Part 7

2.4K 183 34
                                    

***

"Makasih ya, Bob"

Boby tersenyum, "Iya, sama-sama"

"Mau mampir?" tawar Anin

Boby menggelengkan kepalanya, "Nggak, lain kali aja. Udah sore, mau langsung pulang aja"

"Oh yaudah" Anin menganggukkan kepalanya tanda mengerti

"Pamit ya,"

Anin tersenyum, "Hati-hati, ya Bob"

Boby menganggukkan kepalanya, dia pun menjalankan kembali motornya meninggalkan komplek rumah Anin.

Begitu melihat motor Boby sudah berbelok, Anin baru saja teringat dengan benda yang ada di tangannya.

"Loh, helmnya kebawa!"

Anin menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil, dia pun langsung masuk ke dalam rumahnya. Biarlah helm Boby dibawanya, siapa tau nanti lain waktu Anin akan menaiki motor Boby lagi.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, itu tadi siapa teh?"

Anin menolehkan kepalanya tiba-tiba saat mendengar suara bundanya berada tepat ada di sampingnya, dia terkejut karena keberadaan bundanya yang tidak dia duga. Melody berada persis di balik jendela, sehabis mengintip Anin tadi.

"Duh bunda, ngagetin aja.." ucap Anin sambil mengelus dadanya

"Teteh pulang sama siapa tuh tadi?" tanya Melody penasaran

"Penasaran banget nih?" goda Anin

"Ih siapa sih ituuu"

Anin tertawa kecil, "Boby, temen sekelas. Temen sebangkunya Vino."

Melody membulatkan bibirnya sambil menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Kok tumben gak sama Vino?"

Anin tersenyum tipis, "Vino nganterin orang lain."

"Teteh ke kamar dulu ya, bun!"

Anin berlari kecil menaiki tangga, menuju kamarnya. Melody hanya mengernyitkan dahinya heran, dia pun kembali ke ruang tengah untuk melanjutkan tontonan-nya yang sempat terputus tadi.

Anin melempar tasnya sembarang ke atas kasurnya, dia pun merebahkan tubuhnya diatas kasur dan menatap langit-langit kamarnya, memejamkan matanya mencoba merilekskan tubuhnya.

Bukannya merasa tenang, justru bayang-bayang Vino serta Shani yang muncul dalam pikiran Anin saat Anin memejamkan matanya. Dia pun membuka matanya dan menghela nafasnya.

"Hhhhh.."

Anin mengubah posisinya menjadi duduk diatas kasur, dia mengambil handphone nya yang ada di saku rok nya. Dia membuka kontak seseorang dan mengetikkan sesuatu disana.

"Kirim gak ya.." gumam Anin

Anin kembali memperhatikan layar handphone nya, ingin memencet tombol send tapi dia sangat ragu. Padahal menurutnya pesan yang akan dia kirim adalah hal yang sangat biasa, entah kenapa kali ini dia merasa ragu yang teramat sangat.

Tuk! Send!

Anin pun langsung mengelock handphone nya dan meletakkannya diatas nakas tempat tidurnya, dia pun bergegas membersihkan dirinya dan mengganti bajunya.

Anin: Vino, besok jemput aku bisa?

Semenjak Anin mengirimkan pesan itu dan Vino menjemputnya, kini Anin selalu mengirimkan pesan untuk Vino agar terus menjemputnya, sehingga Vino tidak bisa berangkat bersama Shani sesuai keinginannya.

Untitled.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang