CHAPTER 4

1.7K 146 2
                                    

Hari yang kutunggu akhirnya tiba, yaitu hari dimana aku akan diwisuda dan resmi menyandang gelar sarjana. Anehnya Naruto yang seharusnya sudah wisuda bulan lalu, dia baru wisuda pada bulan ini sama denganku. Sebenarnya aku sedikit senang akan hal ini, dulu ketika kami masih pacaran kami sepakat untuk wisuda bersama. Apa Naruto ingat dengan janji kami waktu itu? Ahh aku tak mau GR alias Gede Rasa, Naruto pasti sudah melupakan janji itu dan apa pula pentingnya janji itu baginya sekarang.

Semenjak kejadian Naruto mengirim pesan singkat itu, dia tidak pernah menyapaku meskipun kami berpapasan, melihat ke arah ku saja tidak. Ya baguslah kalau begitu, aku juga tak ingin terus terbayang-bayang olehnya. Lebih baik dia cuek seperti itu daripada memberiku harapan semu.

Aku dengar dari Ino si penggosip se-sentero Universitas Konoha kalau Naruto benar tidak berpacaran dengan Shion. Kata Ino sebelum pesta ulang tahun Kiba, Shion mengungkap perasaannya pada Naruto, namun si kuning brengsek itu menolaknya. Entah apa yang mebuat Naruto menolaknnya, padahal kedekatan mereka selama ini seperti sepasang kekasih. Setidaknya Naruto tidak bohong kepadaku waktu itu.

Tapi aneh merutku, setahuku dulu sebelum dan ketika kami berpacaran Naruto bukan tipe orang yang suka memberi harapan seperti itu. Waktu dia masih bersamaku, jika ada teman wanitanya yang gelagatnya seperti menyukainya, Naruto akan langsung menghindar. Dia pernah bilang kepadaku jika tak ingin memberi harapan pada wanita lain karena dia sudah memiliki aku, waktu itu. Tapi sudahlah, ada fase dimana manusia akan merubah pemikirannya bukan? Mungkin sekarang Naruto sedang mengalami fase itu.

"Hinata-chan calon menantuku~ Kau cantik sekali~" ucap bibi Kushina sambil memelukku. Wanita bersurai merah ini Ibu Naruto. Dia sudah kuanggap Ibu keduaku. Dan sepertinya Narutokuningbrengsek tidak memberitahu tentang berakhirnya hubungan kami kepada orangtuanya.

"Lebih cantik Bibi Kushina kok hehehe" ucapku sambil nyengir kuda dan membalas pelukan hangat itu. Terlihat di sebelah Bibi Kushina ada Paman Minato yang tersenyum ke arahku.

"Selamat atas kelulusanya ya Hinata-chan" ucap paman Minato dengan senyum manisnya. Walaupun sudah berkepala empat Paman Minato masih terlihat muda dan tampan. Rambutnya masih kuning tak beruban, mungkin ada tapi tak sebanyak milik ayahku.

"Hei Nak, cepat kemari berikan hadiahnya pada Hinata-chan" perintah bibi Kushina sambil menarik lengan Naruto untuk ke arahku.

"Akhirnya kita lulus juga ya Ta, selamat ya!" ucap Naruto sambil meberikan sebuket bunga lili dan kotak persegi yang kutebak isinya coklat padaku.

"Terima kasih, kau juga selamat ya!" aku membalas ucapan Naruto sambil tersenyum, yah benar akhirnya kami lulus bersama, walaupun dengan status hubungan yang sudah berbeda.

Greb

Aku syok tiba-tiba Naruto memelukku.

"Maaf aku tak menyiapkan hadiah untuk kelulusanmu, aku benar-benar minta maaf" aku berbisik pada telinga Naruto

"Tak apa, asal jangan beri tahu soal hubungan kita pada ayah dan ibuku" ucap Naruto dengan suara lirih di telingaku.

"Hn" jawabku sambil mengangguk pelan, kemudian Naruto melepaskan pelukannya.

Keluarga kami pun foto bersama. Sejujurnya aku merasa bersalah pada ayah dan ibu Naruto karena telah membohongi merek, tapi sepertinya untuk sementara ini adalah keputusan terbaik. Aku juga tak mau di hari wisudanya Naruto dimarahi oleh ayah dan ibunya.

Keluargaku tahu bahwa aku dan Naruto sudah tak pacaran lagi. Meskipun begitu, keluargaku tidak mau buka suara dan menganggap semua seperti biasa. Aku tahu benar watak keluargaku, mereka tidak ingin mencampuri masalahku dengan Naruto. Apalagi ayahku menganggap aku dan Naruto sudah dewasa, menurutnya pasti kami sudah bisa menyelesaikan masalah kami sendiri.

Love? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang