Seorang lelaki jangkung berambut hitam berlari-lari kecil menerobos hujan. Tangan berhias jam digitalnya menarik koper hijau mencolok dengan terburu-buru. Sesekali kakinya melompati beberapa kubangan kotor hingga akhirnya berpijak pada lantai marmer yang dipayungi kanopi. Ia mengacak-acak rambutnya yang basah. Beberapa tetes air menyiprat dari rambutnya. Seorang gadis SMA yang sedang berteduh disampingnya mengrenyit ketika tetesan air itu menampar wajahnya. Gadis itu mendengus kesal.
Lelaki itu kini mendongakkan kepalanya. Membaca tulisan "Mini Mansion" di papan kayu yang terpajang di atas pintu kaca. Ia tersenyum.
Ia mendorong pintu dihadapannya dengan ringan. Bunyi lonceng kecil terdengar dengan samar. Entah apa gunanya sebuah lonceng di pintu mansion.
Seorang wanita paruh baya mengamatinya dari awal ia membuka pintu sampai berdiri di hadapannya. "Ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya.
Lelaki itu tersenyum "Aku mau nyewa satu tempat"
Wanita itu mengamatinya dari ujung rambutnya hingga ujung kausnya. Meja menghentikan pengamatannya. "Pelajar?"
Lelaki itu mengangguk--walau ragu.
"Bukan ide yang bagus untuk memberikan tempat pada seorang pelajar yang masih butuh bimbingan" Ia tersenyum singkat. Lalu tangannya melambai-lambai menyuruh lelaki itu pergi.
"Ta-tapi, aku harus tinggal disini. Orang tuaku sekarang menetap di Amerika. Aku nggak mau tinggal sama kakakku yang sudah menikah." rengeknya.
Wanita di belakang meja kayu itu menghela nafas. Ia sibuk dengan pikirannya ketika akhirnya ia berkata "Baiklah, siapa namamu?"
Lelaki itu kembali tersenyum lebar. "Chanyeol. Park Chanyeol."
"Chanyeol?" ulang wanita itu.
"Bukan, bukan Cha-Nyeol, tapi Chan-Yeol"
Wanita itu mengangguk-angguk sambil menulis di sebuah buku besar. Ia lalu kembali menanyakan Chanyeol dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Chanyeol menjawabnya dengan perlahan-lahan.
"Baiklah, Chanyeol. Kamarmu nomor 23."
Chanyeol mengangguk.
Keduanya terdiam.
"Ya sudah, apa lagi yang kau tunggu?" tanya wanita itu sambil menggigit pensilnya.
Chanyeol mengeritkan dahi. "Kuncinya mana?" Ia mengulurkan tangannya.
Wanita itu tersenyum. "Tak perlu, kau tinggal mengetuk pintunya dan menunggu seseorang membukanya, dan masuk, dan tinggal disana. Selesai" Lalu ia kembali menulis-nulis sesuatu di buku besarnya.
Mulut Chanyeol terbuka. "A-apa maksudnya 'menunggu seseorang membukanya'? Aku akan tinggal dengan orang asing?"
"Ckckck, Chanyeol, kau masih pelajar. Kau masih butuh bimbingan oleh orang yang lebih besar darimu."
Chanyeol menelan ludahnya dengan berat. "Tapi dia orang asing. Gimana kalo aku nggak suka dia? Gimana kalo dia nggak suka aku? Gimana kalo ternyata ia pengedar narkoba? Gimana kalo dia om mesum yang ber-"
"Sssh! Kau ini cerewet sekali. Jika kau mau tinggal disini, kau harus ikuti aturannya! Semua pelajar disini juga tinggal berdua dan mereka tidak protes!" Serunya hingga kacamatanya melorot.
Chanyeol terdiam. "Apakah harga sewa-nya dibagi dua dengan orang asing itu?"
"tentu saja"
Chanyeol berpikir sebentar. "Oke deh." ucapnya kemudian.
Wanita itu membetulkan letak kacamatanya. "Baik-baik dengannya ya nak, aku tak mau dengar ada perkelahian."
Chanyeol memajukan bibirnya. Tangannya menarik koper dan mulai melangkah masuk dengan wajah ditekuk. Wanita itu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/17204113-288-k15942.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone In My Room
FanfictionApa yang bakal terjadi kalo cowok hiperaktif, pemalesan, nan berisik macam Chanyeol harus tinggal serumah dengan cowok sadis, dingin nan galak macam Kris? Yang jelas Kris harus sering-sering urut dada dan Chanyeol harus waspada dengan monster kelapa...