Day 12. Meis Menghilang

4.6K 871 187
                                    

            Awalnya Alga kira semuanya akan kembali normal dan baik-baik saja. Seharusnya dia tidak membawa banyak masalah ke permukaan. Namun ternyata hatinya terlalu nyenyat untuk diselami. Ada banyak riak yang perlahan tercipta, memungkiri hatinya agar tetap bertingkah tak ada masalah besar yang terjadi. Nyatanya, Alga sedang berada dalam fase gamang terbesar dalam hidupnya. Jauh lebih besar daripada palu sidang yang memutuskan perceraian kedua orang tuanya hari itu. Dia malah bersyukur kedua orang tuanya berpisah, jadi dia tak akan melihat mereka saling adu otot dan menghujat.

Sekarang, rasa sakit kembali meliputi hati Alga. Dia tidak bisa bersikap semenjana. Ada gelisah yang rundung, bertamu dalam kemasygulan dalam hati Alga. Alga menyerah untuk bersikap baik-baik saja.

Alga seolah terkungkung dalam terungku, tak bisa bebas seperti sediakala. Dia masih berpikiran rumit tentang Meis yang kemarin pergi dengan raut menyakitkan. Alga yang dulu terbiasa dengan rasa sakit kali ini tidak bisa melepaskan rasa itu begitu saja.

Kamu tidak baik-baik saja, Alga!

Alga, kamu masih merasa bersalah pada Meis.

Kamu menyedihkan! Lupakan anak itu dan kembalilah menjadi cassanova bodoh yang memacari banyak wanita!

Alga, Meis terluka!

Alga mengacak rambutnya gusar. Mungkin kemarin adalah puncak bagaimana rasa sakit Meis dijalin dalam sebuah sudut pandang. Meis jelas meletakkan konsentrasi yang besar pada materi dan topik itu. Meis masih sempat membelanya, meski terdengar sangat lucu dan juga miris.

Alga merasa... dia adalah orang yang tidak tahu diri!

Bagaimana bisa Meis membuang Alga begitu saja dan bersikap biasa? Alga mengembuskan napas gusar.

Bahkan meski dia menunggu hingga sore di tempat biasa, Meis tak datang juga. Alga pernah mengalami hal ini sebelumnya, namun entah kenapa kejadian kali ini bukan lagi dejavu. Kali ini benar-benar dalam tahap yang sangat serius menurutnya. Meis tidak lagi bertingkah usil dan lasak. Meis terlihat... tersakiti.

Di saat begini, Alga dibuat pusing.

Dia pulang, kembali ke rumah Mahiyang dengan raut berantakan. Mahi yang tidak tahu-menahu masalahnya pun tidak tahan untuk bertanya.

"Kali ini kenapa lagi?" tanyanya peka.

"Apanya kenapa?"

"Jawab, Ga! Aku bukan anak kemaren sore yang kenal sama kamu beberapa jam lalu. Aku tahu kalau kamu lagi nggak baik-baik aja. Ada masalah berat kayaknya..."

Alga mencebik. "Kemaren-kemaren aku punya masalah berat, tapi kamu nggak nanya kayak gini, tuh!"

Mahiyang mengembuskan napas. "Masalah kemaren nggak seberat sekarang, kan? Soalnya kemaren mata kamu masih berbinar-binar gitu, berapi-api. Aku malah seneng lihat kamu yang kayak gitu daripada yang sok curhat baru kencan sama pacar baru... Ekspresi matamu sama sekali nggak terlihat bahagia, beda sama ekspresi kemaren pas panas-panas itu. Sekarang ekspresimu jadi balik kayak ikan mati lagi..."

Alga merengut. "Perumpamaannya kejam banget!"

"Sekarang kamu terlihat... terpuruk. Ini pertama kalinya aku lihat kamu gini."

"Dulu kan pernah. Pas kedua orang tuaku cerai."

Mahiyang menggeleng kencang. "Nggak. Dulu waktu om dan tante sidang cerai, kamu masih ngajakin aku bakar-bakar jagung di belakang rumah. Itu sama sekali bukan ekspresi orang terpuruk, Ga."

"Yang..."

"Ya?"

"Kenapa kamu bisa baca pikiranku hari ini? Kamu kerasukan dari mana?"

15 Days Erase YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang