(2)

31 2 0
                                    

Sore menjelang malam, di mana senja saat itu tidak menampakkan dirinya sebab ia kalah telak dengan hujan yang saat itu sedang memainkan perannya.

Sore itu kita sedang duduk berdua di luar kelas. Kita membicarakan banyak hal. Tentang masa lalu kita, meskipun sebenarnya saya yang lebih banyak bicara.
Saya sangat menikmati moment sore itu. Gemercik suara air hujan, hembusan angin yang lama-lama ternyata membuat tangan terasa dingin serta ada dia yang saat itu duduk di sebelah saya membuat sore itu terasa begitu menenangkan dan menyenangkan.

Selain senja, pelangi, langit biru dan awan putih, dari dulu saya memang menyukai hujan. Terasa damai, dan menenangkan tiap kali mendengarkan gemercik air hujan yang turun. Dan hujan sore itu hampir sama dengan hujan-hujan sebelumnya yang mana ia selalu membuat saya flashback ke masalalu saya.

Hujan mampu membuat saya merasakan kedamaian meskipun saya harus dilempar ke masa lalu yang mana kerapkali membuat saya merasakan satu emosi yaitu sedih. Entah sejak kapan saya menyukai hujan, SMA, SMP, atau bahkan sejak saya masih kecil yang pasti ketika saya di SMA saya sering menikmati tetesan air hujan yang membasahi tubuh saya ketika saya pulang sekolah. Sambil menyanyi atau bahkan sambil menangis? Pernah kok.

Dan saya menikmati itu. Damai.

Seolah saya bisa bebas menangis di bawah guyuran air hujan karena pada saat itu saya yakin orang tidak akan sadar jika saya sedang menangis. Bermain air hujan, menarik nafas dalam-dalam, dan perlahan dihembuskan rasanya bisa mengurangi beban atau stres yang saya rasakan. Meskipun tidak jarang saya bisa langsung merasa kedinginan dan demam ketika selesai hujan-hujan.
Oh iyaa mungkin saya memang menyukai hujan, tapi saya tidak suka jika saat hujan ada petir, rasanya ada kecemasan dan kekhawatiran tersendiri ketika suara petir terdengar, ya bisa dikatakan agak takut juga sih.

Sore itu saya cerita panjang lebar kepadanya, pikiran saya terus menggali memori masa lalu saya sembari terus bercerita tanpa memberi celah dia untuk merespon terlebih dulu.

Hujan benar-benar membuat saya merasakan kedamaian dan membantu saya kembali ke masa lalu saya. Saya menceritakan hampir semuanya meskipun tidak sedetail kenyataannya.

Saya bercerita seolah tidak mengkhawatirkan bagaimana responnya nanti, saat itu yang terlintas hanya saya ingin jujur kepada dia. Saya ingin dia paham dengan apa yang saya ceritakan, paham dengan rasa sakit yang pernah saya rasakan dan yang jelas saya tidak ingin merasakan rasa sakit untuk yang kesekian kalinya. Dia terlihat mendengarkan kisah yang sedang saya ceritakan.

Dan setelah saya selesai menceritakan semuanya, kemudian perasaan bersalah kepada dia tiba-tiba muncul. Aku merasa mungkin saya sudah salah cerita seperti ini kepada dia, mungkin saya sudah kelewatan, pasti dia kecewa, pasti dia sakit hati dengan saya, maafkan saya.

---OOO---

Happy Ending. Inginku dan Inginmu BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang