Bab 11: Change of plan

2.4K 78 8
                                    


Author's POV

Bukan hanya Rose yang merasakan jantungnya seperti terpompa empat kali lebih cepat, tetapi Ben juga merasakannya. Hanya saja Ben berusaha sebisa mungkin untuk menutupinya. Seperti sekarang, disaat Rose sedang tertidur, Ben mencoba untuk mengatur detak jantungnya. 

'Sama seperti dulu, sekarang pun gue gak bisa gak gugup di depan lo, Rose,' batin Ben. 

Kring Kring. Ben menambil handphonya nya yang berada di saku celananya dan melihat siapa yang menghubunginya. 

"Halo?" sapa Ben. 

Tak lama setelah menyapa orang di seberang sana, handphone Ben terjatuh. 

"Rose!" panggil Ben. 

Rose yang masih tertidur dengan pulas cukup terkejut dengan panggilan Ben yang terdengar sangat kencang. 

"Ada apa?"

 Ben tak menjawabnya. Rose bangun dari tidurnya. 

"Ben, ada apa?" Tanya Rose dengan hati-hati. 

Rose dapat melihat bahwa mata Ben berkaca-kaca. Rose datang mendekat ke arah tempat Ben berdiri. Muka Ben masih terkejut dan air mata terjatuh. Rose yang mengerti bahwa Ben sedang sedih pun langsung memeluk Ben. Walaupun Rose sendiri tidak mengerti apa yang terjadi. Tetapi menurut Rose, mungkin sekarang Ben membutuhkan sebuah pelukan. 

"Gue tau lu masih belum bisa jelasin ke gue ada apa. Tenangin diri lo dulu aja," ucap Rose lembut seraya mengelus punggung belakang Ben. 

"Ayo," ajak Ben seraya menarik Rose. 

"Kemana?"

 "Indonesia." 

Rose memiringkan kepala tak mengerti. 'Indonesia?' batin Rose. Rose pun ditarik oleh Ben. Dari Hawaii, mereka langsung menuju ke Indonesia menggunakan pesawat jet pribadi milik Ben. Selama dalam perjalanan, wajah Ben tampak sedih dan murung. Rose pun tak tau harus berbuat apa. Ben tak pernah bertindak seperti ini sebelumnya. 

"Ben, tidur. Kita masih lama untuk mencapai Indonesia."

 "Gak bisa, Rose!" sentak Ben. 

Hening. 

Akibat sentakan Ben yang kencang, membuat Rose takut. 

"Maaf." 

Rose tak menjawabnya. Ben mengangkat wajahnya dari handphone nya ke Rose. Dan terlihatlah bahwa Rose sedang menangis. 

"Rose, maafkan gue," ucap Ben tulus.

 "Lu mau nya apa sih?! Lu bangunin gue tiba-tiba dan membawa gue ke Indonesia. Sedangkan lu udah ngomong sama gue kalau kita akan disana selama satu minggu. Lalu, lu sentak gue!" teriak Rose seraya berdiri dengan air mata yang masih mengalir.

 "Gue udah coba perhatian sama lo dan lo malahan marah?!" tambah Rose. 

Jujur saja, Ben merasa sangat bersalah telah menyentak Rose seperti tadi. Ben berdiri dan memeluk Rose. 

"Gue tau gue salah. Maaf Rose. Gue janji gue gak akan teriak ke lo lagi." Rose masih menangis. 

Rose yang lebih tomboy daripada Belle, ternyata memiliki hati yang sangat lembut. Rose pun tertidur di dada bidang milik Ben. 

"Maafin gue, Rose. Gak seharusnya gue berteriak ke lo. Terima kasih udah mau peduliin gue. Gue sangat berterima kasih lo mau nikah sama gue," bisik Ben kepada Rose yang sudah masuk ke alam mimpi. 

Ben mendudukkan Rose di salah satu bangku yang ada dengan hati-hati. Sesampainya mereka di Jakarta, Ben dan Rose langsung menuju ke rumah sakit terkenal. Mereka berjalan menuju salah satu kamar dengan tergesa-gesa. Di depan ruangan itu terdapat Thomas dan Alice dengan wajah khawatir. 

Mon Amour, RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang