Day 8. Kegamangan Alga

4.5K 826 199
                                    

            Alga pulang ke rumah Mahi dengan ekspresi berantakan. Sepanjang jalan dia mengumpat, meluapkan emosi yang tersimpan dalam hatinya. Mahi yang sedang sibuk dengan tugasnya hanya menoleh sekilas tanpa berniat bertanya. Nanti Alga pasti cerita sendiri, itu pikirnya. Pasalnya, tidak biasanya Alga pulang seperti itu. Akhir-akhir ini Alga lebih banyak emosi. Mahiyang tahu alasannya, namun Alga selalu muncul dengan alasan yang berbeda.

Meski karena orang yang sama.

"Kali ini Meis ngapain?" Mahi tanggap. Alga menjerit gusar, mengacak rambutnya emosi. Mahi memang tidak pernah melihat Alga seperti ini, bahkan ketika kedua orang tuanya bercerai. Ini kesekian kalinya dalam beberapa episode Alga jadi bertingkah buas. Namun, Mahi malah lebih menyukai Alga yang seperti ini.

Alga jadi terlihat lebih manusiawi.

Daripada yang pura-pura bahagia, Mahi lebih senang melihat Alga seperti ini. Alga jadi lebih terbuka dan juga apa adanya. Sebenarnya sejak lama Mahi begitu curiga dengan hubungan mereka. Karena itulah... Mahi harus mencari tahu sekarang.

"Dia ngapain lagi, sih?" Mahi penasaran.

Alga mendengus sekilas, lalu menggeleng ogah. Dia sedang tidak ingin bicara banyak sekarang ini, namun dia ingin bercerita pada Mahiyang apa yang sudah dilakukan oleh sahabat tercintanya itu.

Namun Alga ragu. Adegan dan tragedi tadi sangat berbeda dengan adegan-adegan sebelumnya. Alga sangat malu dan juga tidak punya nyali untuk menceritakannya pada Mahiyang.

"Aku..." Alga menggantung ucapannya. "Aku mukul dia."

Mahiyang melongo. Meski Meis adalah remaja SMA yang rusuh dan selalu penasaran untuk coba-coba, namun dia masih memiliki kakak yang sangat menyayanginya. Kalau Kak Mias tahu, maka Alga akan ada dalam masalah.

Mahi juga pasti akan ikut terseret.

Tidak, tidak! Jangan sampai Alga dan Kak Mias terlibat pertengkaran! Mahi menggeleng kencang, menghalau pemikiran negatif yang sempat melintasi otaknya.

"Dia luka parah?" Mahi mengguncang lengan Alga spontan. Alga menghela napas.

"Berdarah dan lebam."

"Alga! Kenapa kamu bisa mukul Meis?" Mahiyang menjerit panik. Alga menggeleng pelan. Kalau dia bercerita apa alasan dia memukul Meis, mungkin Mahi akan lebih shock lagi nantinya. Jadi jalan terbaik adalah diam. Alga akan menyimpan rahasia ini untuk dirinya sendiri.

Alga masih bungkam. Dia menyimpan banyak rahasia untuk dirinya sendiri. Tak boleh ada yang tahu, termasuk sepupunya sendiri. Meis sudah benar-benar keterlaluan, namun Alga tidak boleh mencari umpatan yang sesuai untuk dirinya. Biarlah Meis dan juga segala bentuk koloni kejahatan itu bersarang dalam hati.

"Meis ngerebut pacar kamu?" Mahi mengutarakan sebuah pertanyaan yang terdengar... mustahil. Alga berdecih dan menggeleng.

"Nggak mungkin!"

"Meis minta duit ke kamu?"

Alga mulai geram. "Kok itu doang yang bisa muncul di pikiranmu?"

Mahi mengedikkan bahu. Dia tahu Meis memang tidak tahu malu dan sering sekali membuat orang lain sebal. Namun ini pertama kalinya dia melihat Alga juga jadi terpengaruh. Mungkin Meis sudah terlahir dengan bakat merusuh dalam hidupnya. Dia bergerak dengan insting.

"Dia suka banget maen games online, jadi ya wajar aja, lah!" Mahi menjawab dengan kemungkinan-kemungkinan. Alga berpikir memang tidak ada salahnya pemikiran Mahi itu. Meis sangat gila dengan games, juga taruhan.

"Bukan itu."

"Trus? Kenapa kamu bisa mukul Meis? Emang dia sering banget minta dipukul, tapi kali ini kayaknya kamu marah banget, ya sama dia?"

15 Days Erase YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang