Part 9

2.2K 159 16
                                    

***


"Iya bunda, Shani pacar Vino."





Anin memang sudah menduga bahwa hubungan Shani dan Vino lebih dari sekedar teman, tapi tetap tak bisa dipungkiri Anin terkejut saat mendengarnya dari mulut Vino sendiri, ingin menangis tapi tidak mungkin sekarang.

Beruntung tak lama setelah itu, Dyo mengajak Melody dan Anin pulang karena dia masih memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan, Anin merasa sangat bersyukur saat itu karena tidak harus menahan tangisnya terlalu lama.

"Pamit dulu ya, Mi." ucap Melody sambil tersenyum dan ber-cipikacipiki bersama Naomi

Naomi juga tersenyum, "Makasih ya, udah dateng.."

"Anin pamit ya, tante." ucap Anin dan menyalimi tangan Naomi

Dyo hanya tersenyum, tidak menyalimi Naomi ataupun cipikacipiki. Hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Semoga cepet sembuh ya, Mi." ucap Dyo

Naomi hanya tersenyum kecil mendengar itu, dia menganggukkan kepalanya.

"Vino, kita duluan yaa.." pamit Dyo pada Vino

Vino menganggukkan kepalanya, "Iyaa ayah, hati-hati yaaaa. Makasih ayah sama bunda udah sempetin dateng kesini juga."

"Iyaaa sama-sama." saut Melody

"Ci Shani, duluan ya." ucap Anin sambil tersenyum kecil pada Shani

Shani pun tersenyum, "Hati-hati yaaa.."

Setelah sesi berpamitan itu pun Dyo, Melody, dan juga Anin pun berjalan keluar dari kamar Naomi untuk segera pulang.

Di perjalanan, Anin hanya diam saja, dia hanya mendengar obrolan kecil kedua orang tuanya itu tanpa ikut masuk ke dalamnya.

Tak ku sangka
Semua seperti ini
Semua yang indah
Berubah jadi sirna

Tak habis pikir
Kau tega seperti ini
Meninggalkan aku
Tanpa suatu kepastian

Anin mendengarkan lagu ini dengan seksama, lagu ini sangat menggambarkan dirinya sekarang. Anin memandang keluar jendela mobil, memperhatikan jalanan yang cukup macet ini serta gerimis yang mulai turun, seakan langit tau dan mendukung hati Anin yang sedang sedih ini.

Ku hanya bisa berharap
Kau bahagia di sana
Dengan dia pilihanmu
Walau dia sahabatku

Biar aku yang pergi
Biar aku yang tersakiti
Biar aku yang berhenti
Berhenti mengharapkanmu

Oh Tuhan kuatkan aku
Menerima semua ini
Jika dia memang untukku
Kuharap kembalikan dia padaku  

Anin memejamkan matanya, sekuat tenaga dia menahan rasa sesak di dadanya. Dia menghela nafasnya pelan, lalu menghadap ke depan.

"Ayah, ganti lagunya dong."

Dyo pun mengganti saluran radio itu sesuai permintaan Anin,sampai tak lama kemudian, mereka pun sudah sampai di rumah.

Sesampainya di rumah, Anin langsung pergi masuk ke kamarnya. Dia berjalan pelan menuju kasurnya dan membaringkan tubuhnya disana, menatap langit-langit kamarnya dalam diam. Perlahan, air matanya dengan lancang meluncur di pipinya.

"Hhh," desis Anin

Dia memejamkan matanya, mencoba membiasakan dirinya tapi justru sakit yang makin dia rasa. Anin tau dia harusnya tidak memiliki perasaan ini, tapi dia tidak bisa menolak saat perasaan itu datang.

Untitled.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang