10

2.1K 62 14
                                    

Niki berjalan mendekati Evan. Evan menoleh lalu tersenyum miring melihat kedatangan Niki. Balkon yang biasanya ramai, kali ini sepi. Hanya ada Evan dan Niki.

Niki dan Evan berdiri berhadapan.

Evan menatap wajah Niki dalam, membuat Niki salah tingkah.

"Ehm." Niki berdehem menyadarkan Evan dari keterpanaannya melihat Niki.

"Kamu mau ngomong apa?" tanya Niki berusaha menahan desiran di dadanya.

"Gue mau minta penjelasan lo." Jawab Evan

"Penjelasan tentang apa?"

"Ga usah pura-pura ga tau." Kata Evan dingin. Dia kesal dengan sikap Niki yang seolah tidak pernah mengenal dirinya.

Niki menelan ludahnya. Dia juga tidak mau memperpanjang masalah ini, mau tidak mau harus dibereskan hari ini juga.

"Oke. Saya minta maaf karena saya ga ngehubungin kamu." Niki memulai penjelasannya.

"Berarti lo udah baca surat gue?" potong Evan.

"Biarin saya jelasin dulu sampai selesai, oke?"

Evan mengangguk. Kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana, sementara matanya menatap tajam Niki.

"Saya memang cewe yang ketemu kamu dan temen kamu di minimarket. Chikita adalah adik saya."

Hah. Bener kan tebakan gue. Evan mendengus.

"Saya yang minta Chiki untuk berbohong. Saya juga udah baca surat kamu. Maaf saya ga hubungin kamu, karena saya memang ga mau." Niki berbicara cepat. Kedua tangannya saling meremas untuk menghilangkan rasa gugup.

Evan berusaha menahan dirinya untuk tidak melontarkan pertanyaan. Dia menganggukan kepalanya, meminta Niki untuk melanjutkan penjelasannya.

"Alasan saya ga mau ketemu kamu lagi, karena di awal pertemuan kita, saya bohong sama kamu. Saya ngerasa ga enak kalau harus meneruskan perkenalan ini. Sesuatu yang dimulai dengan tidak baik, selanjutnya akan ga baik juga."

"Kamu mau maafin saya?" Niki mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Evan.

Niki tidak dapat membaca wajah Evan. Dia tidak tahu apa yang ada di pikiran Evan saat ini. Evan hanya diam sambil menatap uluran tangan Niki. Selama beberapa saat, tangan Niki menggantung tanpa ada tanda-tanda Evan akan menerima uluran tangannya.

Saat Niki akan menarik kembali tangannya, tiba-tiba Evan mengambil tangan Niki dan menarik Niki ke dalam dekapannya. Niki terkesiap. Wajahnya menempel di lekukan leher Evan. Aroma tubuh Evan yang segar menyelimuti indera penciuman Niki.

Niki mendorong tubuh Evan berusaha melepaskan diri tapi Evan malah mendekapnya semakin erat.

"EVAN!! LEPASIN GA?!"

"Sebentar aja." Ucap Evan pelan.

"Kalau kamu ga lepasin saya, saya teriak," ancam Niki.

Evan melepaskan dekapannya. Niki langsung mundur beberapa langkah.

"Lo gila!" umpat Niki.

Niki melupakan posisinya sebagai guru PPL. Dia tidak pernah menyangka Evan akan berbuat sejauh itu.

Ni bocah ganteng-ganteng sableng!!

"Iya gue gila gara-gara lo!" balas Evan.

"Tiga minggu gue nyariin dan nungguin lo. Saat gue udah pasrah, tiba-tiba lo muncul di depan gue sebagai guru PPL."

"Dan barusan lo gampang aja bilang kalau lo sengaja ga ngehubungin gue dengan alasan konyol!" teriak Evan.

Niki menoleh ke kanan dan ke kiri berharap tidak ada orang yang mendengar pembicaraan mereka berdua.

"Itu bukan alasan konyol. Coba lo ada di posisi gue, masa iya gue kenalan sama anak SMA?" Niki tidak terima penjelasannya disebut konyol.

Evan terdiam mendengar jawaban Niki.

Jadi di mata dia, gue cuma anak SMA dan karena gue anak SMA gue ga berhak kenalan sama dia?

"Jadi karena gue anak SMA?" Evan mendesah frustasi.

Niki menggigit bibir bawahnya, ia jadi merasa bersalah karena membuat Evan tersinggung. Lidahnya kelu. Dia tidak tahu harus berkata apa untuk memperbaiki kesalahannya.

"Sorry, gue belum bisa maafin lo." Kata Evan sambil melangkah pergi meninggalkan Niki. 

JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang