"Kayaknya, kita ga bisa keluar hari ini" Leo mendesah Frustasi. "Kayaknya juga, bukannya keluar dari sini. Malah kayaknya, makin masuk kedalam hutan. Apalagi, langit nya udah gelap gini. Bakalan susah"
"Pokoknya, gue ga mau tau. Gue mau keluar dari sini. Gue mau pulang!" Cassandra makin mempererat cengkeraman tangannya pada baju Raina.
"Yaudah kalo Lo mau pulang, ya pulang aja" Fandy mengedarkan pandangannya ke berbagi arah. "Palingan nanti Lo ketemu sama penunggu hutan ini. Gue denger-denger sih, di hutan ini angker banyak penunggu nya. Ih sereeem"
Cassandra terkesiap. Matanya menatap nyalang Fandy. "Bodo amat. Serem-an juga muka Lo, dari pada penunggu hutan ini"
"Heh! Lo tuh ya. Jelas-jelas gue ganteng gini. Di sekolah gue itu termasuk kedalam daftar Cowok tertampan, ter cool, tertajir. Semua cewek Di sekolah juga nge-fans sama gue. Pada ngantri buat jadi pacar gue. Pada ngejar-ngejar gue juga. Ya gue tau lah ya. Semenjak tadi Lo ngeliat gue, kan Lo udah deg-deg an gimana gitu. Udah berbunga-bunga. Jadi, gue tau ini cara Lo kan buat narik perhatian gue. Tapi, sorry sayangnya Lo bukan type gue sama sekali bukan. Jadi, sebelum Lo jatuh terlalu dalam lebih baik move on"
Mulut Cassandra ternganga lebar, detik selanjutnya tawa nya pecah. "Haha. Woy ngaca apa. Ga punya kaca Lo? Ngaku tajir tapi ga punya kaca. Ngaku tajir tapi... Masih minta ganti rugi atas rusaknya motor butut rongsokan Lo itu?" Cassandra menatap remeh Fandy. "Nih ya mungkin Cabe-cabe an yang katanya demen sama Lo itu, matanya kebalik kali, katarak. Dan soal Ngejar-ngejar pasti Lo punya utang tuh sama mereka. Iya kan? Dan iya gue deg-deg an Liat Lo karena apa? Karena muka Lo ancur parah, tak berbentuk. Bahkan kalo gue disuruh milih antara Lo sama si sapri jelas gue bakalan milih Johnny Orlando"
Raina menjitak Kepala Cassandra "Yee si tulul"
Sedangkan muka Fandy sudah pias setelah menerima hinaan bertubi-tubi dari Cassandra. "Gini nih orang yang ga mau ngaku"
"Bodo amat. Jelas-jelas gue ngaku kalo Lo tuh jelek"
"lsh Lo tuh ya-"
"Udah Fan udah. Percuma aja ngadu bacot sama dia. Ga bakalan menang," Leo berusaha menengahi. "Mending ya sekarang kita cari kayu"
"Whattts? Kayu? Sebegitu miskin nya kah elo? Sampai-sampai dihutan mau cari kayu?"
"Udah deh bacot mulu! Gue nyari kayu buat bikin api unggun"
Raina mulai kesal juga lantas berbisik. "Udah deh Cass diem aja. Lo mau gitu kedinginan? Gelap?"
Cassandra menggelengkan kepalanya ringan dia enggan untuk mati konyol karena ketakutan akan gelap dan kedinginan. Sangat-sangat tidak mau.
Leo dan Fandy mulai berjalan sedangkan Cassandra dan Raina membuntuti mereka.
"Eh-eh kalian ngapain?"
"Ya buta nih bocah. Dirilah"
"Diri? Wah enak banget ya. Kalian diri-diri enak sedangkan kita? Nyari kayu disini. Bantuin sini!"
"Et udah gue bantuin"
"Bantuin apa hah?!"
"Doa dari sini"
Fandy menggeram kesal karena Raina terus saja menjawab pertanyaan sengit nya tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Ada korek ga?" Leo bertanya setelah mereka berhasil menemukan tempat yang pas. Dan juga setelah Fandy dan Leo mengumpulkan kayu tersebut dan dibawanya berdua dengan jarak yang cukup jauh. Sedangkan Cassandra dan Raina hanya mengikuti dari belakang tanpa membantu apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiger, Wolf, And Blood Holy
FantasyRomance+Teenfiction+humor Ini bukan kisah Bad Boy yang digemari kaum hawa... Bukan juga kisah si ice prince yang dingin dan datar... Bukan kisah tentang persahabatan antara lelaki dan perempuan yang kata orang tidak ada salah satunya yang memendam p...