Malvin mengantar Vanya pulang bersama sohib-sohibnya dan di sambut hangat oleh mama papanya.
"Sayang kamu kemana aja sih sampe bisa tidur di apart malvin segala, kalian ga tidur bareng kan? Nya? Vin?" Tanya Lina kepada anaknya dan calon menantunya
Malvin hanya nyengir kuda sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal sementara Vanya hanya pura pura budeg
"Ngga kok tan kan ada kita yang ngawasin mereka cuma tidur bareng bentar doang kok! Dari jam 3- 5 pagi tuh tan si malvin di cari cari tau taunya lagi di oeluk vanya fi kamar" ucap Ridwan tanpa dosa yang seketika mendapat tatapan mematikan dari malvin dan Vanya
Sementara orang tua Vanya melotot ke arah mereka berdua, beda lagi dengan Alif bastian dan devin yang tak bisa menahan gelakan tawanya.
"Kamu ga ngapa ngapain Vanya kan vin?" tanya Lina penasaran
"Nggak! Hehe maksudnya ngga kok tante. Ya kan nya?" lirik malvin ke arah vanya
Vanya hanya mengangguk setuju.
Mereka pun akhirnya di persilahkan masuk namun alif bastian devin dan ridwan pamit pulang duluan karena mereka ada kerjaan sehingga yang tersisa sekarang hanya keluarga Vanya dan malvin,
"Nya nanti kamu sama malvin ke butik tante lidia ya? Disana kamu sesuaiin deh baju pengantin kamu kaya apa"
"Ngga deh ma, Vanya capek kabur kemarin mama aja yang pilih Vanya mau istirahat di kamar"
"Loh kok gitu sayang? Trus gimana Vin? Gpp?"
"Gpp tante asal tante tau ukuran tubuh Vanya aja" ucap Malvin
Vanya pun tanoa aba aba menuju kamarnya dan berharap mendapatkan ketenangan tanpa membahas pernikahannya yang benar-benar menyebalkan itu
Sementara tanpa ia sadari Malvin mengekorinya dari belakang dan ikut masuk ke kamarnya dengan meminta izin sebelumnya.
"Keren juga kamar lo" ucap malvin mengagetkan Vanya
"Keluar lo! Siapa suruh lo kesini?"
"Nggak! Aku dah izin" ucap malvin lalu membaringkan tububnya di sebelah Vanya
"Ihhhh keluar ga lo?!"
"Kenapa sih lo nya? Lagian kita bentar lagi juga kaya gini kok!"
"Ya tapi jangan sekarang gue butuh hiling!!"
"Halah tai, gue juga mau istirahat kata mama mu boleh istirahat disini sama lo"
"Hmmm btw vin kok lu mau mau aja sih?"
"Lah lo sendiri gimana?"
"Ya gue ga tau juga,"
"Sama dong"
Vanya mendecak kesal lalu memejamkan matanya, namun ketengilan malvin membuatnya tidak bisa tenang, malvin dengan sengaja menggerak gerakkan tubuhnya sehingga Vanya merasa risih dengan ulahnya
"Lo bisa diem ga?"
"Vanya bisa ga gausah ngomel? Cape nih telinga calon suami lo!!"
"Yeeeeu bodo amat kalo lo gamau gue usir diem diem!" ucap vanya sedikit berteriak
Malvin hanya mengangguk menanggapinya.
Tak lama akhirnya mereka pun terlelap lagi, namun kali ini jarak mereka bisa dikatakan tidak terlalu dekat sehingga tidak akan menimbulkan kecurigaan.
Setelah beberapa menit Vanya merasa gerah dan memilih untuk mandi, kemudian ia pun menuju kamar mandi.
Setelah menyeleseikan ritual mandinya
Vanya kluar dengan baju tipis disertai handuk kecil yang melilit kepalanya.Mata malvin mulai merasa terganggu dan terbelalak pelan memperhatikan vanya
Matanya menatap tubuh Vanya dari kepala hingga ujung kaki.Vanya yang menyadarinya merasa terganggu lalu melempar handuk yang tadi melilit di kepalanya
"Jangan ngekiatin kaya gitu anj*ng!" ketus Vanya
"Whahahahahahah ya ya nggak deh" Ucap Malvin memalingkan mukanya
"Lo hadap sana sampai gue selesai ganti baju ya! Jangan ngintip!! Gue gabisa gnti baju di kamar mandi kaki gue suka basah lagi !"ucap vanya
"Oke!"
Vanya memulai aksinya mengganti bajunya, namun malvin melanggar janjinya ia sedari tadi melirik beberapa kali ke arah Vanya.
Namun Vanya tak menyadarinya. ia melanjutkan ritualnya di dedapan lemari pakaiannya hingga selesaiPipi malvin memerah sembari menahan gejolaknya
"Nya gue pamit pulang ya? Lo gausah kemana mana lagi bikin pusing aja!"
"Iya sana! Jangan balik lagi"
"Iya ngga balik lagi tapi lu yang bakal tinggal di rumah gueMulai besok" ucap malvin santai lAlu meninggalkan Vanya yang hanya memakai baju dalam
Setelah berpamitan Malvin pun pulang ke rumah orang tuanya dan mendapati banyak orang yang mulai menata ruangan dan halaman untuk pesta pernikahannya, Malvin pun segera menuju kamarnya namun kamarnya terkunci sehingga ia bergegas turun untuk menanyakan perihak itu ke mamanya
Setelah mengelilingi kerumunan orang yang menghias dinding dengan bunga akhirnya Malvin menemukan mamanya yang tengah berbincang dengan tante lidia
"Hai tante hai ma," sapa malvin
"Hai Vin kamu semakin oke! Vanya udah nyerahin model baju pengantinnya ke tante sama ukuran badannya jadi udah aman! Enjoyy"
"Makasi tante"
"Iya sama sama kamu baik baik ya sama vanya nanti jangan suka berantem! Apalagi vanya anaknya suka tensi kamu harus ekstra sabar ya!"
"Hee pasti, btw ma kenapa kamarku di kunci segala?"
"Oh itu, mama udah ngehias kamar kamu untuk malam pertamamu jadi malam ini kamu tidur di kamar lain ya? Gapapa kan?"
"Lah ngapain sih di hias hias ma? Biarin aja apa adanya, aku gamau ya kali barang barangku di pindahin aku batalin nih nikahnya!" ucap Malvin yang sontak membuat mamanya melotot
"Yakin mau batalin? Kamu mau jadi gelandangan? Mau jadi ank durhaka?"
"Lagian ma aku kan dah nurut mau nikah tapi privasi aku jangan di otak atik lah maam"
"Cuman dikit doang kamu lebay banget deh, sana jstirahat sama hapalin tuh kata kata buat besok papamu nungguin disana"
Malvin pun menuju kamar lain yang memang tidak berpenghuni biasanya di jadikan tempat kamar tamu namun kali ini ia tidur di tempat itu, belum sempat ia memejamkan mata papanya membawa kertas hapalan untunya besok
"Nih hapalin biar ga gugup besok, ah papa ga sabar liat Vanya tinggal disini!" ucap hendra
"Ya pa tarub aja, Mavin pusing mau bobo dulu ya! Papa keluar aja deh "
Ucap malvinMelihat ank semata wayangnya yang tamoak setres dan kecapean, Hendra hanya bisa menuruti ucapan anaknya ia hanya tidak menyangka jika anaknya sudah sebesar ini dan harus menikah dengan orang yang ia tak kenal sebelumnya persahabatn istrinya dengan Lina membuatnya menuruti permintaan istdinya untuk menjodohkan anaknya dengan Vanya, ia tau Vanya bukanlah gadis yang layak untuk anaknya namun bagaimanapun Ia harus tetap kenghargai perjanjian antara istrinya dengan sahabatnya.
Malvin menenggelamkan kepalanya dalam bantal, tanpa di sadari dirinya menangis semuanya terjadi tiba tiba, dan ia hanya merasa belum siap mental
Ia hanya berpikir jika lebih baik ia menikah dengan perempuan pilihannya, ia hanya berpikir jika ia menikah saat ia siap. Namun ia tak mengerti dengan jalan pikir orang tuanya hanya karna sebuah ikatan persahabatan membuat mereka menjodohkan anaknya secara tiba-tiba
Malvin pun menangis sesegukan, dirinya harus mengalah untuk hal yang menentukan masa depannya, dirinya harus patuh terhadap sesuatu yang bukan kehendaknya. Apalagi hal ini terjadi di luar akalanya seperti mimpi buruk di siang bolong.