15

515 20 7
                                    

Niki melihat sekeliling taman belakang yang dipenuhi anak-anak ekskul fotografi. Ekskul ini cukup populer di kalangan murid-murid SMA 50. Jumlah anggotanya mencapai 50 orang. Namun hari ini hanya 20 orang yang hadir.

Setiap minggunya, Pak Mario akan mengajarkan teknik-teknik memotret atau mengedit foto. Narasumbernya tidak selalu Pak Mario, bisa dari alumni atau teman fotografer Pak Mario. Selesai materi, Pak Mario akan memberikan tugas bagi anggota ekskul. Tugas yang paling bagus biasanya akan diberi hadiah. Hadiahnya tidak selalu berupa barang, tapi bisa juga kesempatan menjadi fotografer dalam event yang akan diikuti Pak Mario dan tentunya akan mendapat upah.

Minggu ini, tugas dari Pak Mario adalah memotret kegiatan ekstrakulikuler di SMA 50. Tiga foto terbaik versi Pak Mario akan ditampilkan di media sosial dan website sekolah. Anggota ekskul mulai berpencar mencari objek foto.

"Kamu udah tau mau foto apa?" tanya Pak Mario pada Niki yang masih duduk santai.

Niki tampak terkejut dengan pertanyaan Pak Mario.

"Saya ikutan juga Pak?" tanya Niki.

"Ya iyalah. Kamu kan katanya mau sekalian belajar. Ya sekalian ikutan aja, jangan lupa praktekin teknik yang tadi saya ajarin."

Niki mengangguk-anggukan kepalanya.

"Saya ke ruang guru dulu ya, ada yang mau dikerjain."

"Iya Pak."

"Jangan lupa waktu kamu cuma 30 menit untuk foto dan 15 menit untuk pengumpulan fotonya."

"Siap Pak." Niki menempelkan tangan kanannya ke dahi, memberi sikap hormat pada Pak Mario.

Pak Mario terkekeh dan mengusap kepala Niki sambil melenggang pergi.

Niki memegang dadanya.

Yaelah, ni jantung ga santai amat ya, kelamaan jomblo gini deh, diusap dikit langsung loncat-loncat nih jantung.

Niki segera melangkahkan kakinya ke arah lapangan upacara untuk mencari pengalihan pikiran agar terhindar dari baper yang berkepanjangan. Terlihat beberapa anggota ekskul fotografi juga sedang diam di pinggir lapangan sambil membidikkan kamera.

"Sini Bu." Qiyora melambaikan tangannya, meminta Niki mendekatinya.

"Kamu foto ekskul apa?" tanya Niki setelah berdiri di sebelah Qiyora. Qiyora ternyata anggota ekskul fotografi juga. Niki mencoba mengintip layar ponsel Qiyora untuk melihat objek fotonya.

"Itu bu, ekskul nari."

Niki tersenyum melihat hasil jepretan Qiyora. Walau hanya memakai kamera ponsel, tapi hasilnya sangat bagus.

"Oh iya Bu, kemaren gimana sama Pak Dahlan?" tanya Qiyora.

"Hehe. Gak apa-apa. Ibu Cuma diomelin sebentar." Niki berbohong karena tidak mau membuat Qiyora merasa bersalah.

"Beneran Bu? Pak Dahlan tuh galak banget loh Bu," kata Qiyora dengan suara pelan. Kepalanya melihat ke kiri dan ke kanan, takut ada yang mendengar.

Niki menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

"Udah ah, jangan dibahas lagi. Mending kamu ajarin Ibu foto aja, biar bisa dapet hasil yang bagus kaya kamu."

"Sip." Qiyora mengacungkan jempolnya.

Setelah mengajari Niki beberapa hal, Qiyora meninggalkan Niki untuk mencari objek foto yang lain. Sementara Niki, masih bertahan di pinggir lapangan. Matanya mencari-cari hal menarik untuk dijadikan target bidikan kamera ponselnya. Lalu Niki teringat bahwa tadi pagi sempat melihat Evan di lapangan. Tapi sekarang di lapangan hanya ada anggota ekskul tari tradisional dan paskibra saja.

JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang