From :aisyahgustav8
To :asyharbian
Subject : PENTING
See u at uR home, I wanna eat ramyeon toNiGht.
Bian memperhatikan pesan Aisyah dengan intens, ada yang aneh dalam pesan singkat ini. Beberapa menggunakan huruf Kapital di tengah kata. "S-R-I-N-G." Bian mengeja pelan. "SRING?"
"RING!" ucap Bian setengah berteriak, Bram bahkan menatap Bian dengan kening berkerut.
Tergesa-gesa, Bian berdiri dan berjalan meninggalkan Bram yang didera rasa ingin tahu.
Bian mengendari mobil menuju rumahnya dengan kecepatan tinggi, menghiraukan klakson dari kendaraan-kendaraan yang ia salip dengan anarkis.
"Shit!" umpatan Bian menggelegar di dalam ruangan yang di dominasi poster klub bola Chelsea, Klub kesukaan Bian. "Di mana aku menyimpannya?!" gerutu Bian seraya mengacak isi lemari Bajunya hingga berantakan. Ia bahkan mencari kotak cincin milik Aisyah di antara lego yang dibangunnya susah payah kemudian runtuh sepersekian detik. Membongkar seluruh isi laci yang dipenuhi amplop surat cinta yang diterima Bian saat sekolah dulu.
Bian mengacak rambut frustasi, "Umurku bahkan belum memasuki kepala tiga, mengapa aku sepikun ini!" hardiknya sambil berjalan menuju ruang kerjanya.
Bian memulai pencahariannya, kali ini Bian lebih berhati-hati sebab ruang kerjanya dipenuhi buku-buku dan dokumen penting. "Kotak itu, mungkin telah disembunyikan Aisyah di suatu tempat. Aku yakin ada sesuatu dalam kotak itu." batin Bian kemudian melanjutkan penggeledahannya. Dan tiga puluh menit kemudian Bian bersandar lemah di sofa ruang kerjanya, wajahnya dibanjiri peluh. Dia belum menemukan kotak cincin itu.
Mata Bian melanglang buana, memindah ruang kerjanya dan menatap frame foto yang di letakkan di lemari kaca tempatnya menyimpan piala dan penghargaan. Foto itu diabadikan ketika Bian dan Gustav turut hadir saat hari kelulusan Aisyah di The University of Melbourne, Australia. Bian bangkit meraih frame itu, dia berencana memajangnya di kamar rawat Aisyah.
Bian terlonjak, memicingkan mata kala menggeser frame yang dibaliknya terdapat kotak biru dengan bordir warna emas Tiffany&Co, Kotak cincin yang dicarinya. Gesit Bian membuka kotak itu dan seperti terkaannya selain cincin milik Gustav di dalamnya terdapat sebuah flashdisk berwarna logam yang disembunyikan Aisyah dari seseorang.
Flashdisk itu berisi rekaman black box mobil salah satu mobil yang terparkir di Parkiran Lapas malam di mana Marissa terbunuh. Baru setengah rekaman itu teputar, getaran gawai milik Bian menginterupsi. Panggilan masuk dari Banyu.
"Iya, Banyu."
"Tim kami berhasil melacak pemilik Jeep merah itu." Ucap Banyu di ujung panggilan.
"Siapa pemiliknya?" tanya Bian sementara ia menonton rekaman yang terputar di komputernya.
"Nichola Darmawangsa."
Bian terpaku, Nichola Darmawangsa. Nama yang tak asing. Bian ingat beberapa hari yang lalu Aisyah pernah menyebutkan Nichola sebagai anak dari "Dokter Sarif Darmawangsa." Nada Bian meninggi tak percaya.
"Benar, Nichola adalah anak tunggal Darmawangsa yang meninggal setahun yang lalu akibat overdosis obat-obatan."
"Segera buat surat penangkapan!" desis Bian tajam dengan tangan yang mengepal erat.
"Kami belum bisa mengeluarkan surat penangkapan, kami membutuhkan penyelidikan lebih lanjut."
"Banyu, tunggu! Ku pikir aku menemukan bukti lain." Pekik Bian seraya menjeda rekaman yang dinontonnya. "Segera buat surat penangkapan. Aku ke kantormu sekarang." Panggilan diputus Bian sepihak menghiraukan pertanyaan Banyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Rain Comes
Ficción GeneralYasmin Asia Bilge menjadi tersangka pembunuhan berencana keluarga angkatnya, Bilge. Kini, Yasmin berjuang mengungkap kebenaran bersama dengan dua pria dari masa lalunya yang turut hadir kembali. Mampukah Yasmin menyingkap kebenaran yang sengaja dil...