2

103 16 4
                                    

Hakim mengetuk palu sebanyak tiga kali dan putusan pengadilan menetapkan Yasmin sebagai terpidana atas tindakan pembunuhan berencana yang merenggut nyawa Bilge Noori, Dwilara Bilge dan Gustav Bilge, mereka merupakan keluarga yang mengadopsi Yasmin sepuluh tahun yang lalu, Yasmin divonis hukuman penjara seumur hidup.

Satu-satunya yang dimiliki Yasmin sebagai pembelaan adalah alibi tanpa bukti, alhasil alibinya justru membuat khalayak umum berang. Kasus Yasmin menjadi headline-news selama sepekan lebih, seantero negeri tertarik akan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh wanita berparas selayak Dewi kematian yang membunuh keluarga angkatnya demi harta.

Hujatan dan cekaman Yasmin terima atas tindakan amoralnya. Masyarakat mungkin tak mengenal siapa nama pembunuh itu, sebab hampir seluruh media cetak tak menyebutkan pelaku dengan nama ataupun inisial melainkan mereka senang menyebutnya 'Si Pembunuh berdarah dingin' atau 'Perempuan Psikopat'.

Sejak persidangan itu, Yasmin mulai merasakan perubahan mendasar pada dirinya. Ia memang tampak lebih baik setelah berada di lapas dengan baju tahanan berwarna orange yang sangat kontraks dengan kulit putih bersihnya. Wajahnya nun ayu membuat beberapa Sipir menaruh hati dan narapidana pria namun itu hanya bertahan hingga mereka tahu siapa sosok sebenarnya. Kenalkan, Ia pembunuh berdarah dingin.

Namun lain halnya dengan kondisi psikologis Yasmin, Dokter Aisyah selaku Dokter Klinik Lapas mendiagnosis Yasmin mengidap Depresi Agitatif. Yasmin yang mengetahui itu, lempeng-lempeng saja. Toh, hal wajar mengidap Depresi setelah apa yang ia alami. Beruntungnya, ia tak terkena skizofrenia.

Di lapas tak ada yang berani mengusik Yasmin, bahkan sekedar berpapasan pun mereka enggan. Hingga sosoknya melegenda sepenjuru lapas, wanita yang bila dipandang  nampak cantik sekaligus bengis diwaktu bersamaan.

"Yasmin dari koran yang Ibu baca tadi, perkiraan akan hujan nanti malam hingga subuh hari."

Adalah Sarti nama perempuan paruh baya menjadi satu-satunya tahanan yang berani mengajak Yasmin berbicara meskipun pembicaraan itu selalu berakhir satu arah.

Sarti wanita baik, itu menurut Yasmin. Nasib sial sebagai orang miskin membuat Sarti mendekam dibalik Jeruji dengan tuduhan penipuan. Yasmin tertawa sinis ketika mendengar cerita Sarti.

"Malam ini akan menjadi malam yang panjang." desis Yasmin tajam hingga mampu membuat bulu kuduk Sarti merinding mendengarnya.

...

Hujan baru mereda ketika menjelang pagi hari, tak ada aktifitas yang berlangsung pagi itu sebab sejuk selepas hujan terlalu nikmat untuk ditinggal. Kasur tipis dan selimut usang adalah singgasana yang tepat untuk terlelap.

Pagi yang tentram itu terusik jeritan histeris seorang sipir wanita, sepanjang koridor ia berlari terbirit-birit seakan baru saja melihat setan. Para tahanan yang mudah terusik beranjak dari bilik mereka memastikan kegaduhan itu.

"Ada mayat di Toilet! Ada mayat!" teriak seseorang ditengah kerumunan.

"Dia dibunuh. Bajingan!" suara teriakan itu disusul oleh ringisan tahanan lainnya.

Polisi dan sipir baru mengevakuasi korban ketika matahari telah menampakkan teriknya. Kepergian mayat yang diketahui bernama Sarah meninggalkan dugaan dan misteri dibalik kematiannya. Sarah, meski tak secantik Yasmin namun ia menjadi tahanan dengan jumlah fans terbanyak sebab memiliki tutur kata yang baik dibanding tahanan lain. Jelas saja, Sarah adalah anak artis papan atas yang ditahan atas penggunaan obat-obatan terlarang jenis ganja dan pengedar narkoba namun dijatuhi hukuman sepuluh bulan yang merupakan hasil sogokkan dengan pihak berwajib sebesar seratus juta rupiah. Itu menurut kabari burung yang beredar di lapas.

"Sungguh malang nasib Sarah, seminggu lagi masa hukumannya berakhir namun ajal terlebih dulu menjemput. Semoga Gusti Allah menempatkannya ditempat terbaik disisi-Nya." Sejumlah tahanan melakukan do'a  bersama selepas shalat dhuhur meski dalam benak mereka terdapat keraguan bila do'anya akan terjabah.

Hasil investigasi keluar setelah tiga hari berlalu, Sarah dinyatakan murni bunuh diri. Kasus ditutup rapat sesuai dugaan!

Yasmin yang tengah duduk di ujung koridor tersungkur akibat dorongan dari tahanan nomor tahanan 1043.

"Lo manusia laknat! Kenapa lo bunuh Sarah? Apa salah Sarah?" teriaknya hingga memicu perhatian tahanan lain.

Yasmin yang benci akan keramaian memilih bungkam dan berlalu namun sebelum itu tamparan keras terlebih dulu mendarat di pipi mulusnya. Tak ada yang berusaha melerai tindakan anarkis tahanan 1043, bersikap apatis adalah tindakan bijak guna menghindari pertengkaran baru. Begitulah aturan tak tertulis di lapas.

"Gue lihat lo keluar buru-buru dari toilet tadi malam. Kenapa lo bunuh sahabat gue? Apa salah Sarah?" ucapnya sembari terisak pedih, Wanita itu terus meracau menangis meraung-raung mengundang kedatangan beberapa Sipir  ditempat perkara, menyadari akan itu tahanan lain kemudian membubarkan diri.

"Setelah bebas ia akan menikah, kenapa... "
Yasmin tak bergeming.

"Wanita keparat! Gue bunuh lo... Gue bunuh lo atas nama Sarah dan... "

Satu pukulan keras dilayangkan Yasmin tepat mengenai pelipis tahanan 1043 yang mengakibatkannya jatuh tersungkur tak sadarkan diri karena berbenturan dengan beton setapak.

Yasmin dengan pukulan mautnya sukses menjadi buah bibir seluruh penghuni lapas sehingga berakhirnya Yasmin pada ruang isolasi malam ini.

Ruang isolasi, tempat paling mengerikan bagi orang yang mengidap anginifobia. Ruangan yang sempit, gelap dan sesak.

Namun bagi Yasmin Ruang Isolasi bukanlah momok menakutkan, Ruang Isolasi lebih baik dari kamar tahanan yang riuh suara umpatan kasar.

"Tolong aku, Tolong lepaskan! Yasmin." 

Dalam tidurnya sayup-sayup Yasmin mendengar ucapan itu berulang kali. Yasmin meracau tak jelas, keringat dingin membasahi pelipisnya. Mengalami mimpi buruk bukanlah hal baru bagi Yasmin, tidurnya tak pernah tenang selalu berakhir dengan rasa sakit pada ulu hatinya.

"Yasmin, Tolong!"

Suara itu terus berputar bak kaset rusak, Yasmin terus meracau tak jelas. Dalam setengah keasadarannya dia terus menerka siapa gerangan milik suara pesakitan itu?

"Yasmin," Suara itu semakin jelas menusuk indera pendengarannya.

"Yasmin!" hentakan keras mengiringi terdengarnya suara itu kemudian cahaya terang menyapa Yasmin.

"Selamatkan aku."

Yasmin terbangun dari mimpi buruknya. Dengan kepala yang seperti telah tertimpa beton, dia bangkit berusaha menetralkan sistem pernafasannya juga jantung yang berdegup tak wajar.

"Aku butuh pil antidepresan."
Dilihatnya koridor lapas di balik jeruji sel yang tak terkunci. Yasmin berjalan keluar sempoyongan, tangannya gemetar merasa was-was dengan sekitar menuju Klinik Lapas. Belakangan ini, obat antidepresan telah menjadi pelariannya.

Yasmin termangu lantaran melihat bercak darah sangat kontraks dengan lantai marmer putih Klinik Lapas. Mengerjapkan mata berulang, berharap dia tengah mengalami halusinasi.

Bak Deja vu, dihadapannya terkapar seorang wanita dengan baju menyerupai miliknya, darah bersimbah disekitar pergelangan tangan.Yasmin tercekat ketakutan, dia benci darah.

Bukan aku kan yang membunuhnya? Batinnya sebelum kegelapan merengut kesadarannya.

When The Rain ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang