Tidak ada lagi syal merah yang menggantung di lemariku, karena kini syal merah itu telah kembali kepada pemiliknya. Syal merah itu mungkin memang tidak lagi menggantung di lemari kamarku, tetapi akulah yang kini justru bergantung pada si pemelik syal itu. Aku mengikutinya ke mana-mana, mengkhawatirkannya, memarahinya, bahkan merindukan kehadiran dan ketidakhadirannya.
Kami naik ke kelas tiga dengan tenang. Di sekolah tidak ada orang yang tahu tentang keterlibatan kami terhadap kasus Sonia waktu itu, kecuali orang-orang yang memang waktu terlibat langsung. Kami tidak pernah bertemu dengan Ai lagi sejak pertemuan di kedai Jin waktu itu. Kami tahu bahwa dia sekarang berada di bawah pengawasan dan lindungan pihak berwajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, tetapi aku dan V sama-sama tidak mau menemuinya, setidaknya untuk saat ini.
Fei pindah sekolah segera setelah kasus itu dinyatakan selesai, sementara Namjoon dan Jin juga tidak pernah menunjukkan diri mereka lagi setelah kejadian itu. Namjoon ssaem tidak lagi mengajar di sekolah kami, kedai Jin pun tidak pernah buka lagi, padahal aku dan V rindu sekali pada ramen Jin. Baru-baru ini, aku baru tahu bahwa Namjoon pergi ke luar negeri dan Jin mengikutinya. Aku benar-benar salut pada Jin. Aku mendengar kabar tersebut karena Jin menelepon V beberapa saat yang lalu. Dia bilang bahwa mereka baik-baik saja dan memastikan bahwa mereka akan mengabari kami jika mereka pulang ke Korea. Aku mencoba menghubungi nomor yang Jin gunakan segera setelah itu, tapi sayangnya nomornya sudah tidak aktif.
Aku sendiri lebih bisa mengontrol emosiku sendiri sekarang, terlebih yang berhubungan dengan V. Makhluk satu itu memang suka sekali membuat emosiku bergejolak. Kami satu kelas lagi di kelas tiga dan tentu saja kami menjadi teman sebangku lagi. V menolak duduk sebangku dengan siswa lain dan aku harus mengalah agar V tidak perlu berbuat macam-macam yang dapat membuat orang lain berpikir ulang terhadap kerja otaknya.
V sedikit lebih baik daripada dia yang dahulu, hanya sedikit. Dia masih irit bicara dan begitu dia bicara dia akan berbicara yang macam-macam yang membuat sakit perutku. Seperti biasa, ucapannya selalu mengandung teka-teki yang akan membuat repot otak kecilku.
Hal-hal yang tidak berubah adalah, satu, V tidak mempercayai siapa pun, tapi dia mempercayaiku. Dua, aku percaya padanya dan dia harus mempercayaiku selamanya. Tiga, dia harus menemukan orang yang dulu pernah mencoba membunuhnya dan aku berjanji untuk membantunya menemukan si brengsek itu. Empat, aku akan menjaga senyumannya dan membuatnya terus percaya padaku, aku berjanji. Lima, kami percaya bahwa manusia itu saling membunuh dan dibunuh.
Sejauh ini memang belum ada perkembangan yang berarti terhadap apa yang terjadi pada V empat tahun yang lalu, sekarang lima tahun yang lalu. V telah menceritakan semuanya padaku, tentang masa lalunya.
Dia bilang, "Dulu, aku juga siswa biasa sepertimu dan anak-anak yang lain, tersenyum, tertawa, bahagia, berteman dengan siapa saja. Sampai hari itu datang, hari di mana si brengsek itu menusukku."
Dia menunjukkan bekas luka di sekitar dada bidangnya, kupikir dada itu belum sebidang sekarang saat si brengsek itu menikamnya. Bekas lukanya cukup dalam, sangat kontras dengan kulit mulus di sekitarnya. Katanya, dia masih sering merasakan nyeri di saat-saat tertentu. Aku tidak bisa membayangkannya, bagaimana rasanya luka sedalam itu, apalagi luka hatinya yang pernah hampir mati terbunuh seperti itu.
Dia mengatakan bahwa saat itu dia diculik dan disiksa sebelum akhirnya ditusuk dengan mengerikan. Tubuhnya ditemukan di dekat sungai oleh searang kakek yang akan memancing, kata ayahnya. Saat itu, mereka pikir dia sudah tewas. V tidak mengingat detail kejadiannya, katanya semuanya terjadi terlalu cepat. Seingatnya, dia baru pulang dari tempat les saat dia diculik saat itu, selebihnya dia sama sekali tidak ingat. Polisi tidak berhasil menangkap pelaku atau apapun yang berhubungan dengan kasus itu. Tahun ini, kasus itu akan ditutup apabila tidak ditemukan tanda-tanda perkembangan kasus. Mungkin, inilah yang menyebabkan V tidak percaya pada polisi atau siapa pun.
Dia juga bilang bahwa dia koma cukup lama setelahnya, cukup lama sampai dokter dan orang tuanya berniat untuk melepaskan semua alat rumah sakit yang membantunya hidup dan bernafas, hanya bernafas dan tidak lebih. Sampai suatu ketika, keajaiban itu tiba, V membuka mata dan hidup kembali layaknya orang biasa. Tapi semuanya berubah setelah itu, dia tidak lagi menjadi V seperti semula, dia menjadi V seperti yang saat ini aku kenal, V yang bangkit dari kematian, V yang meninggalkan sebagian besar sisi kenormalannya, V yang sempat kuanggap bukan manusia. Sekarang aku tahu, ternyata dia memang bukan manusia, dia bukan manusia biasa, dia malaikat yang dikirim Tuhan untuk menemaniku, mengontrol emosiku.
V beserta orang tuanya pergi ke luar negeri setelah kesadarannya dan baru kembali saat ujian masuk sekolah itu, hari pertama saat kami bertemu. Untuk ukuran orang yang baru saja bangkit dari kematian, dia cukup menakutkan sekaligus mengagumkan, kuakui itu sampai sekarang.
V memang menceritakan masa lalu dan tujuan hidupnya saat ini padaku, tapi bukan berarti dia telah bersikap terbuka padaku. Si brengsek yang keren ini masih sok misterius di depanku. Dia tidak pernah mengungkapkan dari mana dia tahu latar belakangku dan informasi-informasi penting yang selalu dia dapatkan dengan mudah. Hal itu masih menjadi misteri tersendiri bagiku.
Tapi, aku sudah tidak terlalu peduli lagi pada hal itu. Aku cukup tahu bahwa dia mempercayaiku dan begitu juga aku. Aku sudah berjanji dan aku tidak akan membiarkan janjiku hanya menguar seperti angin lalu. V boleh jadi seseorang yang misterius, tapi justru itulah yang membuatku tidak mudah untuk melupakannya.
Seperti saat ini, aku sama sekali tidak lupa seperti apa cengiran bodohnya, evil smirk-nya, seringai mencemoohnya, dan senyum manisnya. Aku juga tidak pernah lupa bagaimana pancaran mata pembunuhnya. Satu lagi, aku tidak akan pernah lupa bagaimana dia mematahkan lidahku hari itu. Ingat, lidah itu tidak bertulang, tapi entah bagaimana caranya dia tetap mampu mematahkan lidahku. Dia gila dan aku lah yang justru tergila-gila di sini. Well, so damn perfect!!
V selalu berkata, "Kau kuat, JK, kuakui itu. Tapi, kau masih berada di bawahku, dalam segala hal." (If you know what I mean guys, ehe) dia selalu menekankan kata-kata terkahirnya yang membuatku sangat muak. Aku benci mengakui bahwa aku tidak mampu membalas ucapannya itu.
****
Dilanjut atau tidak?
Vomment jusseyo, raeder-nim ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
AKRASIA 2 - The Ghostwriter- [VKOOK]
Mystery / ThrillerDIBUNUH ATAU MEMBUNUH. "Aku tidak pernah percaya pada orang lain, tapi aku mempercayaimu, JK." -V "Sekali kau percaya padaku, kau harus percaya padaku selamanya, V." -JK Menurut V, pisau yang pernah mengoyak jantungnya itu tajam, tapi bagi JK, lidah...