⏳⏳⏳
Kim Jongdae atau Chen Hyung, memiliki lesung pipi yang khas saat ia sedang tersenyum, mengingatkanku pada orang lain yang sedang berada di luar negeri sana. Seperti kata dokter Jimin, dia orang yang ramah, dia banyak tersenyum dan kuakui bahwa suaranya cukup khas dan juga mudah sekali disimpan dalam ingatan.
Kami bertemu sore itu setelah kegiatan sekolah selesai, meskipun sebenarnya aku sama sekali tidak mengikuti kegiatan sekolah dan justru melakukan hal-hal bodoh bersama V. Yang ingin kukatakan adalah, jangan tiru perbuatan kami.
Kami bertemu di sebuah cafe yang dipilihkan oleh dokter Jimin. Awalnya, rasanya sangat canggung ketika aku dan V harus masuk ke dalam mobil dokter Jimin dari sekolah. Beberapa siswa memandangi kami dengan tatapan aneh dan tidak percaya atau justru kalau bisa kuartikan pandangan mereka itu adalah pandangan bertanya. Well, aku yakin tidak ada di antara kami bertiga yang memedulikan hal itu, jadi aku juga tidak akan memedulikannya.
Kami duduk di pojok ruangan, aku sengaja memilihnya karena meja ini lebih sepi dibandingkan dengan meja-meja lain. Ada segelas ice americano di hadapan kami masing-masing, kecuali Chen Hyung, karena dia lebih memilih hot americano, serta sepiring mackaron yang sama sekali belum tersentuh.
Dokter Jimin dan Chen Hyung mengawali obrolan dengan hal yang ringan-ringan seperti menanyakan kabar, pekerjaan, serta kerabat yang mereka kenal. Setelah melewati basa-basi itu, yang aku yakin sangat tidak disukai oleh V, mengingat dia adalah tipe orang yang tidak suka membuang-buang waktu dengan hal-hal yang sebenarnya normal orang lain lakukan, dokter Jimin akhirnya mengenalkan kami kepada Chen Hyung sebagai ‘murid bandelnya’.
“Meskipun aku tahu kau bekerja di sekolah, aku tidak yakin kalau kau juga bisa menyebut mereka sebagai muridmu, Jim.” Chen Hyung sepertinya tipe orang yang suka bercanda.
Dokter Jimin terkekeh, kemudian membalas, “Baiklah, sebenarnya mereka ini adalah pasien-pasienku kalau begitu.”
Keningku mengerut sebentar, aku tidak sakit dokter, kecuali orang di sebelahku ini, itu pun kalau kau mampu membedah otaknya. Dan, itu pun kalau kau bisa, aku yakin kau akan dibuat gila terlebih dahulu olehnya sebelum berhasil memegang sehelai rambutnya.
“Sebenarnya hubungan kami lebih cocok disebut dengan simbiosis mutualisme antara petugas sekolah dengan siswanya.” V akhirnya bersuara untuk pertama kalinya.
Chen Hyung menatapnya sebentar kemudian tersenyum. Dia juga sempat menatapku sebentar tapi aku hanya membalasnya dengan tatapan datar. “Kalian sedang dalam proyek menulis buku atau bagaimana?” tanyanya. Apa dia pikir kami datang untuk berbisnis?
Dokter Jimin menggeleng cepat, “Aku bahkan tidak yakin apakah mereka mampu menuliskan satu lembar esai tentang diri mereka sendiri, Hyung.” dia tersenyum, kemudian melirik V, “Bukan maksud mengejekmu, tapi aku yakin kau tidak akan mau melakukannya, kan?”
Jadi kau tidak mengejek V, tapi mengejekku? -_-
Sempat melihat death glare yang kukirimkan, dokter Jimin cepat-cepat tersenyum lebar sambil membentuk v sign dengan jarinya ke arahku. Ah, sialan!
V sendiri sama sekali tidak berkomentar, mungkin dia justru senang karena aku lah satu-satunya yang diejek di sini. Dia sama sialannya.
“Jadi, ada apa ini Tuan-tuan?” Chen hyung bertanya di sela-sela kegiatannya meniupi minuman panasnya.
“Kami ingin membahas tentang buku ayahku.” jelas dokter Jimin to the point.
Aku bisa tahu bahwa raut wajah Chen Hyung, si editor buku, mulai serius. Wajahnya yang penuh keramahan tadi, mulai menegang, apalagi ketika mendengar penjelasan dokter Jimin mengenai semua yang telah kami bertiga bicarakan sebelumnya. Mulai dari adanya kisah V di dalamnya, adanya dua penulis, sampai pada penjelasan tentang pembunuhan Park Hwang Hwee sendiri yang ditulis dalam The Final Chapter.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKRASIA 2 - The Ghostwriter- [VKOOK]
Mystery / ThrillerDIBUNUH ATAU MEMBUNUH. "Aku tidak pernah percaya pada orang lain, tapi aku mempercayaimu, JK." -V "Sekali kau percaya padaku, kau harus percaya padaku selamanya, V." -JK Menurut V, pisau yang pernah mengoyak jantungnya itu tajam, tapi bagi JK, lidah...