5 HIM

275 47 17
                                    

Hao, adakah yang masih berminat dengan story ini?

🔪🔪🔪

Untuk kesekian kalinya aku membolos lagi demi mengikuti si kurang ajar V ini. Kami keluar kelas tepat saat bel berbunyi. Kalau hanya membolos terus, kenapa aku harus repot-repot datang ke sekolah. Bocah ini harus benar-benar bertanggung jawab kalau masa depanku bermasalah gara-gara tingkah seenaknya ini.

Aku sudah tahu pasti arah tujuan kami, ruang kesehatan untuk menemui dr. Jimin, tapi untuk apa? Sepertinya makhluk di depanku ini masih membiarkanku dalam teka-teki ini sendirian, sangat khas dia sekali.

"Masih bebelit-belit?" aku menanyakan ini hanya sekedar untuk memecah keheningan, karena demi apapun, dia kumat lagi irit bicaranya.

V menengok ke arahku sebentar, tidak lupa seringai meremehkannya, "Kenapa? Bukannya kau suka yang berbelit, seperti-" dia menjeda kalimatnya sebentar, kemudian melanjutkannya lagi, "lidahku yang membelit lidahmu, misalnya?" aku tahu dia menambahkan seringai setannya di akhir kalimat itu.

Aku selalu tidak suka saat dia menyinggung hal ini, aku tidak suka merasa kalah darinya, kenapa dia harus membuatnya terlalu jelas, sih?!

Aku tertawa meremehkan, "Sepertinya yang hobi berbelit-belit itu dirimu, jangan salah paham."

Dia masih berjalan di depanku dan sama sekali tidak berbalik untuk memandangku, padahal aku ingin sekali dia melihat seringai cemooh dariku. "Oh, ya?" dia bertanya, entah memang bermaksud bertanya atau hanya sekedar merespon ucapanku, tapi dia melanjutkan ucapannya lagi setelah itu, "Mau aku membelitkan yang lain-lain padamu, heh? Kita lihat siapa yang akan lebih menyukainya di sini, bagaimana?" bicaranya santai dan mendadak otakkulah yang menjadi tidak santai.

"Dasar tolol! Hidupku memang sudah berbelit semenjak kau muncul di depanku, jangan membuatnya semakin berbelit dengan gagasan konyolmu itu!" aku sebenarnya tidak tahu harus mengatakan apa atas ucapan kurang ajarnya itu. Dan, aku heran kenapa pipiku justru memanas mendengar ucapan sibtingnya itu.

V terkekeh pelan. Sekali lagi dia membicarakan hal itu akan kupastikan dia akan berjalan pincang.

"Kau lucu, JK." katanya, "Ini akan semakin menyenangkan saat menggodamu."

"Jangan bercanda." responku geram dan aku dapat mendengar suara kekehannya sekali lagi.

"Maaf, tapi kau harus mengetahui ini, dr. Jimin mungkin tidak akan suka saat tahu kita menemuinya untuk menyinggung buku itu." baru kali ini aku mendengar dia meminta maaf dan sayangnya dia memang suka sekali mengalihkan topik pembicaraan secara tiba-tiba.

Aku ingin sekali melawan perkataannya itu, tapi hal yang baru saja dikatakannya itu lebih membuatku penasaran.

"Kenapa?" tanyaku pada akhirnya.

"Karena dia mungkin akan tersinggung saat kita menanyakan perihal buku yang ditulis oleh ayahnya yang sudah meninggal." jelas V.

"APA?" aku terkejut jujur saja. Kenapa aku tidak memikirkan hal itu sebelumnya. Penulis buku itu adalah Park Hwang Hee dan Jin dalam suratnya merekomendasikan kami untuk menemui dokter Park Jimin. Marganya sama, ya Tuhan, bodoh sekali aku.

"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?" aku kesal jujur saja, bukan pada V, tapi lebih kepada diriku sendiri yang tidak memikirkan kemungkinan itu, padahal hint-nya sudah cukup jelas.

"Jangan hanya suka menungguku, JK. Lain kali, kau juga harus berpikir dan bertindak. Sekarang masalahnya bukan itu, tapi kita harus menghadapi dr. Jimin." V menegaskan.

Oke, jadi semuanya fix salahku, dasar menyebalkan!

Kami masuk ke dalam ruangan kesehatan. V masuk terlebih dahulu dan aku berada tepat di belakangnya. Ruang kesehatan itu masih sama seperti kali terakhir kami melihatnya. Ruangannya masih didominasi oleh warna putih, mungkin semua ruang kesehatan di dunia ini terlihat sama seperti itu. dr. Jimin terlihat sedang sibuk dengan file-file di mejanya, tapi dia mendongak begitu mendengar kami masuk. Senyumnya masih sama, ramah dan menyegarkan, tapi aku tidak yakin apakah sehabis ini dia masih dapat tersenyum secerah itu pada kami. Kali ini dia tidak sedang mengenakan jas dokternya. Jas dokternya ia biarkan menggantung pada gantungan baju di belakangnya, sebaliknya, dia sedang mengenakan kemeja berwarna baby blue yang lengannya digulung sampai ke siku yang membuatnya tampak lebih muda dan semakin menyegarkan, tidak heran banyak siswa perempuan, ehmm bahkan laki-laki, yang jejeritan karenanya.

AKRASIA 2 - The Ghostwriter- [VKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang