3 THE GIFT

302 56 11
                                    


Hari itu datang. Hari ketika sebuah paket dari Jin datang. Paket yang ditujukan kepada V. Pengirimnya Jin, dari Denmark. Mereka berada di Denmark rupanya. Alamatnya kurang jelas, tapi kata V kalau dia mau dia bisa melacak keberadaan mereka. Paket itu datang pagi ini, jadi V sengaja membawanya ke sekolah untuk dibuka bersamaku.

Paketnya tidak besar, hanya seukuran dus sepatu, tapi dibungkus rapi dengan kertas berwarna perak. Kami berada di atas sekolah sekarang, atap tempat Sonia jatuh. Semenjak kejadian itu, tempat ini berubah fungsi menjadi base camp kami, tidak ada orang lain yang berani mendekati tempat ini setelah insiden matinya Sonia itu. Jadi, kami merasa bebas dan memiliki tempat ini.

V membuka paket tersebut dan menemukan sebuah buku beserta sebuah surat di dalamnya. Sebuah buku dalam bahasa Korea yang berjudul Hwang's Journal serta sebuah surat yang ditulis tangan, tulisan tangan Jin tebakku. Kenapa Jin yang berada jauh di Denmark mengirimkan sebuah buku yang berbahasa Korea kepada V? Buku itu semacam biografi kalau menurutku, yang jelas itu bukanlah sebuah buku fiksi. Di covernya tertulis nama pengarangnya, Park Hwang Hee.

"Aku belum pernah mendengar namanya." komentarku.

"Aku juga belum pernah mendengar ada author dengan nama ini." balas V.

Kami meninggalkan buku itu terlebih dahulu dan lebih tertarik pada surat tulisan tangan itu. Kami membacanya bersama-sama, bunyinya seperti ini.

Dear V,

V, aku tahu dengan dikirimnya buku dan surat ini kepadamu kau pasti mampu menemukan kami dengan mudah, tapi aku mohon jangan lakukan. Aku percaya padamu. Aku hanya ingin mengirimkan sedikit hadiah untukmu. Kupikir, ada kisah di dalam buku ini yang kami yakini sangat mirip denganmu, kalau kami tidak salah, semoga saja kami memang salah, tapi jika tidak, semoga buku ini dapat membantumu.

Namjoon menemukannya saat dia sedang melakukan penelitian di kampusnya, dia meneruskan study-nya, ngomong-ngomong. Satu lagi, untuk urusan yang lebih jelas mengenai buku ini, kau bisa menemui dokter muda di sekolahmu, Park Jimin.

Sampaikan salamku untuk JK, katakan padanya kami baik-baik saja dan aku merindukannya.

Sincerely,

Jin.




Surat Jin singkat, tapi aku sama sekali tidak mengerti apa maksudnya. Aku menoleh pada V, meminta penjelasan darinya, tapi sepertinya dia juga sedang sama blank-nya sepertiku.

Aku membaca surat itu sampai tiga kali dan masih tidak mengerti, sementara V sedang mencari tahu siapa itu Park Hwang Hee. Lalu, apa hubungannya ini semua dengan dr. Jimin? Aku membolak-balik buku itu, dan membaca deskripsi di bagian belakang sampul, ternyata buku itu memang semacam biografi dan memoar dari seorang Park Hwang Hee.

Aku membaca bagian biografi penulis dan apa yang kubaca cocok dengan apa yang telah ditemukan V dari internet. Park Hwang Hee adalah seorang reporter berita yang sudah meninggal tiga tahun yang lalu.

V menggenggam buku itu erat, seolah ingin tahu apa yang sebenarnya ingin Jin sampaikan padanya. "Kenapa tidak menghubungi Jin saja?" usulku. Tapi V menolak, katanya Jin sudah menyatakan bahwa ia mempercayainya dan dia tidak mau merusak kepercayaan tersebut. Terlebih lagi, Jin sudah mengirimkan hadiah ini padanya, meskipun sebenarnya dia sendiri masih belum tahu hadiah macam apa itu sebenarnya. Katanya, tugas kamilah yang harus mengungkap misteri itu. Well, sepertinya aku harus terjebak ke dalam dunia penuh misteri lagi kali ini.

"Aku akan membaca buku ini terlebih dahulu, lalu akan kupastikan bahwa besok pagi kau sudah mendengar kabar baik, JK." ucap V.

Aku harap memang seperti itu, dengan kemampuan dan koneksi V yang tidak aku ketahui, aku yakin dia mampu memecahkan misteri ini besok pagi, "Dan, aku harap kau tidak berbelit-belit dalam menyampaikan informasi itu padaku." kataku.

"Well, tergantung pada sikapmu bagaimana." V mendekap buku itu di dadanya dan menampilkan seringainya yang mencemooh.

Aku mengernyit, "Memangnya aku harus bersikap bagaimana lagi terhadapmu?"

Dia terkekeh mendengar pertanyaanku, "Kalau kau menurut," jedanya, "aku akan menyampaikannya secara mudah." dia melanjutkan.

Memangnya aku kurang menurut bagaimana, sih?! Aku menatapnya nyalang, bocah ini, apa tidak bisa tidak mempermainkan aku?

"Kalau begitu lupakan, lagi pula itu hadiah untukmu, kenapa aku perlu repot-repot memikirkannya juga." aku ingin sekali berpikir bahwa ini bukan urusanku.

"Oh, ya?" dia memiringkan kepalanya menatapku, "Jadi, kau berpikir bahwa ini bukan urusanmu?" senyuman mencemoohnya masih bertengger di bibir peachnya.

Aku tidak menjawab.

"JK, sepertinya aku harus mengingatkanmu bahwa kau pernah berjanji untuk mempertahankan senyumku, benar?" dia membolak-balik buku di tangannya sambil sesekali menatapku.

"Aku tidak berniat melupakannya maupun mengingkarinya, asal kau tahu." jelasku menantang.

"Good boy!" dia mengusap kepalaku, aku ingin sekali memuntir tangannya saat ini juga. "Mau menurut" dia bertanya.

"Apa??" aku agak kesal sebenarnya.

Dia terkekeh pelan, "Coba patahkan lidahku." ucapnya, lalu melanjutkan diiringi oleh cengiran bodohnya, "Kalau kau bisa."

Aku menatapnya kesal.

"On my way." bisikku.


****

Hao, aku nunggu viewersnya nyampe 100 dulu makanya baru up, mian :)

Aku jarang promosi, makanya nggak tahu gimana supaya ceritaku ada yang mau baca. Mungkin aku akan up lagi kalau viewersnya naik 50 atau kalau dapat respon bagus, hehe :)

Thanks yang udah mau baca apalagi vote dan comment, xoxo :*

Vote dan comment juseyo readers-nim ^^

AKRASIA 2 - The Ghostwriter- [VKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang