Chapter 1st

4.7K 266 12
                                    

Malam berbalut dingin membuat pepohonan tak berhenti beriak dihembus sang angin, 

"Ndan... Mereka tidak mau menyerah ndan.!!"

teriak seorang prajurit infantri yang berpangkat kopral Dua.
Semua prajurit itu sedang berkamuflase dibalik semak-semak, keadaan sangat genting waktu itu komplotan teroris yang tak juga mau menyerah, bahkan sudah dikepung oleh pasukan infanteri Korem setempat, tetap saja komplotan itu bergeming tidak menghiraukan peringatan yang telah diberikan.

"Tahan posisi masing-masing, tunggu instruksi saya selanjutnya"

perintah sang komandan.
Komandan tak tahu apalagi yang harus dilakukan, karena mereka tak bisa menyerang, yang disebabkan oleh para komplotan teroris yang berjumlah sekitar 7 orang itu menyandera seorang petani yang sedang menggarap lahanya. yang lebih disayangkan lagi, prajurit-prajurit infanteri yang ada dilapangan kala itu tak ada yang bisa mendekat dikarenakan perimeter yang dibuat teroris sangat susah ditembus. C4, Ranjau darat dipasang disekitar persembunyian yang telah berhasil dikepung itu.

*****

5 jam waktu berlalu, para prajurit masih sedia menanti komplotan teroris yang tak mau menyerah.

"D208 in position, menunggu perintah selanjutnya ndan"

"D103 in position, waiting instruction"

Dua orang lagi bergabung dengan pasukan infanteri. Komandan grup D kopaska yang langsung ditugaskan oleh panglima tni saat itu, langsung menuju TKP, letda Adif yang bertugas sebagai penembak runduk atau sniper telah menempati posisi bersama satu orang lainya, Lettu Faris, mereka telah berada dalam posisi tepat untuk menembak kepala komplotan teroris kejam itu.

"Semua delta tahan posisi, jangan ada yang menembak sebelum saya perintahkan, D102 beri tahu komandan infanteri kalau kita akan back up mereka, jadi instruksikan mereka untuk menahan posisi sampai kita selesai"

"Siap ndan, D102 out"

Setelah salah satu anggota grup D kopaska, memberitahu bahwa komandan infanteri memberikan izin untuk melanjutkan operasi pembebasan sandera,

"D102 masuk ndan, komandan infanteri memberi sinyal positif ndan."

"Apa sudah benar-benar dikonfirmasi.?"

"Siap ndan, siap sudah. D102 out"

Setelah benar-benar mendapat sinyal positif dari komandan infanteri yang ditugaskan terlebih dahulu, komandan Grup D kopaska. langsung memberikan instruksi kepada para snipernya untuk melakukan ekseskusi.

"D208, D103 eksekusi positif. Lakukan!"

Perintah komandan sudah jelas, eksekusi harus dilakukan, demi menjalankan tugas dengan baik, menghilangkan nyawa untuk menyelamatkan nyawa bukanlah hal yang terpuji, akan tetapi menyelamatkan nyawa demi menghilangkan nyawa yang berbuat kejahatan adalah hal yang terpuji dalam kesatuan kami "kopaska"

"D208 target terkunci, izin eksekusi ndan.!"

"D103 target terkunci ndan, izin eksekusi"

"Kalian harus bisa One hit, One kill, eksekusi mereka semua dengan sempurna, pahan kalian.??"

"Siap ndan.!"

*****

Dentuman Sniper Magnum milik Prajurit Kopaskan itu mulai mendengarkan dentuman kerasnya, tanda eksekusi mulai mereka lakukan, setelah Tujuh kali suara keras itu berkumandang, akhirnya tak lagi terdengar.

"D208, D103 bagaimana statusnya.?

Tanya sang komandan, karena setelah 7kali dentuman senapan mereka tak lagi terdengar. Ada rasa sedikit heran dari komandan,

"D208 masuk, range clear ndan, sandera selamat, musuh tewas ndan.!"

"D103 masuk ndan, misi selesai ndan."

"Oke kalian tetap pada posisi, tunggu aba-aba saya dan tetap intai keamanan situasi sekitar Target"

"D208,D103 siap ndan.!"

Situasi aman dan terkendali, semua pasukan infanteri sudah mulai membubarkan diri serta kembali ke markas. Sedangkan dua anggota grup D kopaskan masih ditempat,

"D208, D103 kembali merapat dengan yang lain, saya tunggu di mobil."

"D208 siap ndan...!"

Cuma Letda Adif yang menjawab instruksi komandan, sedangkan Lettu Faris tak lagi menjawab.

"D103 Masuk.!!"
Panggil anggota Grup D kopaskan lainya. Tak juga menjawab. Akhirnya mereka menghampiri, posisi Lettu Faris,

"Innalillahi wainnalillaihi Roji'un"
Kata komandan.

3 orang lainya hanya terduduk lesu tak berdaya termasuk Letda adif,  melihat Lettu Faris tak lagi bernyawa.  Luka tusuk, di punggung, dan beberapa di bagian kaki, membuat nyawa lettu faris tak lagi tertolong, karena kehabisan banyak darah. Kemungkinan terkuat lettu adif terbunuh, adalah saat ia sedang mengintai keamanan lokasi, mata sedang di tropong, dan langsung ditusuk oleh seorang dari belakang sehingga tak bisa lagi berbuat banyak. Karena tubuhnya di kemungkinan dihimpit oleh teroris yang lolos.

To Be Continue
-
(Selasa, 31 Januari 2018)

Delta208 Mision [Tamat]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang