimana gimana?"

"Menurut lo?"

"Malah balik nanya lagi si kampret!"

"Hmm"

"Menurut gue lo terima aja, kalo gue jadi lo si gue juga bakal mikir-mikir dulu. Tapi gue juga mikir kalo gue diposisi dia dan ortu gue jodohin gue, dan lelaki itu gak mau sama gue. Duhhh! Kan sakit rasanya"

"Kok jadi ngelantur." Batin ziya.

"Lo gila ya?!"

"Gue waras! Sekarang gini deh, dia tampan kayak pangeran masa lo gak mau?"

"Tapi dia ..."

"Gak sempurna? Ya itu fungsilo jadi pendamping dia! Menyempurnakan apa yang menjadi kekurangan dia, gini ya! Dimana-mana orang berpasangan itu saling menyempurnakan satu sama lain, kayak gue sama lo aja. Gue gak bisa nyanyi tapi lo bisa, gue bisa dance tapi lo gak bisa. Lo ajarin gue nyanyi gue ajarin lo dance, saling melengkapi! Ya...pokoknya gitu deh"

"Haduh!! Ngomong apa dia tadi? Cepet banget!." Batin ziya.

Ziya menggelengkan kepalanya karena pusing mencerna bahasa Korea Chelsea yang masih belepotan tapi dengan kecepatan yang sangat cepat.

"Heyy! Are u okay? U hear me?!"

"Ah, ya! Hmm begitu ya"

"Iyalah! Gimana? Bantu dia sembuh, jadi pendamping dia, temenin dia di saat orang-orang disekitar nya malah ngejek dia, lengkapi dia dengan kesempurnaan lo!"

"Hmm iya iya, makasih. Gue bakal jawab iya nanti kalo ditanya"

"Ahh, really? You good girl! Hmmm dah dulu ya, gue mau bobo nih ngantuk, Lo jangan begadang! Biasa banget dah"

"Iya iya, dah"

Pembicaraan via telpon mereka pun berakhir, ziya dengan cepat menghabiskan mie instannya dan langsung pulang dengan hujan yang masih sedikit deras.

--

Sesampai dirumah, ia menekan bel.

Cleck

"Ah! Noona? Mengapa noona ba ..."

"Bi, saya dingin mau masuk. Boleh?." Potong ziya sambil menggigil.

"Iya, masuk noona."

Setelah masuk, ziya langsung berlari menaiki anak tangga.

Masuk ke kamar dan mengganti dressnya dengan baju dan setelah itu duduk sambil nonton tv.

Tok tok tok ...

Ziya menoleh. "Masuk."

"Noona, ini bibi bawain susu hangat sama bubur."

Lalu bibi menaruh nampan itu di atas meja.

"Lah? Kan saya gak sakit? Ngapain dikasih bubur?."

"Takutnya noona demam karena basah kuyup tadi, jadi saya bawain bubur."

Ziya tertawa, apa iya orang demam bisa sembuh kalo dikasih bubur?

"Haha, yasudah makasih bi."

"Iya, habiskan ya noona."

Ziya mengangguk, lalu menyantapnya sampai habis.

Tok tok tok ...

"Siapa lagi?." Gumamnya.

"Hmm masuk."

Cleck

"Eomm ... Ah! Ibu."

"Gapapa kalo mau manggil eomma lagi?. Ziya menggelengkan kepalanya.

"Ada apa?." Tanya ziya.

"Kamu habis darimana? Tadi kamu kehujanan ya?."

"Iya."

"Hmm, demam gak?." Tanya ibunya sambil memegangi kening putrinya.

"Enggak, oh ya bu. Aku mau menikah dengan putra nyonya Kim."

Ibu ziya tersentak, ia langsung terlihat gembira namun ada rasa iba secara bersamaan.

"Yang bener? Kamu gak sa ..."

"Loh kenapa? Kan emang itukah yang ibu mau? Aku menikah dengan Jiyo, ya ... Aku menerimanya."

"Beneran kan?."

"Iya bu."

Ibu nya pun langsung memeluk ziya erat.

"Maafkan ibu nak, ibu gak bermaksud memposisikan dirimu dalam keadaan sulit, ibu hanya ingin menolong teman ibu karena dia telah berjasa pada keluarga kita. Dulu mereka pernah menyelamatkanmu dari maut."

Ziya melepaskan pelukan ibunya dan menatap ibunya dengan wajah penasaran. "Maut? Maksudnya?." Tanya ziya bergedik ngeri menanyakannya.

"Iya, dulu kamu hampir jatuh dari lantai 5 saat ibu sama ayah berlibur sama keluarga mereka, saat itu umur kamu lima tahun."

"Terus kamu diselamatkan sama papahnya Jiyo." Lanjutnya.

"Ohh jadi ini alasan ibu sama ayah ikhlasin putrinya nikah sama si tampan idiot itu?." Batin ziya.

"Yaudah bu, aku mau istirahat ya."

"Iya, makasih sayang atas keputusan luar biasamu. Have a nice dream baby."

Ibunya mengecup kening ziya dan keluar dari kamarnya.

"Kenapa hati ini rasanya lega sekali? Dan berdebar menantikan pernikahan itu?." Batin ziya.

--

Semoga suka


MY IDIOT HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang