1

160 16 4
                                    

Di sudut ruangan nan gelap seorang Perempuan tengah meringkuk gemetaran sekujur tubuh dengan sebilah pisau belati yang ia genggam berlumur darah, piyama tidur yang ia kenakan pun tampak mengerikan dengan percikan darah. Dihadapannya seseorang terbaring kaku bersimbah darah dengan beberapa tikaman dibagian perut.

Di luar hujan tengah mengguyur deras disertai angin dan gemuruh guntur sehingga suara jeritan pun teredam. Tak lama hingga hujan mereda samar-samar suara sirine mobil polisi terdengar membelah jalan.

Derap langkah kaki beriringan terdengar mendekat menciptakan kegaduhan namun Perempuan itu tampak tak terusik.

"Jangan bergerak!" Seorang Polisi yang berdiri beberapa meter dihadapannya memindai ruangan kamar kemudian menurunkan todongan pistol kearah Perempuan tersebut sambil bergerak pelan mendekatinya. Ia mengeluarkan borgol pada saku belakang segera memborgol kedua tangan Perempuan itu. Namun, sebelumnya ia meraih pisau belati digenggaman Perempuan yang tampak tak berdaya menggunakan sapu tangan dan memasukkannya pada kantong plastik sebagai bukti.

"Saudara Yasmin Asia saya harap anda bersedia ikut kami, untuk dimintai keterangan atas pembunuhan keluarga Bilge."

Adalah Yasmin Asia Bilge nama Perempuan yang sekarang tengah berjalan sempoyongan dengan tangan terborgol berlumur darah yang mulai mengering. Perempuan itu tak menangis bukan karena tak ingin hanya saja sistem lakrimalnya telah mengalami kerusakan sehingga polisi menduga bila ia tak menyesali perbuatan kejinya.

Yasmin bungkam selama proses penyidikan berlangsung, segala tekanan dari penyidik terus diberikan bahkan tak segan-segan mereka menggebrak meja hingga melakukan kekerasan fisik, tapi Yasmin bukan Perempuan yang mudah terkecoh.

"Yasmin saya tekankan sekali lagi, diam anda tidak akan membebaskan dari tindakan keji anda!" kecam salah satu penyidik. Jelas saja para penyidik itu murka, sebab empat puluh jam berlalu namun tidak membuahkan keterangan dari Yasmin selaku tersangka barang satu kalimat pun.

"Semua bukti mengarah pada perempuan psikopat ini." Ketua Tim Tindak kejahatan berdecak kesal. "Apakah anda mengelak atas tuduhan sebagai tersangka pembunuhan keluarga Bilge?"

Yasmin sekali lagi bungkam. Apa yang kalian harapkan dari Perempuan yang susah payah menahan getaran tubuhnya dan kesulitan mengatur napas.

"Dengan bungkamnya anda selama proses penyidikan, kami menganggap anda tidak ingin bekerjasama dengan kami dan tentu saja akan memperberat hukuman anda. Pembunuhan merupakan kasus dengan hukuman berat."

"Cih!"

Yasmin menatap Pria paruh bayah yang sejak kemarin terus memanggilnya pembunuh-lah, psikopat-lah dengan sorot tajam, tangannya terkepal memutih. "Sekalipun saya menolak tuduhan kalian, tidak akan ada yang berubah. Kalian akan melakukan segala cara agar saya ditetapkan sebagai tersangka, terlebih sidik jari saya pada barang bukti. Kalian bahkan tidak mengizinkan saya untuk menyewa advokat,"

Yasmin menghembuskan napas panjang berusaha mengatur pernapasan agar mampu melanjutkan apa yang ia simpan terhitung sejak kehadirannya di bilik pengap ini.

"Kalian tidak menanyakan bagaimana saya bisa meringkuk ketakutan sambil bersimbah darah, hanya sekali lihat kalian sudah mendakwa saya sebagai tersangka. Ah, pembunuh yang sebenarnya berhasil kabur. Daripada kalian harus terkena amukan atasan dan mengalami penurunan pangkat, anda lebih memilih menjadikan saya kambing hitam."

"Alibi anda tidak berdasar, Saudara Yasmin."

"Atau pembunuhan ini telah kalian rencanakan dengan dia."

"Saudara Yasmin, anda..."

"Tak usah bersusah payah menyidik saya. Segera buat surat penahanan dan akan saya paparkan segala alibi yang saya miliki dihadapan Hakim dan Jaksa di Pengadilan nanti." Salip Yasmin cepat.

Kondisi Yasmin memang tanpak tak bernyawa namun tidak dengan otaknya. Selama kurang lebih sehari, Ia terus mencerna dan me-reka segala yang menimpanya. Ia hanya orang yang awam akan hukum namun berkat Kakaknya oh lebih tepat Almarhum yang merupakan lulusan hukum, ia mengetahui hal-hal umum mengenai bagaimana bobroknya penyelenggara hukum di Negeri ini.

Ketika kamu berurusan dengan para penyelenggara hukum, maka jangan sekali-kali kamu menaruh kepercayaan karena hukum dan uang tiada berkawan.

"Seperti yang saya duga. Anda tidak sepolos yang terlihat, saya salut dengan keberanian anda bertahan dengan segala tekanan. Sesuai dengan analisis anda tadi, jelas tidak ada jalan bagi anda untuk keluar dari jeratan hukuman seumur hidup. Terima kasih untuk empat puluh jam yang sia-sia ini, semoga anda tidak mati membusuk di Bui." tutur lelaki itu tegas kemudian beranjak pergi diikuti oleh antek-anteknya.

"Segera buat surat perintah penahanan dan pastikan Perempuan psikopat itu mendekam selamanya di Penjara, dia pikir siapa hingga beraninya bersikap angkuh dihadapan penyidik. Dan jangan lupa untuk mengikut sertakan rekaman panggilan sebagai bukti utama selain sidik jari dan juga kesediaan saksi." ucapnya sebelum benar-benar meninggalkan ruangan dua kali tiga yang sesak dan pengap itu, suara pintu terbanting keras.

When The Rain ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang