13

1.5K 59 12
                                    


Mario baru saja masuk ke dalam ruang guru saat ia mendengar suara bentakan. Seluruh mata di ruang guru tertuju pada Pak Dahlan yang sedang memarahi salah satu mahasiswa PPL sambil berteriak-teriak. Mario mendekati Anisa, temannya sesama guru komputer.

"Ada apaan sih Nis?"

"Biasa si Pak Kumis," jawab Nisa santai.

"Gara-gara apaan?"

"Ga tau juga gue, kayanya tentang tugas anak-anak deh."

"Oh."

Mario berjalan menuju mejanya sambil terus memperhatikan Pak Dahlan yang masih marah-marah. Mahasiswa PPL yang sedang sial kena damprat Pak Dahlan adalah Nikita. Nikita gampang dikenali karena ia satu-satunya mahasiswa PPL yang tidak berkerudung. Jadi dilihat dari belakang pun, Mario tahu bahwa itu Nikita.

Pak Dahlan sudah selesai berteriak. Nikita tampak membungkukan badannya ke arah Pak Dahlan lalu berjalan cepat keluar ruang guru sambil menundukan wajahnya. Rasa kasihan muncul di hati Mario dan tanpa pikir panjang Mario berdiri lalu berjalan cepat keluar ruang guru. Baru sampai di pintu, Mario membalikan badannya dan berjalan ke meja Anisa. Diambilnya satu pak tisu yang ada di meja Anisa, lalu berlari kecil menyusul Nikita.

"Eh eh, mau dibawa kemana tisu gue?!" tanya Anisa setengah berteriak, tapi Mario tidak menoleh sedikit pun.

Mario mengikuti Nikita yang ternyata berjalan ke taman belakang sekolah. Dilihatnya Nikita duduk di gazebo yang ada disana. Salah satu tangannya menutupi mulutnya. Mario tersenyum sambil melihat tisu yang dibawanya. Ia sudah menebak gadis itu pasti akan menangis, makanya Mario tadi mengambil tisu di meja Anisa.

Mario tidak langsung mendekati Nikita. Ia membiarkan gadis itu menumpahkan air matanya. Sambil menunggu, ia duduk di salah satu kursi tidak jauh dari gazebo. Mario mengeluarkan bungkus rokok dan pemantik api dari saku celananya dan mengambil satu batang rokok. Mario menghisap dalam-dalam rokoknya sambil memainkan game di ponsel.

Mario melihat jam tangannya. Tidak terasa sudah setengah jam dia duduk disini sambil bermain game. Kalau sudah main game, Mario bisa lupa segalanya. Termasuk saat ini, dia sampai lupa tujuannya datang ke taman ini untuk apa.

Mario berdiri untuk merenggangkan ototnya. Saat itulah dia melihat satu pak tisu di sampingnya. Mario menepuk dahinya, teringat tujuan awal datang ke taman ini. Dengan panik, ia melihat ke gazebo. Dia menghembuskan napas lega saat melihat Niki masih ada di dalam gazebo.

Mario berjalan ke arah gazebo, lalu tanpa bersuara apapun dia langsung duduk di sebelah Niki. Tangannya mengulurkan satu pak tisu ke arah Niki. Niki menoleh, Mario menyunggingkan senyumnya.

***

Niki mengerjapkan matanya berusaha mengenali wajah pria di sampingnya. Niki merasa belum pernah bertemu dengan pria ini sebelumnya. Dia mengenakan kemeja biru dongker slim fit yang lengannya digulung dipadu celana krem dan sepatu hitam. 

Dilihat dari cara berpakaiannya, Niki curiga kalau pria ini adalah salah satu staf di sekolah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dilihat dari cara berpakaiannya, Niki curiga kalau pria ini adalah salah satu staf di sekolah ini. Bisa guru, bisa juga staf TU (Tata Usaha).

"Tisunya ambil aja," kata Mario sambil menggoyangkan tangannya yang mengulurkan satu pak tisu.

"Oh i-iya Pa. Makasih." Niki mengambil beberapa helai tisu lalu mengelap wajahnya.

Selama beberapa saat tidak ada suara yang muncul dari keduanya.

"Pa Dahlan memang gitu. Ga usah dimasukin ke hati." Mario mengeluarkan suara.

Niki memperhatikan pria di sampingnya. Kulitnya putih. Hidungnya mancung. Rambutnya disisir rapi ke satu sisi. Sekali lihat pun Niki bisa menyimpulkan pria ini tampan.

"Hehe. Iya Pak."

Setelah itu, mereka berdua terdiam kembali.

"Mmh. Bapak guru apa?" Niki memberanikan diri bertanya.

"Komputer."

"Oh." Niki mengangguk-anggukan kepalanya.

"Makasih ya Pak tisunya. Saya jadi malu, cengeng gini." Niki melanjutkan kalimatnya.

"Wajar pertama kali. Nanti juga kebal," kata Mario sambil tertawa.

"Bapak pernah juga?"

"Waktu awal-awal jadi guru disini udah jadi makanan sehari-hari dibentak-bentak. Kalau sekarang sih udah soulmate kita." Mario menautkan kedua jari telunjuknya. 

Niki tertawa.

DEG. DEG. DEG. Mario memegang dadanya. 

Cantiknya, puji Mario di dalam hati. Pantes aja murid-murid cowo banyak yang ngomongin dia. Denger ketawanya aja bisa bikin jantung gue kebat-kebit gini.  

"Ko bisa?" tanya Niki penasaran.

"Flashdisk dia pernah kena virus. Datanya hilang semua. Padahal ada data soal-soal untuk UAS. Terus saya bantuin, untungnya bisa muncul lagi. Dari situ dia jadi baik banget. Hahahaha."

Niki tertawa lagi.

"Oiya Pak. Saya Nikita. Jurusan Biologi." Kata Niki sambil menjulurkan tangan kanannya.

"Saya Mario." Mario menyambut uluran tangan Niki.

"Oh iya, PPL itu ada tugas untuk ikut mendampingi ekskul kan ya?" tanya Mario tiba-tiba. Sebuah ide mendadak muncul di kepalanya.

"Iya Pa."

"Kamu masuk ekskul apa?"

"Saya belum masuk kemana-mana Pak hehe." Niki sebenarnya sudah berniat masuk ekskul Sains Club, tapi belum sempat bertemu dengan pembina ekskulnya.

"Masuk ekskul saya mau?" tawar Mario.

"Oh, Bapak pembina ekskul apa memangnya?"

"Fotografi."

"Ooooh. Tapi saya ga bisa Pak pake kamera-kamera profesional gitu."

"Lah ga harus pake kamera profesional ko. Mayoritas anggota pada pake HP aja."

"Oh bisa pa?"

"Bisa. Mau?"

"Tapi nanti saya bukannya mendampingi dong Pa. Saya ikutan belajar nantinya."

"Ya ga apa-apa. Malah bagus kan, dapet ilmu baru."

Niki terdiam, tampak memikirkan ide dari Mario.

Bilang 'iya', please. Mario menatap penuh harap pada Niki.

"Ya udah deh Pak. Saya ikut ekskul Bapak aja."

  "Yes!!" ucap Mario di dalam hati.  

"Sip. Ketemu Sabtu ya."

"Iya Pak."

Mario berdiri dari duduknya.

"Saya duluan ya. Ada kelas," kata Mario.

"Iya Pak."

Mario pergi meninggalkan Niki di gazebo. Setelah berjalan beberapa langkah, Mario menoleh ke belakang. Niki sedang menatap ke arahnya. Mario melambaikan tangannya. Niki hanya tersenyum sambil membungkukan badannya.


***


JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang