1

5.2K 353 3
                                    

Suara tetesan air menggema dalam ruangan gelap gulita.

Diluar hujan. Min Yoongi meringkuk diatas lantai dingin, memeluk lututnya sendiri dengan kedua tangan.

Kilat menyambar menciptakan seleret cahaya putih disusul suara guruh menggelegar. Bersamaan dengan itu, terdengar suara bantingan dari bawah.

Yoongi memeluk dirinya lebih erat. Sedikit menarik kaki kirinya lebih rapat, menghindari genangan air di lantai.

Jengah. Malam panjang seperti tak berujung. Kacau belum berhenti. Sepertinya. Kali ini lebih parah dari sebelumnya.

Teriakan-teriakan di bawah terdengar semakin keras. Sahut-menyahut. Memuncak.

Yoongi gemetar. Air mata membasah di pelipis. Ini bukan yang pertama. Puluhan kali terjadi namun Yoongi tak juga bisa membiasakan diri.

Yoongi benci.

Lengkingan panjang membelah malam mengalahkan suara guntur. Mata Yoongi membelalak ketakutan.

Kemudian sunyi.

Hujan sudah berhenti beberapa menit yang lalu.

Ruangan gelap bisu. Hanya terdengar tetes lembut air dari atap yang semakin jarang.

Yoongi masih di tempatnya meringkuk dengan mata terbelalak dan mulut menganga.

Ia bertanya-tanya, apakah situasi terburuk baru saja terjadi?

Tidak terdengar apapun dari bawah.

Lalu tubuh kurus itu ia paksakan bangkit. Berjalan hati-hati diantara genangan di lantai. Menuju pintu.

Menarik selot kunci, Yoongi mendorong pelan pintu kayu.

Mengangkat tumit agar tak menimbulkan suara, Yoongi mengintip ke bawah dari balkon.

Terlalu gelap, tak terlihat apapun.

Yoongi memberanikan diri munuruni tangga. Kaki meraba-raba papan kayu berdebu. Suara keriutan kayu tua ketika menahan beban tubuh tersamarkan guruh yang terdengar kadang-kadang.

Yoongi menghentikan langkah di anak tangga terbawah dan mengintip dari balik dinding letak kekacauan terjadi. Area dapur.

Hanya kegelapan yang tertangkap penglihatannya.

Rasa penasaran membuatnya melangkah maju. Tangannya mengapai-gapai udara kosong di dalam gelap.

Kontak kaki dengan benda tak terlihat. Bokong beradu dengan lantai. Yoongi jatuh terjerembab di atas sebuah benda besar tak di kenal.

Mulut mengaduh lirih. Perih masih terasa di bokong.

Tangan meraba benda penyebab ia terjatuh. Yoongi merasakan hentakan kuat di perutnya. Perabanya mengenali benda di bawah sentuhan. Jari-jari kaki.

Dingin. Dan kaku.

Buru-buru meraba naik, jantung Yoongi berdebar keras.

Cahaya kilat sepersekian detik membuat bentuk itu nampak. Sesosok tubuh sedingin es terbaring telentang di atas lantai. Mata terbelalak dan mulut menganga mengalirkan setetes darah. Perut robek dengan pisau masih tertancap tegak.

Jantung Yoongi serasa melompat keluar. Detaknya seakan hendak menembus kulit.

Tatapan kosong mengarah ke langit-langit, rupa yang di kenal oleh Yoongi sebagai sosok yang ia benci.

Gemetar hebat merapat pada dinding, penemuan ini membuat Yoongi terlalu terkejut. Memegang kakinya yang goyah namun tak membuatnya berhenti bergetar.

Yoongi bertanya-tanya akankah hal yang sama akan segera terjadi padanya?

Seakan menjawab pertanyaannya, hembusan nafas kasar terdengar dari belakang.

Nafas Yoongi tercekat, terhenti di tenggorokan. Keringat yang tak ada hubungannya dengan suhu ruangan mengucur di pelipis.

Tidak lagi gemetar, kini tubuh Yoongi berguncang hebat. Suara detak jantungnya berdentum-dentum memukul gendang telinga.

Enam puluh detik lewat, Yoongi tidak berani bernafas. Kepala mulai pusing dan Yoongi tahu benar,


Kegelapan tak mampu menyembunyikan keberadaanya.



Tbc

Last BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang