CHAPTER 9

3.5K 217 100
                                    

Musim hujan telah tiba. Entah kenapa aku tidak terlalu suka dengan musim yang satu ini. Salah satu alasannya karena cuacanya membuat rambutku lembab. Aku paling menjaga penampilan rambutku. Rambut halus yang terawat adalah ciri khas pemilik marga Hyuuga. Aku tidak ingin membuat malu margaku karena rambutku yang lembab akibat dari cuaca.

Selain itu langit mendung seakan menularkan kemurungannya, membuat baper dan mengingatkanku pada mantan saja.

"Hufftt... Kenapa harus hujan saat jam pulang kantor sih? Aku lupa membawa payung pula. Sial sekali nasibku.. Huftt"

Entah ini kali keberapa aku menghelakan nafas beratku sambil melihat derasnya hujan dari kaca jendela. Sebenarnya aku bisa saja menumpang Fuu atau temanku yang lain untuk mengantarku ke halte tapi aku sungguh sungkan, tidak mau merepotkan. Sasuke sedang ada di luar kota untuk urusan kantor, biasanya dia yang sering mengajakku pulang bersama. Lumayan aku bisa hemat uang transportasi hehehe. Entah kenapa sekarang aku sudah tidak terlalu merasa sungkan dengan Direkturku itu. Lagi pula dia yang selalu menawarkan ini itu. Menolaknya pun percuma. Dia tidak mau dibantah.

Ngomong-ngomong aku masih di ruang kerjaku, aku memilih menunggu di sini sampai hujan reda. Sebenarnya karena hujan ini, membuat kantor masih ramai oleh karyawan, padahal jam pulang kantor sudah 1 jam yang lalu. Tidak hanya aku yang terjebak hujan dan memilih menunggu sampai hujan reda. Tapi bedanya, mereka memilih menunggu di kantin. Aku tidak terlalu suka keramaian jadi lebih baik aku menunggu di ruang kerja saja.

"Nata..."

Seseorang yang sangat aku kenali suaranya memanggilku. Aku pun mengalihkan pandanganku dari jendela dan melihat si pemilik suara. Ya, si kuning itu.

"Ada apa?" Aku pun bertanya, tak biasanya dia mampir di ruang divisi keuangan.

"Ayo pulang bersama" ucapnya.

"Tidak mau" jawabku tanpa fikir panjang.

"Heh, aku tahu kau tidak membawa payung kan?" Tanya dengan nada meremehkan.

"Apa pedulimu?" tanyaku lagi.

"Hujannya deras, bisa-bisa malam kau sampai rumah. Kau mau digoda pria hidung belang yang biasanya berkeliaran di gang dekat rumahmu itu?" Tanyanya lagi, nadanya masih angkuh. Ingin sekali aku melempar kepalanya menggunakan sepatuku. Tidak bisa dipungkiri aku memang takut jika pulang terlalu malam, kabarnya ada penjahat kelamin di dekat daerahku yang sering menggoda perempuan yang sedang lewat di sana. Tapi sebenarnya aku lebih takut dengan pria berambut kuning yang berada di hadapanku ini.

"Aku lebih takut jika harus pulang denganmu" jawabku ketus

"Ohh yaaa? ... Apa kau lebih memilih digoda dan digerayangi penjahat kelamin itu?" Pria ini memang licik dan pintar sekali menyudutkanku. Aku berfikir sejenak untuk menjawab tawarannya.

"Kau tak pulang dengan Sakura?" Tanyaku, aku masih ragu untuk menerima tawarannya.

"Sudah, bukan waktunya untuk cemburu, ayoo" kemudian dia merangkulku untuk menuju ke parkiran.

"Iihh jangan merangkulku, jalan biasa saja!" pipiku pasti merah karena kesal bercampur malu.

"Kau seperti kucing yang sedang marah kalau begitu" ucapnya kemudian mengacak rambutku sambil tersenyum lima jari. Deg. Jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Sudah lama aku tidak melihat senyum itu. Ohh tidak kau kan sudah move on Hinata! Jangan terpengaruh oleh setan kuning ini!

"Ayoo.. " Kemudian dia menarik tanganku agar jalan bersamanya menuju parkiran.

.

.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang