Bab 4: Understanding

2.2K 63 0
                                    


Rose's POV

Siang ini, gue lagi gak ada kelas. Jadi, gue memutuskan untuk pergi ke café dekat kampus bersama Vira dan Carla. Sudah seminggu semenjak kejadian gue menangis akibat Ben. Sudah seminggu juga gue gak ketemu Ben. 

"Eh, Rose, kok melamun sih?" Tanya Carla.

 "Gue gak melamun kok. Cuman lagi perhatiin jalanan aja," jawab gue, bohong tentunya. Ngapain banget gue merhatiin jalanan.

"Kapan lo ke New York?" Tanya Vira.

 "Belum tau sih. Memangnya kenapa? Lo mau usir gue, ya?" jawab gue.

 "Hah? Gak lah. Gue cuman nanya." 

"Sebenarnya, gue sama Vira juga pengen pindah ke New York bareng lo, Rose." 

"Serius?!" Gila, gue seneng banget. Gue gak nyangka sahabat-sahabat gue juga akan pindah ke New York. Apalagi kita satu jurusan dan satu kampus. Pasti seru deh. Nanti kita disana bisa tinggal satu apartemen dan selalu bareng kemana-mana. Kayak sekarang.

 "Gue sih udah ijin bokap gue. Dan kata beliau boleh." 

"Gue juga dibolehin. Malah nyokap dan bokap gue dukung banget." 

"YES!!! Nanti kita bisa pilih apartemen kita bareng-bareng dan bisa tinggal bareng," teriak gue dengan semangat. 

Kedua sahabat gue hanya memandangi gue. "Ada apa?" Tanya gue.

 "Lo kan kesana sama suami lo. Mana bisa kita tinggal satu apartemen," jawab Carla.

 Gue baru inget, gue ke New York sama suami gue. Aduh, gak satu rumah sama dia aja udah berantem. Apalagi satu rumah? Rusak kali semua barang yang ada di rumah. Disaat gue lagi melamun, handphone gue berbunyi. 

"Halo?" sapa gue.  

"Rose, pulang. Ada yang mama mau bicarakan denganmu dan Belle." 

"Okay, ma." Sambungan terputus dan gue pun pamit kepada sahabat-sahabat gue. Di dalam perjalanan, gue kepikiran dengan apa yang nanti mama akan bicarakan. Terakhir mama ngomong kayak gitu, gue akan dijodohin. Gue takut gue akan menerima berita buruk, bahkan lebih buruk. Sampai dirumah gue langsung turun dari mobil, Karena sudah gelisah. 

"Ma, Rose pulang," sapa gue.

 "Mama ada di ruang keluarga," teriak mama. 

Gue berjalan ke ruang keluarga dan mendapati ruang keluarga gue cukup ramai. Gue bisa melihat ada keluarga gue dan juga ada tante Grace, om James, dan keluarga lain yang gak gue kenal.

 "Ini sahabat papa, tante Fanny dan om Steven. Mereka adalah calon mertua Belle," ucap papa. 

"Halo tante dan om. Aku adik kembarnya Belle, Rose." 

"Dan ini calon kakak iparmu, Mark."

 Gue hanya memberinya senyum. Jadi, dia yang akan menjadi suaminya Belle? Pantas saja Belle menolak. Dia tidak setampan Ben. 

Oh Tuhan. Apa yang barusan gue pikirin? Mark dan Ben sama saja kok. Sama-sama laki-laki. Kok gue gak liat Ben ya? Beep. Gue baru aja nyari dia, dan dia udah sms gue. Dia bilang dia ada di taman belakang rumah gue. Gue menempatkan tas gue di dalam kamar dan setelah itu berjalan menuju taman belakang. 

"Hey," sapanya. 

"Apa?" balas gue.

 "Galak amat dah lu." 

"Bodo. BTW, ada acara apa sih? Kenapa rumah gue rame?" Tanya gue. 

"Nanti malam itu acara lamarannya." 

"Sumpah?"

 "Ngapain gue bohong sama lu."

 "Gue denger dari nyokap gue, lo milih gue dari pada milih Belle. Kenapa?" 

"Gak usah geer. Gue cuman gak suka cewek ribet kayak Belle. Lo kelihatan simple. Jadi gue pilih lo."

 "Apaan sih. Gue gak geer." 

Bukan itu sih jawaban yang gue mau denger dari Ben. Tapi kalau gue paksa lagi, nanti dia ngira yang aneh-aneh lagi. 

"Aku gak mau ma!" teriak Belle.

 Oh Tuhan, pasti ada yang terjadi barusan. Gue buru-buru berjalan menusu ke ruang keluarga dan mendapati semuanya dalam keadaan diam. 

"Belle dimana, ma?" Tanya gue begitu sampai di ruang keluarga.

 "Dia lari ke kamarnya, Rose. Mama mohon ke kamu. Tolong bujuk Belle ya," mohon mama.

 Dengan cepat, gue lari ke kamar Belle. Belle mengunci kamarnya dengan rapat. 

"Belle, ini Rose. Tolong buka kan pintunya." Tanpa disangka, Belle langsung membukakannya. 

"Belle, ada apa?"

 "Rose, Belle gak mau nikah. Belle masih mau di Indonesia juga. Dan Belle masih mau sama mama, papa, Rose, dan Zack."

 "Belle, perusahaan mama dan papa lagi mengalami masalah dan bisa membawa perusahaannya ke dalam kebangkrutan. Zack dan papa sedang berusaha mengatasi masalahnya. Dan keputusan papa dan mama untuk menjodohkan kita karena mereka gak mau kita ikutan susah nantinya jika perusahaan kita bangkrut. Maka dari itu juga, kita dikirim ke luar negeri. Zack akan tinggal di Indonesia untuk membantu papa. Rose pun gak mau dijodohkan, Belle. Tapi mau bagaimana lagi? Ini bisa dibilang adalah cara untuk membalas budi kepada mama dan papa karena telah merawat kita, Belle. Dengan cara meringankan beban mereka." 

Belle terlihat berpikir.

 "Yasudah, Belle akan menikah."

Mon Amour, RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang