CHAPTER 1

3.4K 169 20
                                    

Hai, perkenalkan aku Hyuga Hinata anak kedua dari Hyuga Hiashi dan Hyuga Hikari. Aku memiliki kakak laki-laki bernama Hyuga Neji yang sekarang sudah bekerja di perusahaan eksportir ikan beku. Selain itu aku juga memiliki adik perempuan yang super cerewet bernama Hyuga Hanabi, sekarang dia masih sekolah kelas 2 SMA. Bisa dibilang keluarga kami harmonis, meskipun ayah hanya pegawai kantoran biasa dan ibuku hanya ibu rumah tangga, namun terkadang ibu menerima pesanan catering untuk tambahan biaya kami sekolah katanya.

Aku sekarang berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir di jurusan Manajemen Bisnis di Universitas Konoha. Bisa dibilang aku beruntung bisa kuliah di Universitas elit itu. Ya, aku ini perempuan dengan otak pas-pasan. Tapi untuk masalah kerja keras, serahkan saja padaku. Bukannya sombong, tapi aku ini perempuan pekerja keras. Bila aku menginginkan sesuatu, aku pasti akan bersungguh-sungguh. Untuk membantu biaya kuliahku yang mahal aku bekerja part time di toko kue yang lumayan terkenal di Kotaku tinggal. Jadi lumayanlah untuk membantu ayah dan ibuku untuk pembayaran uang semester dan menambah uang jajan.

Mengenai fisikku? Aku memiliki tubuh yang ideal untuk ukuran perempuan Jepang. Kulitku putih, rambutku panjang berponi berwarna indigo, dan mataku memiliki iris berwarna lavender. Pacarku pernah mengatakan kalau tubuhku sexy, aku bersyukur kalau memang benar begitu. Hei aku benar bukan? Laki-laki pasti menyukai perempuan dengan tubuh sexy. Walaupun aku sama sekali tidak ingin mengumbar tubuhku pada laki-laki lain selain pacarku yang aku harap akan menjadi suamiku kelak. Tapi bisa dicatat aku bukan wanita anggun, bisa dikatakan penampilanku sedikit tomboy dan keluargaku serta pacarku tidak mempersalahkan itu selama pakaianku masih sopan.

Ngomong-ngomong mengenai pacar, aku dan pacarku sudah menjalani hubungan selama kira-kira 8 tahun. Cukup lama bukan? Dia mengungkapkan cinta padaku saat kami sama-sama masih duduk di kelas 2 SMP. Dia cinta pertamaku sampai sekarang. Entah bagaimana dia bisa bertahan dengan wanita keras kepala sepertiku sampai saat ini. Pertengkaran dan cekcok pasti ada sebagai bumbu pemanis pada hubungan kami. Hei tadi aku bilang wanita bukan? Ya, aku memang bukan seorang gadis lagi. Pacarku mengambil keperawananku saat kami masih duduk di kelas 3 SMA. Awalnya aku tidak mau, aku pernah memiliki prinsip aku akan melakukan ‘itu’ hanya dengan suamiku. Sedangkan dirinya, hanya berstatus pacar bukan? Karena mendapat bisikan-bisikan setan dari para sahabatnya yang sudah tidak perjaka lagi dia semakin gencar mengajakku. Akhirnya aku mau karena tidak tega dengan dirinya yang memohon dengan cara mendramatisir itu. Katanya malu diusianya yang sudah 18 tahun namun masih perjaka. Astaga ada apa dengan pikiran para lelaki? Ah sebenarnya tidak hanya para lelaki, teman-teman perempuanku sudah berbicara mengenai sex semenjak kelas 1 SMA dan mereka bangga karena telah melakukan itu dengan pacarnya.

Dreet dreett

Ponselku bergetar tanda ada pesan masuk, kemudian segera aku buka pesan yang ternyata dari pacarku.

From : Naruto-kun

Aku ingin ketemu. Ada hal yang ingin kubicarakan. Kutunggu di café Ichiraku sebelum kau berangkat kerja part time.

Sudah dua hari pesannya tidak menghiasi ponselku dan tiba-tiba dia mengajak bertemu. Pasti dia merindukanku. Aku pun juga merindukannya, kami sudah jarang bertemu karena sama-sama disibukkan dengan tugas akhir alias skripsi. Kemudian aku menjawab pesan dari pacarku itu

To : Naruto-kun

Okee, sampai nanti. Aku merindukanmu~

Kemudian kumasukkan ponselku ke dalam tas, 10 menit lagi aku akan bertemu dengan dosen pembimbing untuk melakukan bimbingan skripsi dan aku harus menyiapkan mental untuk melihat hasil pemikiranku dicoret-coret dengan spidol merah.
.

.

.

Aku masuk ke dalam café Ichiraku, di tempat inilah kami sering menghabiskan waktu untuk berkencan. Pria bersurai kuning, kulitnya yang eksotis, dengan guratan seperti kumis kucing di pipinya yang sekarang bertatus pacarku itu melambaikan tangan ke arahku untuk menunjukkan posisinya dan menyuruhku untuk ke tempat yang sudah ia pesan. Aku pun berjalan ke arahnya. Sebelum duduk di kursiku kami pun berciuman (pipi), itu kebiasan kami saat bertemu.

“Maaf aku terlambat, Kakashi sensei sedang dalam mood yang tidak baik. Skripsiku dicoret-coret semua, dan entahlah aku harus mengulang dari mana” ucapku lelah. Jujur saja setiap usai bimbingan skripsi aku selalu lesu, dosen pembimbingku yang satu itu memang banyak maunya dan plin plan. Oh astaga, kemarin dia bilang kedelai, besoknya dia akan bilang nato. Aku kan bingung, harus menulis bagaimana. Bolak balik skripsiku direvisinya. Tapi sabarlah Hinata tetap semangat agar kau cepat lulus dan segera mencari pekerjaan mapan, meninggalkan kuliah dan tetek bengeknya!

“Hn, tak apa. Kau mau pesan apa?” tanyanya sambil tersenyum, tapi raut wajahnya ada yang aneh seperti ada sesuatu yang ia pikirkan. Hei kami sudah pacaran 8 tahun, aku hafal maksud dari segala ekpresinya.

“Seperti biasanya saja” jawabku

Setelah 10 menit kami berbicang dan bercerita mengenai kegiatan sehari-hari, tiba-tiba wajahnya menjadi serius dan menatapku dengan sorotan mata yang entahlah aku tak bisa membacanya.

“Hinata, aku ingin mengakhiri hubungan ini” ucapnya

Deg

“Apa? Tapi kenapa?” aku bertanya karena merasa tak terima. Setahuku kami tak ada masalah apa-apa, dia juga selama ini tidak pernah mengatakan kata-kata laknat itu. Dulu saat kami masih duduk di bangku sekolah aku yang sering mengatakan kata-kata itu, dan dia sangat benci saat aku mengatakan itu. Tapi kenapa sekarang dia tiba-tiba meminta mengakhiri hubungan ini?

“Entahlah, aku merasa bosan dengan hubungan ini. Mungkin karena sudah cukup lama aku bersamamu” ucapnya, dan aku bisa melihat ekperesi bersalah di wajahnya.

Bosan. Aku menangkap kata itu di telingaku. Semudah itu kah dia memberi alasan untuk mengakhiri sebuah hubungan yang telah terjalin bertahun-tahun? Semudah itu kah dia memilih meninggalkanku yang sudah memberi harta terpentingku? Kalian bisa mengatakan aku berlebihan, aku tahu perempuan Jepang sudah biasa menikah dengan kondisi yang sudah tidak perawan. Tapi bagiku? Itu sangat memalukan, apabila nantinya suamiku bukanlan orang yang telah mengambil kesucianku. Aku akan merasa bersalah dan berdosa pada suamiku kelak! Rasanya hatiku hancur berkeping-keping dan tentunya aku sangat kecewa pada pria yang selama ini aku percaya akan menjagaku seumur hidupnya. Mataku sudah memanas, tapi aku tidak boleh menangis. Aku benci terlihat lemah apalagi di depan pria yang mulai saat ini aku sematkan gelar brengsek pada nama tengahnya! Kepalaku mendadak pusing, tapi dia menunggu jawabanku. Aku harus segera menjawabnya dan berhambur pergi dari tempat ini.

“Baiklah. Itu saja yang ingin kau katakan?” aku bertanya dengan wajah datarku. Oh Kami-sama jangan sampai air mata ini lolos.

“Maafkan aku Hin-“

“Sepertinya aku harus segera ke tempat kerja, bisa-bisa aku terlambat. Oh iya, terima kasih atas semuanya. Jaa” Aku pun beranjak dari kursi dan segera melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Sial! Akhirnya air mataku menetes juga, aku tak mau menoleh ke belakang lagi. Mungkin dirinya tahu kalau aku menangis. Sebelum berdiri dari kursiku tadi aku melihat raut merasa bersalah di wajahnya. Tapi aku sudah tak mau repot-repot untuk perduli, ini terlalu sakit. Dasar kuning brengsek!

-TBC-

Hallo ini fanfiction kedua saya, lagi-lagi cerita klasik hehehe

Terima kasih sudah membaca, semoga kalian suka ^^

Kira-kira perlu dilanjut gak nih? Hehehe

24 Januari 2018

Love? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang