2

3.3K 302 3
                                    


Pintu dibanting menutup dan dikunci dari luar.

Yoongi meringkuk di lantai tempat ia dilempar beberapa saat lalu. Nafas terputus-putus dan jantung yang detaknya menggila.

Yoongi meraba wajahnya yang basah, tidak sadar telah menangis.

Mengerikan sekali menyadari bahwa seseorang telah mati. Ia masih sebelas, tapi ia tahu ada yang terbunuh. Terlebih mengenal pasti pembunuh dan yang di bunuh.

Kegelapan masih menjadi teman setianya. Terasa akrab. Di dalam kamar tua kosong yang menjadi tempatnya menyaksikan, mendengar, dan mengalami semua.

Yoongi beruntung di lempar kemari setelah apa yang dirinya saksikan.

Lima detik sebelum tangan besar meraih lengan dan menyeretnya, Yoongi berpikir ia akan berakhir sama dengan tubuh tergolek kaku di bawah.

Mayat yang ia yakini adalah orang yang menghadirkannya ke dunia.

Sesuatu berdenyut menyakitkan di dalam diri Yoongi yang tak ia ketahui sebabnya.

Orang yang selalu di benci seumur hidup telah pergi. Seharusnya ia senang. Namun justru air mata tak berhenti mengalir.

Yoongi benci karena tak dapat menghentikannya.

Air mata ini.

Yoongi merasakan dorongan kuat untuk berteriak.

Tapi hanya mulutnya yang terbuka lebar. Tak ada suara apapun keluar. Erangan kecil sekalipun.

Mungkin saja Yoongi sudah lupa cara membuat suara.

Beringsut ke sudut yang sudah di hafal  bahkan dalam gelap total. Yoongi berbaring meringkuk di atas tikar tipis. Masih terisak, membersit hidung dengan kaos yang di pakai.

Yoongi benci di sini. Benci situasi ini. Benci semua orang. Benci dunia ini.

Ia ingin pergi.

Menghilang.

Tak di temukan.

Semua hal mengerikan yang terjadi hari ini dan kenangan di masa lalu berbaur menjadi satu. Menciptakan gelombang pedih yang seakan menggulung jiwa.

Lama kemudian, mata masih menerawang dalam gelap. Berbaring diam. Lelah luar biasa menguasai. Kantuk menyergap diri.

Yoongi tertidur berselimut gulita.

_

"HEH! BANGUN, BOCAH!"

Rusuk terhantam keras. Yoongi tergagap bangun.

Berdiri menjulang di atasnya, sosok paling dibenci nomor satu di dunia. Disinari cahaya pagi dari jendela di seberang.

Hari yang lain datang lagi. Rupanya.

"Semua yang kau lihat semalam, cepat katakan padaku!" Bau apak rokok dan alkohol menguar bersama setiap kata yang keluar.

Yoongi bergeming.

"KATAKAN!"

Mendongak menatap mata bengis manusia di depan. Dengan berani membalas pandang tajam. Yoongi sekuat tenaga menyampaikan segala benci melalui mata.

Lelaki di depan berang. Maju menarik  kerah kaos kumal si bocah lemah.

"KAU! BAJINGAN KECIL!"

BRAKK

Dilempar membentur dinding keras. Tulang ngilu beradu dengan beton. Sudah terlalu sering Yoongi rasakan.

Kaki-kaki besar maju.

PLAK

"TIDAK TAU DI UNTUNG!"

PLAK

"SAMA SAJA DENGAN JALANG KOTOR ITU!"

PLAK

"SEHARUSNYA KAU JUGA MATI!"

PLAK

"ANAK HARAM!"

Setiap kalimat yang di tandai dengan pukulan, menusuk pendengaran Yoongi. Luar biasa heran masih mampu berdiri. Kata-kata bagaikan api yang membakar amarah.

Tangan Yoongi terkepal erat. Gemetar saking marahnya.

Min Yoongi di butakan rasa benci.


Tbc

Last BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang