Bab 9: Almost

2K 62 0
                                    


Ben's POV

Sebenarnya, ada yang gue sembunyiin dari Rose. Dan sebenarnya, gue kenal dengan Andrew. Hanya saja Rose tidak mengetahui hal itu. Maka dari itu, tadi gue hanya menyapanya. Ingin sekali memeluknya, karena Andrew adalah sahabat gue. Disaat gue galau dan sedih, dia ada buat gue. Semoga Andrew mengerti. 

"Bolehkah aku mengajak Rose ke suatu tempat? Hanya berdua?" tanya gue. 

"Tentu boleh, kamu kan suaminya," jawab Andrew dan yang lain. 

"Mau kemana?" tanya Rose bingung.

 "Udah, lo ikut aja. Nanti juga lo tau," jawab gue. 

"Gue mau pipis dulu deh kalau begitu." 

"Jangan lama ya."

 Rose menanyakan tempat toilet dimana dan pergi.

 "Andrew, gue mau ngomong."

 "Ada apa?"

 Gue dan Andrew masuk ke dalam suatu ruangan yang ada dalam ruangannya.

 "Gue belom kasih tau Rose tentang hal itu." 

"Yang mana?"

 "Yang tentang gue dan Bernard. Dan jangan sampai Rose tau kecuali dari gue sendiri."

 "Baiklah. Tetapi lebih cepat lebih baik."

 "Iya, memang. Tapi gue butuh timing yang pas untuk memberitahukan ini. Tidak mudah. Masih banyak yang gue takutin."

 "Baiklah. Tunggu sampai kau siap." 

Sebelum Rose kembali, gue memutuskan untuk kembali lebih dulu. Takut Rose curiga. Sebenarnya, gue mau ajak dia jalan-jalan, hanya saja lebih aman jika jalan-jalannya cuman berdua sama gue. 

"Ayo," ajak Rose setelah kembali dari toilet.

 "Kita duluan ya," pamit Rose. 

Itu hal yang gue suka dari Rose. Dia sopan, baik, dan ramah. Jangan bicarakan tentang wajahnya. Tentu saja, tidak ada yang bisa mengalahkannya. 

"Ben, ayo. Kenapa lo bengong doang?" ajak Rose, membuyarkan lamunan gue.

 "Kita mau kemana sih? Dan kita pergi naik apa kalau tadi kita kesini sama Madelyn?" Tanya Rose. 

"Gue udah suruh Alex untuk jemput kita disini," jawab gue. 

Untung gue pinter, kalau gak pasti harus nunggu lebih lama. Tak lama kemudian, Alex datang dan kami pergi ke mansion gue. Gue suruh Rose untuk tunggu di lobi dan gue ambil mobil kesayangan gue. Gue membuka pintu garasi yang sudah lama gak gue buka. Membuka penutupnya dan terlihat mobil lamborghini veneno kesayangan gue yang berwarna abu-abu. Gue mengecek apakah benda ini masih bagus atau sudah ada lecetan. Setelah mengecek, gue buru-buru menyalakan mobil. Di dalam perjalanan, seperti biasa, Rose tertidur. Gue tadinya bingung mau ngajak dia kemana, tiba-tiba gue keinget sama villa keluarga gue yang ada di Hawaii. Apa gue bawa dia kesana ya? 

"Alex, siapkan pesawat. Aku ingin ke Hawaii. Suruh Ashley untuk siapkan baju dan perlengkapan milik Rose dan kau siapkan perlengkapanku," suruh gue.

 Itung-itung honeymoon lah. Gue sampai di bandara dan Alex pun ternyata sudah sampai. Itulah mengapa gue suka Alex. Dia bekerja gesit dan cepat. 

"Rose, bangun," panggil gue. 

Nih cewek emang susah banget kalo dibangunin. Jadi, gue memutuskan untuk menggendongnya. Lagian kalau gue bangunin dia juga pasti nolak untuk pergi ke Hawaii. Seperti waktu itu gue gendong dia, beratnya tetap ringan. Gue meletakkan Rose di salah satu tempat duduk di private jet milik gue. 

"Semua barang sudah dibawa?" Tanya gue ke Alex dan Ashley.

 "Sudah," jawab mereka bersamaan. 

"Baiklah, terbangkan pesawat ini," perintah gue. 

Gue pun membenarkan posisi tidur Rose, membuatnya dalam posisi nyaman. Gue pun mendudukkan diri gue disebelah Rose. Setelah penerbangan yang cukup lama, akhirnya gue dan Rose sampai di Hawaii. Kami melihat-melihat resortnya dan mendapati laut yang sangat bening. Cocok memang untuk berbulan madu. Sebenarnya rencana ini sudah gue siapkan dari beberapa minggu yang lalu. Gue takut kalau Rose akan menolak. Tetapi, kalau begini kan sudah terlanjur di pulaunya juga. 

"Ben?" panggil Rose. 

Dia kaget gak ya? 

"Apa?"

 "Kita udah dimana? Kok rasanya lama banget?" 

Memang polos si Rose ini. "Hawaii." 

"Kenapa gua masih mimpi ya?" 

"Ini bukan mimpi. Kita beneran di Hawaii." 

Rose masih tak percaya dengan ini semua. Terlihat dari mukanya yang syok. 

"Lo gila ya? Kenapa kita ke Hawaii?" 

"Bulan madu lah." 

"Balikin gue ke New York," rengek Rose. 

"Yakali sih, kita udah di Hawaii begini. Mendingan dinikmatin aja."

 Rose tampak cemberut.

 "Gue mau pulang," rengeknya lagi. 

Gue ngerasa nikah sama anak kecil.

 "Rose, kita udah disini. Masa mau pulang lagi?"

 Kali ini Rose sudah tidak merengek lagi. Dan dalam sekejap pula, Rose sangat bahagia menikmati pemandangan. 

"Wah bagus ya!" teriak Rose. 

Dasar cewek, gampang banget berubah moodnya. Tak apa, dia jadi gak ngerengek buat balik. 

"Rose, ada yang mau gue ngomongin sama lu."

Mon Amour, RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang