Fakta

13.7K 825 16
                                    

Story by Harasu
Sotus belongs to Bittersweet.

-......-

" Tidak kah kalian sadar senyum P'Arthit itu manis sekali?''

Mendengar nama itu, sontak fokus Kongpob pada buku nya terpecah. Ia melirik pada gadis yang duduk diseberang meja nya. Suasana kantin fakultas Teknik memang ramai saat jam makan siang.
Ia melirik kesal pada Maprang, gadis itu.

" Manis apanya? Dia menakutkan"

Em yang duduk disebelah Kongpob pun angkat bicara dengan nada pelan. Takut-takut si Head Hazer itu mendadak mendengar dan kejadian nametag pun terulang lagi.

" Serius Ai'Em! Sifat galak nya itu hanya topeng. Aslinya P'Arthit itu menggemaskan"

Mendengar penuturan Maprang, seluruh penghuni meja -Kongpob, Em , May , dan Tiw- pun mengalihkan atensi nya pada pria diujung sana.
Terkhusus Kongpob, pengelihatan nya mendadak tajam jika menyangkut pria manis itu.

"Kurasa aku benar-benar menyukainya."

Maprang berucap lagi. Kongpob melirik gadis itu lagi. Terlihat jelas tatapan apa yang Maprang berikan pada Arthit. Kongpob tahu, Maprang belakangan ini memang sedang gencar-gencar nya menyukai Arthit. Setiap saat jika mereka berkumpul seperti ini, pikiran Maprang pun tak jauh-jauh soal Arthit. Kongpob pun sama, ia memang selalu memikirkan Arthit. Tapi tentu saja tak bisa ia sekonyong-konyong mengatakan bahwa ia menyukai Arthit seperti yang Maprang katakan barusan.
Dan Kongpob pun harus menahan  rasa panas ditelinga dan hatinya.

Semakin memandang Arthit membuat Kongpob makin sulit fokus pada bacaan nya. Celotehan Maprang pun terdengar makin sayup ditelinganya. Mungkin ini terdengar aneh, tapi telinga Kongpob hanya mendengar Arthit yang tertawa.
Kongpob penasaran, hal lucu apa yang membuat pria itu tertawa sedemikian bahagia. Kalau boleh ia ingin mempelajari berbagai jokes yang bisa membuat pria itu tertawa.

"P'Arthit itu manis"
" P'Arthit itu ternyata menggemaskan"

Kongpob kesal setengah mati, karena fakta-fakta itu bukan hanya dirinya lagi yang mengetahui.

-....................................-

Jika bicara mengenai Arthit mungkin Kongpob akan bingung bagaimana mendeskripsikan pria itu. Pasalnya terlalu banyak kata-kata yang mengantri diujung mulut nya untuk keluar. Satu hal yang Kongpob tahu dan mungkin beberapa orang tahu bahwa Arthit berhati lembut.

Salah satu bukti nya adalah saat ia mengantar Em ke ruang kesehatan. Pada saat itu Arthit memberinya jeruk. Seharusnya ia tak perlu ber-GR ria, toh Em juga mendapatkan nya. Namun kejadian setelahnya sukses membuat rasa lelah Kongpob seusai berlari seharian dilapangan lenyap.

Saat itu seusai mengantar Em dan mengobrol sebentar dengan Wad di lapangan basket, Kongpob menyempatkan diri pergi ke kedai makanan tempat ia biasa makan.
Seketika ingatan Kongpob kembali pada jeruk pemberian Arthit. Seketika senyum nya mengembang. Rasa tak tega pun datang saat niat nya ingin memakan jeruk itu.

"Kongpob!"

Sial. Dia tidak sedang berhalusinasi kan? Mengapa ada Arthit disini.

" P'Arthit."

Kongpob hanya bisa menjawab sekenanya. Apa Arthit memergoki nya sedang tersenyum gila pada sebuah jeruk?

" Kenapa kau tidak makan jeruk nya?"

Arthit berkata dengan nada Hazer nya. Ia sebetulnya merasa aneh saat melihat junior menyebalkan nya itu berdiri di tengah hiruk pikuk kedai seraya memandangi jeruk.

" Aku-"

" Jangan berdiri di tengah jalan."

Ucapan Kongpob terpotong saat Arthit meraih tangan nya dan menarik nya kepinggir. Sentuhan singkat itu terasa panas di tangan Kongpob.

" Dasar. Aku sudah memberimu malah kau tidak makan"

Arthit mengambil jeruk yang ada digenggaman Kongpob dan dengan cekatan membuka kulitnya.

" Kalian harus menjaga kesehatan. Kegiatan ospek kadang melelahkan. Jeruk banyak mengandung vitamin C, jadi bagus untuk daya tahan tubuh"

Kongpob makin sulit untuk tidak tersenyum. Apa-apaan mahasiswa  teknik yang bicara bak dokter ini?

" Ini. Makanlah. Kau sudah seharian berlari kan?"

Arthit menyerahkan jeruk yang sudah tak berkulit lagi itu pada Kongpob.
Kongpob merasa seperti menemukan uang 1 juta bath dijalan. Senang bukan main.

" Terima kasih P'Arthit"

Lagi-lagi Kongpob hanya bisa menjawab sekenanya. Kadang kemampuan menggombal nya mendadak hilang jika dihadapkan pada situasi seperti ini. Debaran keras pada dadanya bereaksi pada lidah nya yang mendadak kelu.

Arthit hanya tersenyum dan melenggang pergi setelahnya.

Kongpob pun tersadar saat Em menyikut lengan nya. Oh sial dia melamun lagi.

" Ai'Kong kau melamun lagi"

Kongpob hanya tertawa kecil menjawab perkataan sahabatnya itu. Ia melirik ke arah Maprang lagi. Gadis itu masih mengoceh masalah Arthit.
Seketika ia bangga akan lamunan nya tadi. Setidaknya Maprang tak pernah merasakan kelembutan hati Arthit.

-.....................-

Hai. Salam kenal saya Harasu. Masih newbie dalam hal tulis menulis. Dan butuh pelampiasan atas tayang nya Sotus s. Hahahaha. Au my peraya 😱

Monggo vote dan coment yaa^^
Kritik dan saran diterima.
Jub jub ^.^

Sotus Oneshoot (KongpobxArthit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang