Bab 3: Mengenalmu

2.4K 65 2
                                    


Author's POV

"Lo kenapa?" Tanya Ben kepada Rose yang sedang mengeluarkan air mata. Rose tidak menjawabnya. 

"Lo jahat, Ben," ucap Rose, lalu pergi meninggalkan Ben yang mematung.

 'Apa gue kelewatan?' batin Ben.

 Rose yang terus berlari tanpa tujuan, terus menangis tanpa berhenti. 

"Rose?" panggil Vira. 

"Rose, lo kenapa?" Tanya Carla, terkejut melihat Rose yang menangis.

 "Gue utang cerita ke kalian berdua." 

"Ayo ke rumah gue aja. Nyokap sama bokap gue lagi gak di rumah," ajak Carla.

 Selama perjalanan air mata Rose pun tetap tidak berhenti. Sahabat-sahabatnya pun bingung harus berbuat apa. Mereka hanya bisa memeluk Rose. Sesampainya di rumah Carla, Rose langsung menceritakan semua kejadian yang terjadi dengannya kemarin. Dimulai dari dirinya dijodohkan dengan Ben, sampai Ben mengeluarkan kata-kata yang kejam kepadanya. 

"Emang dia orangnya kayak gimana?" Tanya Carla. 

"Dia lumayan ganteng sih." 

"Lalu, dimana dia sekarang?" Tanya Vira. 

"Gue gak tau. Tadi, gue tinggalin dia begitu aja," jawab Rose dengan suara yang serak. 

"Ya udah, lo tenangin diri lo sekarang," ucap Carla. 

Rose tertidur di pangkuan Carla, akibat lelah menangis. Vira pun berniat untuk menghubungi Zack, untuk memintanya menjemput Rose. 

"Halo?" 

"Tumben telfon gue. Kangen?" Tanya Zack.

 'Bisa gila gue punya pacar kayak Zack,' batin Vira. 

"Si Rose ada di rumah Carla. Dia ketiduran. Lo jemput gih. Udah malem ini. Besok dia ada kuliah." 

"Oh. Gue kira lo yang minta dijemput."

"Gak usah ge-er deh." Vira langsung memutuskan sambungannya. 

"Nih cewek, emang dari dulu sampe sekarang, bikin gue bingung," gumam Zack. 

Zack meminggirkan mobilnya untuk menghubungi seseorang.

 "Ben." 

"Kenapa?"

"Lo jemput Rose gih. Dia ada di rumah temennya."

  "Kebetulan banget. Gue juga lagi nyariin dia." 

"Emang dia gak hubungin lo?" 

"Dia tadi langsung pergi, tanpa bilang apa-apa ke gue." 

"Okay. Nanti gue sms-in ke lu alamatnya. Gue titip adik gue ya." 

Setelah panggilan terputus. Zack melajukan mobilnya lagi dalam kecepatan sedang. Di lain sisi, Ben yang sedari tadi mencari Rose. Akhirnya, dia bisa lega. Setelah Rose pergi begitu saja, Ben memutuskan untuk mengejar Rose. Tapi, dia tidak mendapati Rose dimana-mana. Bahkan, Ben sudah mengelilingi kampus Rose untuk mencari gadis itu. Tok Tok Tok.. 

"Ben?" sapa Carla. 

"Lo temennya Rose, ya?" Tanya Ben.

 'Buset dah, elah. Ganteng bener calonnya si Rose,' batin Carla. 

"I-iya. Rose ada di kamar," jawab Carla. 

Carla menunjukkan kamarnya, yang ada Rose di dalamnya. Ben melihat Rose yang terlelap diatas ranjang berukuran queen-size itu. Ben menggendong Rose yang terbilang ringan itu dengan mudah ke dalam mobilnya. 

"Terima kasih," ucap Ben, sopan. 

"Tidak perlu berterima kasih. Adanya kami yang mengucapkan terima kasih. Terima kasih. Oh iya, dan salam kenal. Gue vira dan dia Carla. Kami sahabat Rose di kampus," balas Vira. 

"Gue ben, calon suaminya Rose. Sampai jumpa."

 "Hati-hati." Setelah mobil milik Ben tak terlihat, kedua sahabat itu masuk ke dalam rumah. 

"Kalau calon suami gue seganteng Ben, gue mah gak akan complain," ucap Carla.

 "Mungkin dari sikapnya Ben yang membuat Rose gak mau sama dia," balas Vira. 

"Bisa jadi, sih. Tapi Ben ganteng banget."

*****

 Saat sampai di mansion milik keluarga Brown, Ben membopong tubuh Rose seperti tadi ke kamarnya Rose. Alice yang melihat itu pun terkejut. 

"Ada apa dengan Rose?" Tanya Alice.

 "Dia tertidur, tante. Gak bisa dibangunin juga," jawab Ben santai. 

"Dia itu memang kebo kalau sudah tidur. Harap dimaklumkan ya, Ben," balas Alice.

 "Iya, tante. Aku balik dulu, ya," pamit Ben.

 Keesokan paginya, Rose terbangun akibat sinar matahari yang masuk ke dalam kamarnya. Rose melihat jam dinding dikamarnya yang menunjukkan angka delapan. Masih ada satu jam sebelum kelas pertamanya hari ini. Rose berjalan menuju kamar mandi dengan malas. Ia menatap cermin dan tidak percaya dengan penampilannya yang kacau. Setelah selesai membersihkan diri, Rose turun ke ruang makan untuk sarapan. 

"Pagi, Rose," sapa Alice. "Pagi, ma," balas Rose. 

"Kamu tumben bangun pagi, Rose." 

"Tadi aku kebangun gara-gara lupa tutup tirai jendela." 

Rose mulai meminum susu yang sudah disiapkan dan mengoleskan coklat ke rotinya. 

"Oh iya, ma. Yang anterin Rose pulang siapa?" Tanya Rose. 

"Ben. Dia bopong kamu dari mobil sampai kamarmu. Kamu harus mengucapkannya terima kasih nanti," jawab Alice.

 Rose hampir tersedak oleh rotinya. 

"Ben?" Tanya Rose. 

"Iya, Ben." 

"Pagi semua," sapa Belle. 

"Pagi," balas Alice.

 "Rose, mengapa mukamu seperti itu?" Tanya Belle. 

"Mungkin dia kaget saat tau orang yang mengantarnya kemarin malam siapa," jawab Zack. 

"Apan sih. Kok lo yang jawab?" 

"Gue bener kan?" 

"Gak. Gue cuman masih ngantuk aja."

 "Gue tau lo kemaren tuh nangis karena-" ucapan Zack terpotong akibat Rose sudah duluan menyumpalkan roti kedalam mulutnya. 

"Rose, kamu menangis kemarin?" Tanya Belle. 

"Gak kok. Dia ngibul doang."

 Zack yang mengerti mengapa Rose berlaku seperti itu hanya cengengesan saja. 

Mon Amour, RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang