CHAPTER 5

1.8K 130 13
                                    

"Hinata, ayo kita ke kantin" ajak Fuu, teman satu dapartemen keuangan denganku. Dia orang yang ramah, dan sangat manis tidak sulit bagiku untuk cepat akrab dengannya.

"Aku membawa bekal, tapi tak apa akan kutemani makan di kantin" jawabku.

Kemudian kami bersama menuju kantin. Sebelum duduk di salah satu kursi yang disediakan kantin, iris lavenderku melihat sosok yang sangat aku kenal. Pria bersurai kuning jabrik, ah tidak sepertinya dia sudah memangkas pendek surainya itu, dengan iris blue sapphire yang sekarang juga sedang memandang ke arahku.

"Naruto?"

Merasa diperhatikan kemudian Naruto berjalan ke arahku.

"Hai Ta... " sapanya, kemudian mengangguk sekilas dan tersenyum kepada Fuu yang berada di sampingku. Fuu pun membalasnya.

“Kamu kenapa bisa di sini?” Tanyaku langsung tanpa membalas sapaannya

“Aku kerja di sini” jawabnya

“Lah kamu tidak kerja di perusahaan ayahmu?” tanyaku penasaran

Naruto menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Ekheem.. " Fuu berdehem karena merasa dirinya dicuekin dan merasa canggung.

"Eehh... Kenalin ini temenku" ucapku pada Naruto kemudian mereka saling berjabat tangan dan mengenalkan diri.

"Aku Fuu, teman se-departemen dengan Hinata" ucap Fuu sambil tersenyum manis, aku bisa melihat ada semburat merah tipis di pipinya.

"Namikaze Naruto, teman.... dekat Hinata" Naruto membalas perkenalan Fuu dengan senyuman ramah.

“Sejak kapan kamu kerja di sini? Aku kok baru tahu” tanyaku lagi

“Baru 2 hari yang lalu” jawabnya

“Jangan-jangan kamu mengikutiku kerja di sini ya?” tuduhku

Naruto memutar bola matanya bosan “Sebelum aku kerja di perusahaan ayah, aku ingin mencoba mandiri. Membuktikan kualitas diriku, tidak hanya karena aku anak ayah bisa mudah kerja di sana. Aku juga sekarang tidak tinggal di mension, ayah membelikanku apartemen di daerah dekat kantor ini.”

Uzunami adalah perusahaan terbesar di Jepang. Aku sangat tahu Naruto paling tidak suka jika prestasinya disangkut pautkan dengan status dan kekayaan orang tuanya. Dia juga dari dulu ingin mencoba hidup terpisah dari orang tuanya, maksudnya selama ini kedua orang tuanya terlalu memanjakan Naruto. Dia ingin mencoba hidup mandiri agar tak terbiasa dengan kehidupan manjanya.

“Oh” jawabku singkat

"Hinata, aku pesan makanan dulu ya. Namikaze-san saya tinggal dulu ya." ucap Fuu. Sepertinya Fuu merasa sungkan mendengar pembicaraanku dengan Naruto yang terkesan privasi.

Aku dan Naruto mengangguk mempersilahkan, kemudian Fuu segera ke tempat pemesanan menu.

“Ta, lupain masalah kita yang dulu ak-“

“Iya aku tahu, kamu tak perlu khawatir. Aku sudah melupakan itu semua, status kita sekarang teman satu kantor“ aku memotong ucapan Naruto sebelum rasa nyeri di hati ini muncul lagi.

“Oke. Berarti kau sudah tak membenciku kan?” Tanyanya

Aku tertawa remeh “Heh, aku pikir untuk apa aku membencimu? Membuang waktu saja, lagian kita sudah berteman sejak kecil, percuma untuk menghindarimu terus menurus”

“Baiklah” jawabnya, bibirnya mengurva. Sudah lama aku tak melihat senyum Naruto yang seperti itu. Mungkin lebih baik memang seperti ini. Aku juga sudah lelah menghindar darinya. Setiap aku menghindar, entah takdir sepertinya selalu tak mengijinkan. Aku akan menganggapnya mantan yang menjadi teman, kedengarannya lebih baik dari pada mantan menjadi musuh.

Love? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang