Baekhyun's Phone

807 124 14
                                    



Chanyeol masih menunduk. Ruang tengah telah sepi, teman-temannya diusir secara tidak terhormat oleh Kris yang murka. Dihadapannya, Kris tengah memeriksa barang sitaan: ponsel Baekhyun yang dicurigai sebagai alat pengambil foto aib Kris barusan. Wajahnya dipasang sesangar mungkin. Ia masih punya harga diri untuk tetap menjadi 'lelaki sejati' dihadapan Chanyeol meski ia yakin, Chanyeol pasti telah menghakimi dirinya habis-habisan di dalam pikirannya. Padahal, yang saat ini sedang Chanyeol pikirkan adalah bagaimana cara melepaskan diri dari cengkraman tiang listrik ganas di hadapannya.

Setelah berhasil membobol pin ponsel Baekhyun, Kris segera membuka galeri. Benar saja, foto aib nya ada disana. Kris segera menghapusnya secara permanen tanpa berpikir dua kali apalagi tiga kali. Setelah lega, ia menyakukan ponsel itu. Kini, tinggal membereskan bayi besar di depannya.

Merasa sedang diamati, Chanyeol mengangkat wajahnya. Mata tajam plus dingin plus sadis plus plus plus Kris segera menghunus mata lemah plus berair plus alay Chanyeol dengan tepat. Seketika, Chanyeol menjatuhkan dirinya ke lantai dan berlutut.

"A..ampun." Katanya lirih. Ia kembali menundukkan wajahnya."Jangan penggal hamba, yang mulia."

Kris yang tadinya benar-benar murka, kini mulai memikirkan sesuatu yang nista eh jahil. "Kasih gue satu alasan kenapa lo harus diampunin."

"K-karena.." Chanyeol terbata. "Karena aku masih anak sekolah, 1 SMA, belum cukup waktu tuk' begitu bee~gii~ni~"

Seketika Kris menyesal sudah bertanya. Ia menyentuh dagu Chanyeol dan menyentak kepalanya ke atas untuk berhadapan dengan wajahnya. "Masih berani bercanda?"

Chanyeol bergidik.

"Lo tau? Tadinya gue udah hampir percaya sama lo. Tapi sekarang apa? Lo malah ngundang semua temen-temen lo dan ngancurin mansion gue." desis Kris sadis dan agak hiperbolastis tapi wajahnya masih manis seperti kue lapis (ini apaan?). "Tembus kesalahan lo."

"Te-tembus?" Chanyeol merasa keringat dingin mulai menetes di balik t-shirt nya. "dengan apa?"

Hening. Kris tidak menjawab. Ia masih saja menatap Chanyeol dengan tajam.

"Jangan bilang.." Chanyeol menelan ludahnya. Ia kemudian memeluk dirinya pelan-pelan.

Melihat gelagat Chanyeol yang tak indah, Kris mengrenyit. "Maksud lo..." seketika Kris sadar. "Astagahh!" Ia menepis dagu Chanyeol dari tangannya. "Lo pikir gue homo mesum?!!"

Chanyeol menghela nafas lega. "Aman deh."

"Gak! Lo sama sekali ga aman!" Kris makin beringas. "Mulai sekarang lo harus terpantau! Ke sekolah gue anter, balik gue jemput, nggak ada main setelah sekolah, nggak ada temen-temen lo yang mampir, nggak ada, pokoknya lo tahanan di rumah ini!"

Chanyeol membulatkan matanya "Apaaa???" GELEGAR! *kamera zoom in zoom out*

Kris ketok palu. "Nggak bisa dibantah! Keputusan ini sudah bulat."

"Tapi bang, gue kan harus latihan teater!"

"Masa bodo."

"Bang plis diringanin lagi dong."

"Nggak bisa."

"Ya udah tembus pake pilihan yang pertama aja deh bang, nggak apa-apa."

"Nggak bi-" Kris ter-pause. "beneran?"

"Ya kagak lah monyeeeet!!" Chanyeol menoyor dahi Kris sambil tertawa geli. "Tuh kan, ternyata lo emang beneran ho-"

"MASUK KAMAR SEKARANG JUGAAAA!!"

Someone In My RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang