Sakit

7.5K 630 30
                                    

Story by Harasu.
Sotus belongs to Bittersweet.

-..................-

Kongpob adalah morning person yang sangat teratur. Ia dibesarkan oleh keluarga yang menjunjung tinggi kedisiplinan. Mae nya bilang, ' jika kau tidak bangun pagi, maka rezeki mu akan dipatok ayam'. Awalnya saat kecil ia hanya tertawa mendengar ucapan Mae nya, tapi semakin dewasa ternyata ada betul nya juga.
Terlebih lagi setelah menjalin hubungan dengan Arthit -senior manis nan imut kesayangan nya-.
Arthit kebalikan dari Kongpob. Selama 1 tahun menjalin hubungan, Kongpob belum pernah menemukan Arthit bangun pagi mendahului dirinya.
Tapi itu justru kesenangan rahasia Kongpob. Setidaknya satu atau dua kecupan dibibir bisa ia dapatkan jika bangun pagi mendahului Arthit.
Arthit kan tukang tidur. Mungkin itulah yang namanya rezeki pagi yang sering Mae nya ucapkan dulu.

Kongpob tersenyum sumringah. Semalam Arthit bilang ia minta dibangunkan pagi-pagi. Katanya ia harus menemui dosen untuk mengurus skripsi nya yang sedang dalam proses.
Kongpob sih oke-oke saja. Siapa tahu dapat rezeki pagi lagi. Kongpob merogoh sakunya, mengambil kunci dengan gantungan matahari -kunci duplikat kamar Arthit-.

Ia masuk mengendap-endap. Rencana ingin mengejutkan kekasihnya. Baru 3 langkah ia masuk, badan nya menggigil dingin.

' Ini kamar atau lemari es?'
Pikir Kongpob.
Ia melihat ke atas, terkejut dengan suhu AC Arthit.
20°, pantas dingin sekali.
Buru-buru Kongpob menaikkan suhu nya ke yang lebih hangat.

" P'Arthit masih tidur"
Ia letakkan plastik berisi sarapan yang tadi ia beli. Duduk disisi ranjang dan menatap Arthit yang tertidur.

' Morning kiss sepertinya bagus'
Jangan salahkan Kongpob dan pikiran nistanya. Lagipula siapa yang tahan melihat P'Arthit yang tertidur (sebenarnya hanya Kongpob).

Ia kecup  kening Arthit. Lembut tapi ada yang aneh.
Astaga! Kening P'Arthit panas sekali!

Kongpob mulai panik. Ia cek suhu badan Arthit dibeberapa tempat. Panas dan telapak tangan nya dingin.

" Eugh. Kongpob?"
Arthit bangun dengan suara yang serak dan kecil. Ia terkejut melihat Kongpob yang seenaknya meraba badan nya.

" P'Arthit! Kau sakit!?"

" Jangan teriak Kong. Kepalaku sakit sekali."
Kongpob merengut memandang Arthit yang mengurut kening nya.

" Kau ini beruang kutub atau apa? Kamarmu sedingin es!"
Kongpob tidak bisa tidak kesal. Semalam itu hujan, dan apa pula kelakuan kekasihnya yang menyetel AC sedingin ini.

" Bantu aku berdiri. Aku harus ke kampus"
Arthit berusaha menggapai Kongpob, namun tangan nya lemas sekali untuk digerakkan.

"Tidak P'Arthit. Aku melarangmu!"

" Jangan, aku harus- akh"
Arthit meringis. Kepala nya berdenyut sakit.

Kongpob tak tega. Rasanya hatinya sakit melihat Arthit seperti ini. Kalau bisa, biar ia saja yang sakit. Setidaknya, Arthit masih bisa tersenyum padanya. Kalau begini, boro-boro rezeki pagi, ia malah merasa ikut sakit juga.

-....................-

" Dia tak apa-apa, Kong. Hanya demam yang disebabkan oleh kelelahan. Dan suhu dingin yang memperparah keadaan nya."

Kongpob mengangguk mendengar penjelasan Phana
-kakak sepupunya yang seorang dokter-.

Ia menghela nafas berat, Arthit belakangan ini memang gila kerja. Ia seperti ngebut skripsi. Katanya ia harus lulus tepat waktu. Kongpob pun sebagai kekasih betul-betul harus pintar memainkan peran nya. Memantau jam makan Arthit, membangunkan nya  , menyuruhnya tidur tepat waktu, dan masih banyak lagi.
Ia tak tahu mengapa kebiasaan Mae nya yang disiplin bisa ia terapkan pada Arthit.

'Beruntunglah kau Arthit!'
Kira-kira begitulah ucapan ke 4 sahabat Arthit yang sebenarnya iri.

" Terimakasih, P'Phana."
Phana hanya tersenyum dan pamit kembali ke klinik nya.

-................-

" Ayo P' makan lagi"
Kongpob merasa ia sedang merawat bayi. Apa mungkin karena Arthit itu anak tunggal jadi nya ia seperti ini. Susah diatur.

" Aku mau tidur,Kong."
Hanya jawaban lemah yang Kongpob dengar.

"Makanlah dulu P'. Jangan hanya sesuap. P'Arthit harus minum obat"

"Tolong hubungi Knott, aku tidak bisa masuk hari ini. "
Huh. Tidak bisakah Arthit lihat seberapa Kongpob khawatir? Dipikirannya cuma ada kuliah saja.

" Jangan pikirkan itu P'Arthit. Sembuhlah dulu."
Kongpob mengecup punggung tangan Arthit. Mencoba menenangkan kekasihnya yang sepertinya masih kepikiran kampus.

Dasar! Saat sakitpun bisa-bisanya pipi nya merona. Keluh Arthit.

Dikecup nya lagi kedua pipi Arthit yang merona dan panas.
"Makan na~"

Arthit hanya mengangguk dan membuka mulut menyambut suapan Kongpob.

-....................-

Kongpob bernafas lega. Bayi besar bernama Arthit akhirnya bisa tidur. Dengan cekatan Kongpob mengganti Kompres hangat untuk menurunkan panas nya. Dan sesekali memeriksa termometer yang ia pasang di ketiak Arthit.

"Sudah turun sedikit"
Ia tersenyum, setidaknya ada perubahan.

"Sembuhlah P'Arthit"
Satu kecupan di bibir.

" Kau membuatku terkejut pagi ini"
Ditambah satu kecupan dimasing-masing pipi.

" Aku mencintaimu"
Ditutup dengan kecupan panjang di kening nya.

Kongpob berharap, semoga ia tak tertular P'Arthitnya.

-......................-

Habis ide dan jadilah ini..
Hahahaha.
Makasih sudah membaca 😀😀

Sotus Oneshoot (KongpobxArthit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang