"Bray lo ngerasa ga dari tadi banyak orang yang liatin kita sambil bisik-bisik" bisik Gavin pelan karena memang mereka sedang berada dikoridor sekolah dan tentunya sudah ramai.
"Iya. Tau. Mereka tuh sebenarnya bukan liatin kita" ujar Brayen tenang. Berusaha Cool didepan murid lainnya.
"Lah terus siapa?" tanya Gavin bingung. Dengan suara yang masih pelan tetapi tidak sepelan tadi.
"Gue. Mereka itu terpesona sama kegantengan gue, Kharisma gue jadi ya wajar aja lah ya kan. Mereka kaya gitu" ujar Brayen denga menaikan sebelah alisnya.
"Yee PD banget. Yang ada juga gue. karena dilihat dari segi apapun gue lebih dari lo! Mungkin mereka ga nyangka aja ya kan kita ini adik-abang secara gitu muka kita tuh beda jauh" ujar Gavin tak mau kalah. Menaikan tas yang disampirkan dibahu kanan nya.
"Iya beda. Gue ganteng dan lo astagfirullah" ujar Brayen enteng.
"Ye sok banget lo! Instagram gue sama lo itu banyakan gue followers nya. Banyakan fans gue dari pada lo. Jadi ya ngaca aja"
"Heleh. Instagram selisih dua doang. Lagian gue tau lo beli followers kan jadi banyak tuh Followers lo! Isinya juga cabe-cabean semua"
"Ehh! Nyadar mas. Lo tuh yang beli followers. Cie Stalking in Instagram gue ya lo sampai tau beda nya cuma dua doang" ujar Gavin tersenyum meremehkan.
"Dih. Najis banget gue Stalking in Instagram lo yang ga berfaedah itu" ujar Brayen mengendikan kedua bahunya. Jijik.
"Elah ngaku aja kali" ujar Gavin menyenggol lengan Brayen bermaksud menggoda nya.
"Ish Jijik gue. Sono lo jauh-jauh dari gue. Radius satu Kilo Meter dari gue" ujar Brayen mempercepat langkahnya menuju kelasnya.
"Abang kok ninggalin adek! Abang Jahatt sama adek!! Adek kesel-kesel!" teriak Gavin lantang sambil menghentak-hentakan kakinya seperti anak kecil. Hal itu Membuat semua mata di sepanjang Koridor melihatnya dengan berbagai macam tatapan yang sulit diartikan.
Brayen yang jaraknya belum terlalu jauh dari Gavin langsung menundukan kepalanya dalam-dalam. Bersikap bahwa bukan dialah orang yang di Maksud Gavin. Dengan diiringi dengan umpatan-umpatan yang keluar dari mulutnya yang ditujukan untuk Gavin.
***
Setelah membeli tiket Cassandra dan Raina Masuk kedalam. Cassandra berjalan dengan wajah berbinar-binar sedangkan Raina berjalan sangat malas sekali dengan sesekali menguap.
Cassandra mengedarkan pandangannya ke segala penjuru tempat. Pandangannya terhenti pada satu objek yang mampu membuat senyumnya semakin lebar. Seketika dia menggerakan bahu Raina.
"Rain. Rain-Raina" ujar Cassandra yang pandangannya masih tertuju ke objek tersebut.
"Hmm" jawab Raina malas dengan mata terpejam.
"Gue mau ituuu" teriak Cassandra menunjuk objek tersebut.
Dengan malas Raina mengikuti arah telunjuk Cassandra.
Seketika tubuhnya menegang rasa kantuk yang sedari tadi menjalar nya lenyap begitu saja entah kemana.
Cassandra yang merasakan perubahan diri pada Raina pun mengalihkan pandangannya pada satu-satu nya kakak perempuannya itu.
"Lo kenapa?" tanya Cassandra bingung.
"Ehh. Emm.... Gu-gue ga kenapa-kenapa kok" ujar Raina dengan pandangan masih tertuju pada objek yang tadi ditunjukan Cassandra.
"Lo mau naik itu?" tanya Raina menunjuk objek yang ternyata Wahana histeria yang ada di Dufan dengan Dagu nya. Cassandra lantas mengangguk semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiger, Wolf, And Blood Holy
خيال (فانتازيا)Romance+Teenfiction+humor Ini bukan kisah Bad Boy yang digemari kaum hawa... Bukan juga kisah si ice prince yang dingin dan datar... Bukan kisah tentang persahabatan antara lelaki dan perempuan yang kata orang tidak ada salah satunya yang memendam p...