10| kepanikan.

23 4 0
                                    

"Cassandra Andara Brawijaya"

"Cassandra Andara Brawijaya"

"Mana yang namanya Cassandra?" seseorang mengedarkan pandangannya sudah berulang kali dia memanggil tetapi tidak ada jawaban seperti acungan tangan atau ucapan berupa 'saya pak' atau juga 'hadir'.

"Emm itu pak" orang tersebut mengarahkan pandangan kepada siswa yang duduk dibagian paling belakang, yang ternyata Brayen.

"Ya. Apa?"

"Cassandra itu adik saya"

"Oh. Adik kamu. Kemana dia? Sakit?" Brayen menggelengkan kepala. Jelas dia tahu adik nya itu tidak sakit. Belum bangun? Jelas tidak dia melihat jelas Gavin yang menyeret gadis itu ke kamarnya sendiri dan memasukan secara paksa kedalam kamar mandi. Yang jelas yang dirinya tahu kedua gadis itu sudah berangkat sedari tadi karena dirinya yang menghubungi Bi Nina. Lalu kemana pergi nya kedua adiknya itu. Apakah membolos? Awas saja kalau benar itu adanya. Akan dia kasih pelajaran keduanya.

"Lalu dimana?" suara guru tersebut menggema dikelas yang hening itu.

"Saya juga tidak tahu pak"

"Lho kok kamu tidak tahu? Bukannya dia adikmu"

"Iya pak. Saya juga tidak tahu setau saya dia dan Raina sudah berangkat"

"Raina?"

"Iya pak Raina Andriana Brawijaya. Dia juga adik saya pak. Mereka tadi berangkat sekolah bersama. Saya hubungi ponsel nya juga ga ada balasan pak"

Guru tersebut mengangguk paham. Jadi mereka murid pindahan dari London itu. Lantas guru tersebut memberi tanda 'A' dikolom absen Cassandra dan Raina.

"Jadi selain mereka berdua siapa lagi yang tidak hadir?" dirinya meneliti hanya tersisa dua kursi yang kosong lagi.

"Asisten dikelas ini siapa?" seorang perempuan mengangkat tangannya. "Kamu maju" lantas perempuan tersebut maju kedepan dan membawa sebuah tumpukan kertas yang di yakini sebuah absensi kelas.

                         ***

Brakkk...

"Haduh!" Raina dan Cassandra terkesiap karena tanpa aba-aba motor yang ditumpangi nya terjerembab ke sebuah kubangan yang cukup besar penuh dengan tanah yang basah dan liat.

Kedua pria tersebut menghampiri Cassandra dan Raina yang masuk duduk di tanah tersebut.

Kedua tangannya terulur. Lantas kedua gadis itu mengangkat kepalanya yang sempat menduduk.

"ELO!" Cassandra dan Raina berteriak secara bersamaan.

"Kok Elo berdua sih? Bukannya Lo berdua cowok yang sekelas sama gue kan? Yang gagu sama budeg itu?" Cassandra melototkan kedua matanya. Sedangkan kedua pria itu mendengus pelan.

"Nah iya kan ngapain disini?" Raina ikut nimbrung setelah berdiri dan menatap kedua nya heran.

"Pertama. Kita berdua ga gagu ataupun budeg! Catet itu! Kedua Elo!" tangannya menunjuk kearah Raina. "Lo tuh pura-pura bego atau bego beneran sih?" Cibirnya yang mendapatkan tatapan sinis dari Raina. "Kita disini yang nolongin Lo tadi. Bukannya makasih kek apa kek malah ngehina. Nyesel gue bantuin Lo berdua"

"Oh" keduanya hanya begumam seperti itu.

Cassandra merogoh kantong seragam nya dan menemukan uang dua ribuan yang sudah sangat lecek dan kotor. Lantas memberikan uang tersebut kepada pria yang berada tepat didepannya yang tak lain adalah Leo.

Leo mengerutkan keningnya bingung. Cassandra dengan kesal menarik tangan Leo dan menaruh uang tersebut di telapak tangan pria tersebut.

"Ini apaan?"

Tiger, Wolf, And Blood HolyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang