Nesia-chan dan Belanda yang Memaksa

2K 184 23
                                    

Semalaman merupakan malam panjang yang menghabiskan sebagian besar waktu istirahat Belanda di dalam rumahnya selama menjadi koloni baru gadis kecil bernama Indonesia. Ia masuk ke dalam rumah mewah dengan rasa letih dan peluh di kening. Pembahasan semalaman dengan France sangat melelahkan, setidaknya dia senang bisa berlabuh di negeri subur ini lebih dulu dari United Kingdom, walau ia tak tahu pasti si british itu sudah menyerah atau masih mengincar Nesia.

Belanda datang ke ruang makan, tersaji makanan namun tak ada satu pun yang sedang makan di sana, hanya ada beberapa pelayan yang melintas. Adiknya sendiri pun entah di mana. Belanda pada akhirnya memutuskan untuk mencari Belgium sebelum menyantap sarapannya.

"Belgi? Belgium?" Belanda mengetuk-ngetuk kamar adiknya. Namun, tak ada suara sahutan malah terdengar suara lain di lantai atas.

Belanda penasaran dan akhirnya menaiki tangga dan terkejut dengan Belgium yang mengetuk-ngetuk kamar Nesia dengan begitu cemasnya.

"Ada apa, Belgium?" Belanda berlari kecil menghampiri adiknya.

"O-oniichan ... Nesia tak mau keluar dari dalam kamarnya! Katanya mogok makan sebelum kita pergi dari sini. Bagaimana ini, Oniichan?" Belgium berbalik dan menceritakan semuanya.

Belanda mengkerutkan kening. Nesia memang lebih menggemaskan dari kelinci, tetapi masa kolonialnya belum boleh berakhir ... Setidaknya sampai Nesia benar-benar menjadi miliknya.

"Nesia?" Belanda menggeser Belgium dan menggantikan posisi adiknya mengetuk pintu kamar Nesia.

"Aku tak mau makan!"

"Cepat keluar."

"Kalian yang keluar dari sini!"

"Kau membenciku?"

"Sangat! Enyah sana!"

"Tapi aku menyukaimu."

"Hah?! Pergiiiiiii!"

Terdengar suara sesuatu yang menghantam pintu dari dalam kamar Nesia. Pasti Nesia mencoba mengusir Belanda dengan melemparkan sesuatu ke pintu.

"Benar kau membenciku?"

"Iya! Kau dan teman-temanmu menganggu aktivitas rakyatku! Pergiiiii!"

Bruk!

Belanda mendobrak pintu tersebut sampai terbuka sebagai gantinya rasa nyeri menjalar dari sisi kiri bagian tubuh Belanda.

Nesia terkejut bukan main, pemuda bertampang datar dan baginya wajah pemuda itu sangar, membuat Nesia hendak menggapai jendela terdekat dan kalau nekat pasti akan terjun dari sana.

"Tidak boleh!" Belanda lebih cepat berlari, melompat, menggapai tubuh kecil Nesia lalu menggendongnya dengan cara seperti memeluk.

Keduanya saling berhadapan, keduanya saling bertatapan. Entah mengapa ada degupan jantung yang mereka berdua rasakan. Nesia wajahnya memerah memang karena takut pada Belanda, lihatlah kedua kelopak matanya yang menampung air berupa bukti bahwa ia ketakutan. Sedangkan Belanda merasakan hal yang lebih mendalam lagi ... ingin mendekap dan mencubit pipi Nesia.

Belanda dekatkan wajahnya pada wajah Nesia, Nesia sesegukan menahan tangis. Belanda menempelkan keningnya pada kening Nesia, membuat hidung mereka nyaris bersenggolan.

"Sarapan dulu ya, Nesia. Aku memaksamu."

Nesia ... mengangguk pasrah.

...

"Lain rasanya bertemu dengan gadis itu ... padahal sudah banyak wanita yang aku temui." -Netherlands

"Aku takut, tangan dia besar, tubuhku kecil. Dia besar, dan aku kecil. Dia tinggi kuat, dan aku pendek lemah. Aku tak ingin digendong olehnya." -Indonesia

...

Bersambung...

Nesia-chan (Hetalia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang