3

2.9K 263 5
                                    

Kaki telanjang tersaruk-saruk di atas aspal. Tubuh kurus pucat terbalut kaos cokelat kumal di atas celana pendek abu-abu yang tak di ketahui warna awalnya.

Siang hari. Matahari tak muncul. Awan-awan hitam menggantung siap menjatuhkan hujan.

Min Yoongi berdiri di bawahnya. Lapar, haus, tak punya tujuan.

Beberapa jam lalu, kakinya masih berdiri di lantai kayu, di hantam bertubi-tubi pukulan.

Bencinya memuncak. Tidak pernah merasa semarah itu sepanjang hidupnya.

Tidak tahu kekuatan dari mana, Yoongi berhasil mendorong jatuh lelaki di depannya.

Segera berlari menuruni tangga menuju pintu depan dengan rasa semangat berapi-api.

Dapur yang berantakan dan tubuh beku yang di biarkan sejak semalam, tak ia hiraukan. Mata memandang ke satu tujuan.

Hal yang selalu di bayangkan selama terkurung di kamar tua yang gelap dan hanya bisa di mimpikan dalam malam-malam panjang dalam tidur gelisahnya.

Yoongi merenggut terbuka pintu depan, menyambut kebebasan. Dengan perasaan bahagia luar biasa.

Berlari kencang sebelum di ikuti.

Kini perasaan bahagia telah hilang. Menguap bersama setiap langkah kaki di jalan tak berujung.

Meski tak berhasil di kejar, rasa lapar tak bisa menipu. Rasanya sudah seabad jalan beraspal di tapaki. Yoongi habis tenaga.

Tak mendapat makan kemarin. Juga hari sebelumnya. Penghuni rumah tak pernah merasa perlu mengingat ada manusia lain yang tinggal di atap yang sama. Dan perlu makan untuk hidup.

Atau mereka berniat membunuh Yoongi.

Meski Yoongi darah daging mereka.

Darah daging yang tak diinginkan.

Jalanan sepi kendaraan, sepi manusia. Daerah terpencil tidak pernah perlu di kunjungi banyak orang. Sepanjang perjalanannya, hanya bus antar kota lewat sekali dan beberapa mobil pribadi yang di lihat Yoongi.

Tetes hujan menimpa kepala. Yoongi berhenti berjalan dan mendongak. Segera wajahnya basah oleh air yang di jatuhkan awan.

Membuka mulut lebar-lebar, menampung air hujan untuk mengatasi dahaga. Bahagia yang lain datang.

Namun bahagia pergi secepat datangnya.

Dingin menusuk bersama hembus angin, menerpa tubuh kurus terbalut kain yang melekat kulit karena basah.

Bibir biru, gigi bergemeletuk. Kiri bukit, kanan hutan. Tidak bisa berteduh sementara hujan menderas.

Yoongi merasakan kepalanya berdenyut dan penglihatan kabur. Bumi seperti terbalik.

Lalu langit kelabu tertangkap mata. Tetes air menampar wajah. Angin berhembus sekali lagi.

Kemudian gelap datang.



__





Langit-langit putih bersih adalah yang pertama terlihat saat mata terbuka.

Bau obat menusuk penciuman.

Saat berikutnya Yoongi tahu, dia sedang terbaring di rumah sakit.

Tiba-tiba sebuah kepala menyembul keluar dari bawah ranjang. Berdiri di atas kursi. Anak laki-laki, wajah bundar, mata sipit. Memandang Yoongi sebentar lalu berbalik. Berteriak.

"MAMA, DIA BANGUN!"

Kepala yang lain datang. Seorang wanita, wajah ramah, senyum sumringah. Terlihat lega menatap wajah Yoongi.

Last BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang