9

1.6K 52 3
                                    


"Pertemuan hari ini cukup ya. Kita ketemu lagi minggu depan."

"Iyaaa kak." Murid-murid kelas XI IPA 1 menjawab serempak membuat Niki berkacak pinggang sambil menatap sinis pada murid-muridnya.

Murid kelas XI IPA 1 kompak tertawa melihat sikap Niki.

"Ulangi!! " perintah Niki.

"Iyaaaa bu."

"Gitu dong." Niki tersenyum puas.

Hampir semua murid yang Niki temui selalu memanggil 'kakak'. Bukan hanya ke Niki sih tapi ke teman2 PPL yang lain juga. Niki suka-suka saja sih dipanggil 'kakak' toh umur mereka juga tidak terlalu jauh berbeda. Kurang lebih sekitar 5 tahunan. Tapi sekarang kondisinya mengharuskan Niki tidak dipanggil 'kakak' melainkan 'ibu'. Walaupun hanya guru sementara tapi Niki ingin dianggap guru betulan.

Sejak awal pertemuan dengan murid-murid yang diajarnya Niki selalu membiasakan mereka untuk memanggil dengan sebutan Ibu. Kalau murid yang tidak Niki ajar sih, Niki tidak ambil pusing. Ah satu lagi alasannya, Niki takut panggilan 'kakak' ini akan berpengaruh ke penilaiannya saat ujian PPL nanti.

Sebenarnya perasaan Niki sekarang sedang kacau. Hari ini dimulai dengan kejadian tidak menyenangkan yang dialaminya bersama Evan. Tak hanya sampai disitu, saat jam istirahat, Niki yang sedang berjalan di koridor sekolah bersama Dea dikejutkan dengan tepukan di bagian belakang bahunya. Saat Niki menoleh, matanya langsung membulat melihat siapa yang sekarang berdiri di hadapannya.

"Hai Chikita." kata Arga sambil tersenyum mengejek.

Niki memegang wajahnya, memastikan maskernya terpasang. Niki merasa heran, padahal ia sudah memakai masker yang menutupi sebagian wajahnya tapi kenapa Evan dan Arga masih mengenalinya.

Niki hanya menatap Arga singkat lalu kembali berjalan lagi,

"Hei." Niki merasa bahunya ditepuk lagi.

Tapi Niki tidak peduli, ia juga mengabaikan tatapan penuh tanya dari mata Dea.

Arga yang kesal karena Niki cuek, akhirnya memotong langkah Niki dengan berjalan mendahului Niki dan berdiri di hadapan gadis itu.

Ya ampun, bocah jaman sekarang kenapa seneng banget motong jalan orang sih. Tadi pagi Evan, sekarang temennya.

Niki berdecak sebal. Dia tidak mengeluarkan kata sedikit pun. Niki hanya menatap wajah Arga dengan tatapan malas.

"Lo kenapa cuekin gue?" tanya Arga.

Dea yang masih ada di sebelah Niki terkejut dengan panggilan Arga ke Niki yang menggunakan kata 'lo' dan 'gue'.

Gila. Nih anak ga sopan banget. Dipanggil 'kakak' masih mending, lah ini manggilnya pake 'lo', pikir Dea dalam hati.

"Hei kamu," Dea sudah siap menegur Arga, saat tangannya diremas oleh Niki. Dilihatnya Niki memberi kode untuk diam pada Dea. Dea memutar bola matanya, kesal karena dihentikan oleh Niki.

"Kapan saya cuekin kamu?" Niki balik bertanya pada Arga.

Arga mengernyitkan alisnya mendengar Niki menggunakan kata 'aku' dan 'kamu', lalu ia sadar kalau saat ini Niki adalah guru PPL sehingga tidak mungkin menggunakan kata 'lo' dan 'gue' pada dirinya.

"Ehem.. tadi saya sapa Ibu loh," jawab Arga, sengaja menekankan kata 'Ibu'.

Niki tersenyum karena Arga mengikuti permainannya dengan tidak menggunakan 'lo' dan 'gue'.

"Oh maaf. Saya ga dengar ada yang sapa." Niki mengedikkan bahunya.

"Nama Ibu, Chikita kan?"

Pupil mata Niki membesar karena kaget dengan pertanyaan Arga yang di luar perkiraan.

JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang