Day 5. Kemarahan Meis

5.5K 979 231
                                    

            Meis merengut protes. Dia tidak tahu kalau hatinya diuji lagi. Meis tak suka dengan banyak hal sekarang. Dia merasa kesal tanpa sebab, bahkan ketika melihat kakaknya sendiri. Kak Mias sudah pulang sejak tadi. Ketika Meis baru datang, kakak lelaki yang terlihat sempurna dulu di matanya itu memeluk Meis tiba-tiba. Meis melongo tak paham, namun ketika Kak Mias menyebut kata "Mahi", barulah Meis peka. Kakaknya bahagia karena Mahiyang, jadi jelas saja itu yang membuat Kak Mias jadi menyebalkan begini!

Mahi juga pasti sedang bahagia. Karena itulah... Meis harus bisa melupakan Mahi untuk kakaknya. Meis harus bisa bangkit, karena nyatanya dia tidak ingin kehilangan dua orang yang dia sayangi. Jadi, sebagai konklusinya untuk rasa galau ini... Meis harus mengganggu Alga.

Kenapa, ya?

Karena dengan menganggu Alga, Meis melupakan rasa sakitnya terhadap Mahiyang dan kakaknya. Kalau ditanya kenapa dia tidak mencari orang lain, jawabannya karena Alga menarik atensinya.

Alga terlihat bahagia, tertawa, dan bersenang-senang dengan banyak wanita. Namun sebenarnya Meis melihat ada raut kesepian yang perlahan terpancar dari matanya. Secara otomatis, Meis melihat dirinya sendiri. Dia pun begitu bodoh, berkamuflase di depan orang lain seolah-olah dia bahagia. Karena itulah... karena itulah... Meis memilih Alga. Selain karena Alga punya hubungan dekat dengan Mahi – yang artinya Alga tidak akan berani berbuat jahat pada Meis meski dia keterlaluan. Secara tidak langsung, Mahi juga ikut andil kali ini.

Hari ini Mahi diantar ke sekolah oleh Alga. Sebenarnya Alga malas, namun ketika melihat raut memohon Mahiyang, Alga luluh juga. Dan Tuhan kembali mempertemukan candramawa. Lagi-lagi Meis bertemu Alga.

"Mas!" Dia melambai, kelewat ceria hingga membuat Mias curiga.

"Kamu kenal deket banget sama sepupu Mahi?" Mias separuh menyelidiki.

Meis mengangguk. "Dia temenku sekarang, Kak."

"Sejak kapan kamu temenan sama orang yang lebih tua?"

"Sejak dulu! Kakak juga lebih tua daripada aku." Meis tak acuh, mengabaikan ekspresi curiga kakaknya. Sekarang ini Meis hanya ingin menghibur diri dengan tingkahnya yang menyebalkan. Dia ingin melampiaskan sesuatu yang harusnya tak boleh diketahui oleh Kak Mias dan Mahi.

Sayangnya tidak semua orang cukup responsif dengan kelakuannya. Teman-teman Meis tidak cukup tahan untuk menghadapinya. Karena itulah Meis mencari mangsa yang lebih tua dan cukup mumpuni untuk ini.

Lalu pilihannya jatuh pada... Alga.

Ada keuntungan tersendiri bagi Meis. Alga memang sensitif, namun Alga tipe orang yang dengan cepat melupakan apa yang sudah terjadi.

Ah, Meis kamu salah sangka!

Alga tidak semudah yang kamu duga. Alga adalah manusia normal yang sekarang ini sedang mencoba introspeksi, mencoba berpikir ulang apa ada yang salah dengan dirinya. Tidak seperti biasanya dia begini. Tiap kali ada yang tidak sesuai dengan keinginan dan ideologinya, Alga lebih senang menghindar. Namun sekarang... dia merasa terpancing emosi tiap kali bertemu denganmu, Meis!

Meis melangkah ke arah Mahiyang, lalu memeluk sahabatnya itu. Alga masih menatapnya dengan raut penuh permusuhan. Kak Mias terlihat sok dingin, padahal Meis bisa melihat pancaran aneh yang keluar dari mata kakaknya.

"Hai, Mas!" Meis menyapa Alga. Alga sudah terusik sejak melihat kedatangan anak itu. Kenapa mereka bisa lagi-lagi bertemu secara kebetulan begini?

"Sekarang rajin, ya nganterin Mahi?" Meis mengerjap beberapa kali, lalu menyunggingkan senyuman. Alga makin terusik.

"Maksudnya apa?"

Meis menggeleng pelan. "Nggak ada maksud."

Alarm di otak Mahi bekerja. Sepertinya akan ada pertengkaran lagi di depannya. Alga memang mengantarnya, namun seperti sebelumnya Meis masih senang mengganggu mahasiswa itu. Alga tak pernah bertingkah seperti ini, bahkan ketika marah sekalipun. Sekarang... hanya gara-gara Meis, emosi Alga jadi tidak stabil. Kemarahan Alga benar-benar aneh, seperti dipadu oleh sebuah emosi tak kasatmata yang susah ditaklukkan. Emosinya terlihat satu paket. Ada kesal, gusar, dan berbagai ekspresi muncul di sana.

15 Days Erase YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang