8. Pertemuan Yang Tak Terduga

83 4 0
                                    

"You know just what to say, things that scare me. I should just walk away, but I can't move my feet."

Hailee Steinfeld - Starving

***

Letta duduk dengan wajah kesal karena saat ini ia berada di salah satu cafe terkenal di kota ini sambil dikelilingi oleh sahabat-sahabatnya. Letta menghirup ice cappucino-nya dengan dipandangi tatapan tajam oleh sahabat-sahabatnya. Tadinya memang Letta ingin menceritakan semuanya nanti malam, tapi sahabat-sahabatnya terus mendesak, dan akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke cafe ini pulang sekolah.

"Kok lo bisa sih kenal sama Rama?"tanya Nina sambil melipat tangannya di depan dada.

Fera menatap dengan tatapan menyelidik, "Dia ngancem lo apa gimana sih? Tiba-tiba aja gitu lo bisa temenan sama orang macam Rama."

Nadine mengangguk-angguk, "Iya, lett. Kita semua penasaran kenapa lo bisa kenal sama Rama."

Letta menghela nafasnya dengan perlahan, "Kemaren gue hampir aja diapa-apain sama preman deket sini, terus Rama nolongin gue."

Nina mengernyitkan dahinya, "Gue curiga tuh preman temennya Rama juga, sengaja biar jadi sok pahlawan kesiangan."

Letta berdecak kesal, "Lo tuh gak ngerti, nin."

Fera tersenyum tipis, "Iya kita semua gak ngerti kenapa lo bisa kenal sama dia."

"Ya apa salahnya sih temenan sama Rama?"tanya Letta sambil menunjukkan ekspresi sedihnya.

Fera mengusap bahu Letta dengan perlahan, "Gak salah lett. Tapi, lo harus tahu, Rama itu super duper badboy, tukang tawuran, suka ngerokok, pokoknya bandel banget deh."

Letta mengangguk setuju lalu ia tersenyum, "Dan suka balapan liar."

"Lo sendiri tahu semua itu, kenapa lo malah deketin diri ke dia?"tanya Nina.

Letta mengangkat bahunya, "Gue sendiri gak tahu kenapa. Tapi yang pasti gue yakin selalu ada alasan disetiap perbuatannya. Setidaknya dia memperlakukan gue dengan baik."

Nadine berdecak, "Tapi tetep aja Letta. Lo harus jauhin dia."

"Kenapa harus?"

"Nanti lo bisa ikutan jadi nakal."ucap Nina ceplas-ceplos.

Letta kemudian menampilkan wajahnya yang keras dan tatapannya yang tiba-tiba dingin, "Kalaupun gue jadi nakal itu bukan karena Rama, itu karena diri gue sendiri. Lagian kalian gak tahu apa-apa soal Rama."perempuan itu lalu menghela nafasnya, "Terserah gue mau temenan sama siapapun."

Letta lalu beranjak dari tempatnya sambil menyampirkan tasnya ke bahu, dan meninggalkan sahabat-sahabatnya.

"Lo tuh kalo ngomong disaring dulu, nin."ucap Fera sambil berdecak kesal.

Fera lalu menyusul Letta yang sudah berada di depan cafe.

Di depan cafe Letta terlihat ingin menelpon seseorang tapi ditahan Fera. Letta menoleh ke samping, lalu menghela nafasnya. Letta bingung kenapa sih orang-orang tidak mau dirinya berteman dengan orang macam Rama? Sedangkan mereka berusaha sekali mendekatkan Letta dengan Dimas, laki-laki yang suka mematahkan hati perempuan.

"Nina gak maksud ngomong kayak gitu lett."ucap Fera dengan lembut.

Letta hanya diam membisu.

Fera tersenyum tipis, "Lett. Gue ngerti perasaan lo. Gue juga temenan sama cowok macam Rama. Mereka cuman takut lo kena pengaruh dari pergaulan Rama. Tapi, selama lo bisa menjaga diri, semuanya bakalan baik-baik aja."

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang