Setelah tadi menumpang sampai jalan besar dan naik taksi keempatnya sekarang sudah berada didepan rumah Cassandra dan Raina.
Sebenarnya ingin sekali Leonard dan Fandy pulang tetapi mengingat dirinya harus bisa mengantar kedua cewek gila ini sampai rumah. Cowok cuy!
Baru beberapa detik keempatnya berada di depan pintu rumah. Pintu langsung terbuka dan terlihat Gavin dan Brayen sudah berlari dan sekarang memeluk erat kedua adiknya itu.
"kalian tuh Kemana aja sih? Ceroboh banget pergi ga ngabar-ngabarin bikin kita cemas aja" ujar Gavin yang masih memeluk erat Cassandra bahkan membuat Cassandra tidak bisa bernapas.
Setelah puas Gavin dan Brayen bergantian. Gavin memeluk Raina dan Brayen memeluk Cassandra.
"iya, tau ga kita tuh khawatir! Suka banget emang ya bikin orang khawatir!" Brayen menggeram kesal.
Dengan segenap kekuatan Cassandra dan Raina mendorong tubuh kakak nya itu. Sungguh mereka hampir saja kehabisan napas mengingat kencang nya pelukan itu.
Cassandra berdecak. "Heh! Gue Tau Lo berdua punya dendam sama gue sama Raina! Tapi please, jangan gitu juga kelles
Bilang gue khawatir apa lah segala macem! Gue tau Boong tuh padahal mah seneng. Ya ga Rain?""iya. Huh! Dikira gue Gatau apa lo sengaja meluk kita begitu kan. Pencitraan banget padahal didalam hati kesel nauzubillah."
Gavin dan Brayen berdecak memang ya nih dua bocah bawaannya suudzon mulu. Mana ada kakak yang ga khawatir adeknya ilang entah Kemana? Kecuali kalo keadaannya dibalik kali Gavin sama Brayen yang ilang. Pasti mereka ngadain syukuran dan berdoa supaya ga balik lagi. Ade lucknut emang!
"iya pake acara peluk-peluk an segala lagi Alay tau ga?! Mending kalo badan lo berdua ga bau! Bau tau gue mau mati tadi" Cassandra memasang ekspresi yang susah dijelaskan membuat Raina terpingkal-pingkal.
Berbeda hal nya dengan Brayen dan Gavin yang sibuk mencium badannya sendiri-sendiri.
Ga bau coy! Emang sih dari kemarin keduanya ga mandi tapi sumpah kok ga bau. Sumpah. Ga percaya cium nih! Astagfirullah.
Sedangkan Leonard dan Fandy yang sedari tadi hanya diam melihat interaksi adik kakak itu.
Sungguh keduanya sangat prihatin dan kasihan kepada Brayen dan Gavin yang mempunyai adik seperti itu. Pasti nge-batin.Brayen dan Gavin mengusap dadanya. Sabar-sabar. Rapal mereka dalam hati.
Brayen dan Gavin mengernyit menyadari adanya makhluk lain selain mereka berempat.
"lho? Lo berdua kok?" Brayen angkat suara kebingungan dengan dua makhluk yang tak diundang datang kerumahnya.
"iya kita disini-" Leonard menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung harus menjelaskan nya dari mana.
"iya sebenarnya dari kemarin adik kalian sama kami" Fandy yang tahu Leonard kebingungan pun angkat bicara.
"maksud lo?"
"iya kemarin kita kesesat dihutan berempat" Fandy menjelaskan takut terjadi kesalah pahaman. "kok bisa sih? Kok lo ga ada ngabarin?"
"HP gue ilang. Lagian dihutan ga ada sinyal. Jadi ga bisa ngabarin kalian"
Brayen mengangguk mengerti biarlah yang terpenting sekarang adiknya kembali dengan utuh dan selamat.
"makasih ya kalian udah memenin adek gue. Sampe Dianterin sampe rumah lagi. Makasih udah dijagain"
Leonard dan Fandy mengangguk
"kita ga bisa lama-lama. Kita pamit dulu"
"pulang naik apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiger, Wolf, And Blood Holy
FantasyRomance+Teenfiction+humor Ini bukan kisah Bad Boy yang digemari kaum hawa... Bukan juga kisah si ice prince yang dingin dan datar... Bukan kisah tentang persahabatan antara lelaki dan perempuan yang kata orang tidak ada salah satunya yang memendam p...