Hao, masih ada yang berminat sama story ini enggak ya? Aku emang jarang up story ini, tapi bukan berarti aku lupain my baby yang satu ini, cuma mencari waktu yg tepat buat up, hehe.
🔪🔪🔪
Dokter Jimin menyenderkan tubuhnya pada kursi kerjanya, sementara matanya dari tadi tidak pernah lepas dari V. V sendiri juga menyenderkan tubuhnya pada kursi yang sedang didudukinya, matanya juga tak pernah lepas dari seorang dokter Jimin. Aku yang hanya diam memperhatikan mereka seolah menjadi wasit dalam lomba tatap-tatapan. Oh, come on, setidaknya katakanlah sesuatu, kalian berdua ini!
"Aku bosan, astaga!" kataku sengaja memecah keheningan. "Aku yakin sebentar lagi kalian mampu melubangi mata masing-masing." eluhku.
V menyeringai, "Aku lebih tertarik pada milikmu, JK." tapi matanya sama sekali tidak beralih dari dokter Jimin.
Kalau tidak ingat situasi, sudah kurobek mulut manisnya itu, "Jangan bercanda kalau kau tidak mau jadi korban selanjutnya." kataku dan dibalas seringaian remeh dari V.
Oh, well, dia memang selalu menyebalkan seperti itu.
"Jadi dokter," V mulai berucap, "Tahukah kau siapa penulis kedua kita ini?" V menyilangkan kakinya, dia terlihat lebih bossy sekarang.
Dokter Jimin mengalihkan pandangannya sebentar, kemudian kembali lagi pada V, "Menurutmu siapa?" dia justru melemparkan kembali pertanyaan tersebut kepada V.
V terkekeh mendengarnya, "Kenapa kau mendadak menjadi berbelit-belit seperti ini, dokter? Heumm?" V mengangkat kedua alisnya yang menurutku lebih terlihat seperti sedang mengejek sekarang. Oh, shiit, bocah itu memang benar-benar menyebalkan!
Dokter Jimin memang bukanlah orang yang suka berbelit-belit seperti sekarang ini. Dia tipe orang yang lebih suka to the point dan blak-blakan. Aku bisa tahu sejak pertemuan pertama kami waktu itu.
Aku teringat pada apa yang telah V katakan sebelumnya, buku memoar Park Hwang Hee itu memiliki dua gaya kepenulisan yang berbeda. Yang satu, yang diketahui sebagai tulisan Park Hwang Hee sendiri, memiliki ciri khas yang agak sedikit suka berbelit-belit alias tidak to the point. Aku sempat membacanya sendiri tadi, meskipun hanya sedikit, tapi memang dia lebih suka menjabarkan opini-opininya terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam inti masalah dan menjabarkan fakta pentingnya. Sementara penulis kedua, seperti yang dikatakan oleh V, dia lebih terus terang dan to the point. Jadi, aku mulai menyimpulkan, mungkinkah..
"Mungkinkah kau yang menulisnya, dokter? Yang menyelesaikan karya ayahmu?" tanyaku merusak acara tatap-tatapan mereka yang sudah berlangsung sangat lama. Aku heran, bisa-bisa mereka justru saling jatuh cinta.
V dan dokter Jimin hampir terkekeh bersamaan. Oke, jadi mereka sudah mulai kompak sekarang.
"Tidak buruk, JK." kata V, "Kalau dokter Jimin yang menulisnya, dia tidak akan shock saat mengetahui kebenaran dari The Final Chapter itu, benar kan dokter?" V sempat menatapku sebentar.
Kau yakin bukan dokter Jimin?
"Aku justru heran padamu, V, kukira kau juga akan menuduhku seperti itu." kata dokter Jimin sambil tersenyum, dan aku agak senang karena senyumannya sudah mulai terlihat seperti senyumannya yang seperti biasanya.
"Kenapa kau berpikir seperti itu, JK?" kali ini dokter Jimin bertanya padaku.
"Yah, kupikir gaya menulisnya yang sangat to the point itu sangat kau sekali, dokter." kataku jujur.
Dokter Jimin terkekeh pelan. "Terima kasih." katanya sambil tersenyum dan matanya hilang.
"Dokter Jimin terlalu baik untuk tulisan seperti ini." V menimpali.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKRASIA 2 - The Ghostwriter- [VKOOK]
Gizem / GerilimDIBUNUH ATAU MEMBUNUH. "Aku tidak pernah percaya pada orang lain, tapi aku mempercayaimu, JK." -V "Sekali kau percaya padaku, kau harus percaya padaku selamanya, V." -JK Menurut V, pisau yang pernah mengoyak jantungnya itu tajam, tapi bagi JK, lidah...