Unwanted Love - Chapter 8

19.4K 1.5K 95
                                    

Aurora sedikit melenguh ketika kelopak matanya terbuka sempurna. Bias lampu kamar yang temaram semakin membuat kening Aurora mengernyit. Merasa bingung dengan tubuhnya yang masih terlihat utuh, tidak remuk menjadi sisa potongan daging mayat berserakan di tengah jalan.

Napasnya masih bisa Aurora gapai, walau terasa memburu. Dan itu sedikit membuktikan bahwa Aurora masih hidup.

Kenapa masih hidup?

"Kau bangun. Ku harap kau juga bangun dari kebodohanmu itu!"

Suara itu?

Lantas Aurora mendongkak, dan menemukan sosok tinggi yang sedang duduk menyilang di sofa kecil di samping ranjang. Begitu arogan dan juga sialan. Detik seolah berganti menjadi sesuatu yang mencekam. Aurora merasa terjebak semakin dalam pada titik paling berbahaya melebih berbahayanya di interogasi malaikat maut.

Suara menyeramkan itu masuk ke dalam lubang telinganya lagi. Tersadar bahwa sedari tadi dirinya sedang terbaring di atas ranjang. Dan ranjang sialan ini adalah pemberian dari si bajingan!

Aurora mulai beringsut kaget, dan semakin menempelkan tubuhnya di kepala ranjang. Mata iblis Darren terlihat sedang menyorot matanya dengan tusukan tajam. Bulu kuduk Aurora seketika meremang, napasnya terjatuh, dan lututnya melemas.

Tuhan, kenapa si bajingan bisa menemukanku?

Wajah Darren terlihat sangat menyeramkan. Membuktikan bahwa amarah sedang menggumpal di dalam dirinya, siap meledak sewaktu-waktu, dan itu berbahaya sekali untuk nyawa Aurora.

Darren mendekati Aurora, duduk di sisi ranjang dengan gerakan seorang laki-laki yang penuh aura dominan. Sebelah tangan Darren mulai bereaksi, bergerak menyentuh wajah Aurora yang sudah tidak seberantakan tadi (saat Darren menemukan Aurora pingsan di tengah jalan dengan lelehan air menjijikan yang melekat di wajahnya). Dan itu membuat Aurora semakin merinding dan was-was, apa lagi ketika tangan itu terus turun dan berakhir di rahangnya.

Sontak Aurora meringis ngilu ketika tangan itu mencengkeram rahangnya dengan kuat, berusaha melepaskan tangan Darren dari rahangnya, namun tetap saja tidak bisa. Laki-laki itu sedang marah, dan kekuatannya akan bertambah pesat ketika marah.

"Sudah berapa kali ku peringatkan. Jangan mencoba kabur dari rumahku!" geram Darren, suara kerasnya mengagetkan Aurora.

Aurora terdiam, dalam otaknya berkeliaran mencari apa yang sepatutnya mulutnya muntahkan ke arah wajah menjijikan Darren. Apa sebegitu hebatkah laki-laki ini? Kenapa tingkat egoismenya tidak pernah surut.

"Aku bukan tawanan yang bisa seenaknya kau kunci di dalam kamar! Dan aku masih mempunyai rumah. Dan rumah sialan ini bukan rumahku."

Napas Darren semakin tidak terkendali. Sifat pembangkang wanita ini selalu berhasil membuat Darren emosi. "Jangan jadi wanita keras kepala. Kau sudah menjadi milikku dan aku berhak atas semua yang kau miliki."

"Aku bukan milikmu."

Shit!

"Jangan membantahku!"

Ada sedikit pancaran ketakutan di mata bening Aurora ketika Darren mulai berpindah posisi, menaiki ranjang. Laki-laki itu merobek kain yang menutupi dada Aurora tanpa hati nurani. Membuat Aurora menjerit kaget, dan berusaha membuat Darren menyingkir dari tubuhnya.

"Apa yang kau lakukan?!"

Bentakan Aurora terdengar keras, namun Darren malah terkekeh menyeramkan. "Kalau kau ingin mati dengan cara bunuh diri. Seharusnya tunggu mobilku menabrak tubuhmu lebih dulu, bukan pingsan sebelum tertabrak," kata Darren separuh menghina. Dan Aurora sangat mengerti, bagaimana arti senyuman yang bergelantungan di sudut bibir Darren, itu senyuman berbahaya. "Tapi aku bersyukur kau tidak mati. Setidaknya aku tidak akan menghukum tubuh seorang mayat bukan?"

Unwanted LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang