15 -NauRaka-

369 22 5
                                    

Menurutku, hujan itu segalanya. Ia menghapus segala luka yang ada. Seperti kamu.

👑👑👑

HUJAN lagi. Sebuah kalimat yang terlintas di benak Naura sejak turunnya hujan itu. Naura clingukan mencari seseorang yang ia tunggu sejak pembelajaran har ini berakhir.

"Ra!" panggil seseorang mengejutkan Naura. Naura mendapati Nira yang sedang melambaikan tangan dan menuju ke arah loby.

"Lama banget. Ngapain aja, sih?" tanya Naura dengan nada sedikit kesal.

"Biasalah, anak tertib. Piket kelas dulu," jawabnya santai seraya mengusap keringatnya dengan satu buah tisu di tangannya.

"Bilang aja dihukum karena buang sampah di laci." kata Naura memutar bola matanya malas. Nira hanya nyengir tidak bersalah seraya mengusap-usap rambut dan bajunya akibat terkena hujan.

Tidak salah lagi kalau Nira sering pulang terlambat. Ia selalu lupa membuang sampah pada tempatnya. Ralat! Sengaja, lebih tepatnya. Maka dari itu, ia sedang dalam masa penghukuman. Naura sudah berusaha menasihatinya, tetapi apa boleh buat, Nira tidak kunjung berubah.

"Gimana? Jadi kerja kelompok gak, nih?" tanya Nira, menatap sekelilingnya yang tergenang air.

Naura menimbang-nimbang keputusannya. "Sepertinya harus diundur. Hujannya makin deras," putusnya setelah beberapa detik. Nira menghela napas gusar.

"Yaudah, gue balik aja, deh." kata Nira tetapi Naura menahan tangan Nira, mencegah untuk tidak pergi.

"Kalo kamu pulang, aku sendiri dong," katanya. Nira memutar bola matanya malas. Drama banget.

"Ada gue kok!" kata seseorang dari arah belakang mereka berdua. Mereka menoleh dan mendapati seorang laki-laki dengan mengenakan sweater yang sedikit basah.

Naura mengernyit menatap laki-laki itu. Ia berjalan mendekat ke arah Naura dan Nira yang masih terpaku menatapnya. Ia tampak beda, karena sweater yang dipakainya.

"Pulang bareng gue aja," ucapnya seketika. Nira yang mendengarnya langsung segera pamit, ia pun mengerti maksud gerak bola mata Raka yang menyuruhnya segera pergi.

Naura menatap punggung Nira yang sudah mulai menjauh darinya. Pandangan Naura sekarang tertuju pada Raka dihadapannya.

Raka mengeluarkan satu buah sweater yang mirip dengan sweater yang sedang ia pakai, hanya saja berbeda warna. Punya Raka berwarna abu-abu, sedangkan untuk Naura berwarna biru muda.

Raka menyerahkan sweater itu kepada Naura, menyuruh Naura untuk memakainya. Naura menerima sweater itu dan segera mengenakannya.

"Udah, Kak," katanya setelah ia selesai mengenakan sweaternya.

Entah untuk apa Raka repot-repot seperti itu, Naura malah ingin hujan-hujan. Mungkin saja Raka ingin terlihat couplean dengan Naura.

••••

Raka melihat Naura diam selama di dalam mobil bersamanya. Ia memandangi rintik hujan yang turun secara perlahan-lahan. Raka mengerti kenyamanan Naura terhadap hujan.

Raka memberhentikan mobilnya ke tepian, tepat di depan sebuah taman indah. Naura mengernyit lalu ia melihat Raka yang melepas kunci mobilnya. "Kak? Kita kok berhenti?" tanyanya kemudian.

Raka terdiam sejenak seraya mengembangkan senyumannya untuk Naura. Raka mendekatkan wajahnya ke arah Naura. "Gue tau, lo suka hujan, kan?" katanya membuka pintu mobil tanpa menunggu jawaban dari Naura.

NAURAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang