Aku, Fariz dan Mila sedang duduk bertiga di Food Court Mall Taman Sari sambil melihat banyaknya manusia yang berlalu lalang dengan tas belanja mereka. Lelah berkeliling, kami merasa haus dan memutuskan untuk nongkrong di Food Court. Milkshake Vanilla yang ku pesan benar-benar bisa membayar rasa hausku.
Kami datang kemari bukan tanpa alasan. Mila merengek-rengek mengajak aku dan Fariz untuk menemani dia membeli biola di toko musik dekat sini. Mila bilang bahwa ia terinspirasi dengan video Vanessa Mae di YouTube. Kurasa itu hanya keinginan sesaat, aku tak yakin bila Mila benar-benar ingin menekuni biola.
"Calon violinist hebat." Ujar Fariz sambil menyesap milkshake-nya dan melirik ke arah bungkusan biola Mila.
"Ah, aku cuma keinspirasi sama video Vanessa Mae doang kok. Oh iya, aku beli ini pake uang tabunganku sendiri loh." Ujar Milla bangga.
"Kamu mau les dimana Mil?" Tanya Fariz.
"Hmm, aku belum mikirin itu."
Jelas saja Mila belum memikirkannya, ia membelinya juga mendadak. Aku pernah seperti itu, merengek-rengek agar orangtuaku membelikan gitar. Nyatanya sampai sekarang aku tidak pernah memainkannya. Dan sekarang gitarku menginap di rumah Jo yang memang hobi musik. Ku taruh di sana saja, supaya Jo selalu ingat padaku.
"Eh Fi, kayaknya Jo itu bisa main biola ya?"
"Bisa banget, dia kan hobi musik."
"Kira-kira dia mau ngajarin aku nggak ya?"
Oh jadi Mila ingin Jo mengajarinya, tak masalah bila Jo mau. Hanya kadang Jo malas ngobrol dengan orang lain, kecuali aku tentunya. Aku bisa mengantarkan Mila ke tempat Jo bila ia mau. Sekalian aku melihat bagaimana kabar gitarku sekarang.
"Kamu dateng aja ke rumah dia sore-sore. Kalau kamu malu, bareng aku aja nggak papa."
"Serius Fi? Makasih banyak ya, aku mau banget! Aku mau, aku mau, aku mau!" Mila memelukku erat, aku hanya mengangguk pasrah. Sedangkan Fariz menatap kami sambil mendengus.
"Kayaknya Jo itu bisa segalanya ya, cowok sempurna." Desis Fariz sinis.
"Far, kamu nggak boleh gitu, tiap orang kan punya kelemahan sama kelebihan masing-masing. Kamu juga hebat kok, cuma sayangnya kamu nggak sadar." Ujarku.
Kamu hebat karena bisa memikat hatiku Fariz. Fariz menyunggingkan senyum kecil setelah mendengar pujianku. Benar apa kata Jo, anak ini labil, hanya gara-gara masalah olimpiade yang telah lalu saja masih dibawa-bawa sampai sekarang.
"Ah nggak juga, masih lebih hebat Jo daripada aku."
"Udahlah, cuma masalah kecil gitu doang kok diributin. Lagian kan Jo memang pinter main musik Far." Sela Mila sambil meneguk Milkshake Coklatnya sampai habis.
"Iya deh." Fariz cemberut memandang Mila.
Ia selalu terlihat tampan dengan ekspresi apapun, tapi Fariz tak pernah menyadarinya.
***
Kami banyak bercanda dan ngobrol sepanjang perjalanan pulang. Mila tak henti-hentinya meledek Fariz yang sampai sekarang masih belum punya pacar.
Aku melirik Fariz dari kaca sepion, ia balas melirikku, jantungku serasa berhenti berdetak. Apa maksud tatapannya? Mila tak menyadari hal ini dan dia masih sibuk meledek Fariz.
Waktu menunjukkan pukul dua siang. Aku turun di rumah Mila. Sudah lama aku tak berkunjung kemari. Fariz melambai ke arahku dan Mila di balik kemudi dan langsung melajukan mobilnya meninggalkan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGIN HUTAN PINUS [TELAH TERBIT]
Teen FictionKisah ini hanya terjadi dalam hidupku, tidak terjadi dan tidak akan pernah terjadi pada hidup orang lain. Kau akan banyak menemukan pengkhianatan dan rasa kecewa yang datang dari orang-orang yang sangat kau sayang, mereka yang sangat kau percaya. La...